Flowery Words

102 14 4
                                    

© Love and Deepspace

Tap bintang atau komen ya..

.

.

Setelah menjalankan misi bantuan darurat selama dua minggu, aku dan rekan kerjaku yaitu Tara, akhirnya kembali ke Linkon City.

"Jangan terlalu sedih. Jika kamu tidak datang membantu pangkalan secepat itu, kita semua akan terjebak di hutan belantara sekarang." Ucapnya

"Sialan. Aku seharusnya pergi bersamamu untuk menjinakkan bahan peledak Protocore."

"Kamu terluka! Jenna tidak akan mengerahkan seseorang yang terluka ke medan perang."

Untuk mengungkapkan rasa terima kasih mereka, toko bunga di pinggir jalan membagikan bunga kepada para hunter yang menyelesaikan misi mereka.

"Aku pergi. Kamu juga harus pulang dan istirahat ya!"

Begitu Tara pergi. Seorang pria yang ku ketahui sebagai pemilik toko buah datang padaku.

"Serangan wanderer kali ini sangat mendadak. Terima kasih banyak atas bantuan Anda. Karangan bunga-bunga ini adalah tanda terima kasih dari toko kami."

"...Terima kasih. Tapi saya tidak melakukan banyak hal, sungguh. Berikan saja kepada orang lain."

Setelah mengatakan itu. Pria pemilik toko buah pergi. Aku menyalakan Jam Tangan Hunter milikku untuk melakukan beberapa tugas.

"Bekerja lembur setelah misi penyelamatan. Linkon City tidak mungkin tanpamu sedetik pun."

"Rafayel?!"

Rafayel muncul di sampingku, dia mengerutkan keningnya saat dia menatapku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Aku tanpa sadar menyembunyikan lenganku yang terluka di belakang punggungku.

"....kenapa?"

"Sepertinya kamu kelelahan setelah dua minggu melawan Wanderers. Tak kusangka kamu akan dengan senang hati membantu orang lain."

"Aku baik-baik saja. Aku hanya membantu semua orang."

"Baik-baik saja?" Ujarnya dengan nada curiga

Aku terus menyembunyikan lenganku. "Um, sedang apa kamu di bandara? Apa kamu datang untuk menemuiku?" Tanyaku

"Aku kesini karena ingin melihat pesawat, bukan kamu." Lalu Rafayel meraih pergelangan tanganku. "Ayo pulang."

Begitu kami sampai di rumah, Rafayel menarikku ke kamarnya.

"Rafayel.." Ujarku memanggilnya tapi dia tidak memberi respon apapun. Rafayel justru dengan lembut mendorongku ke tempat tidur. Tirai menyaring sinar matahari, mewarnai ruangan menjadi biru.

"Berbaringlah." Ujarnya

"Tunggu-!"

Saat aku mencoba untuk duduk, Rafayel mendorongku kembali.

"Menurutmu kamu mau kemana?"

"...Disini terlalu gelap. Aku ingin membuka tirainya." Jawabku gugup

"Tidak." Ucapnya dingin.

Ekspresi tidak senang Rafayel tampak lebih jelas di hadapanku.

"Sudah cukup buruk kamu menjalankan misi berbahaya tanpa memberitahuku... Tapi kamu bahkan tidak membalas pesanku ketika kamu kembali."

"Kamu mengirimiku pesan? Aku tidak tahu..."

"Tentu saja kamu tidak akan tahu. Kamu hanya memikirkan misimu."

Rafayel's momentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang