Hari ini adalah harinya.
Setelah ribuan tahun, Kota Whalefall kembali mengadakan Upacara Dewa Laut.
Sebelum matahari terbit, suasana Kota sudah dalam suasana meriah. Semua orang menantikan Upacara tersebut, untuk merayakan Dewa Laut menjadi dewasa dan mendapatkan kekuatan untuk melindungi Laut.
"Konche, dasar teripang bodoh! Sudah kubilang, simpan tempat untuk kami. Kami tidak dapat melihat apa pun di sini!"
"Saudari, jangan terlalu jahat. Gurumu ada di..."
"Keira, kenapa kamu bersembunyi disana? Dewa Laut tidak akan bisa melihatmu!"
Algie yang tadi merutuki Konche, menatap ke arahku. "Apakah itu penting? Ada begitu banyak orang, Dia tidak mungkin..."
"Ssst! Oh itu Dia!"
Kerumunan bersorak sorai. Aku melihat ke atas dan melihat bayangan besar menyapu Kota Whalefall.
Ini adalah makhluk Samudera yang cantik dan penakut. Tampaknya seekor ikan paus namun memiliki sayap burung.
Dewa Laut duduk di punggungnya, melewati rakyatnya yang setia sebelum berhenti di gerbang Kota Whalefall.
Dia berjalan melewati kerumunan sampai Dia berdiri di hadapanku. Dia membuka cadar di kepalaku, lalu meraih tanganku.
Pola-pola indah dan rumit terlukis di tubuh-Nya. Matanya hampir tersenyum, seolah-olah Dia sudah menunggu saat ini.
Secara tidak sengaja, aku menahan napas.
Semua orang menyingkir, menciptakan jalan bagi kami berdua. Saat kami berjalan turun, setiap anak mengucapkan berkat mereka dalam bahasa Lemurian.
Cabang-cabang karang yang indah terlempar ke belakang kami saat kami mendekati pintu Kuil.
Pintu perlahan menutup di belakang kami, nyanyian dari luar menyatu dengan doa di dalam Kuil.
Di aula yang remang-remang, api berputar dalam kegelapan, hampir padam.
Dewa Laut menjalin jari-jari kami, menekan tangan kami ke dada-Nya.
Aku menutup mataku, memanggil nama-Nya dalam hati.
Aku bersedia memberikan hatiku kepada-Nya.
Aku bersedia memberikan kepada-Nya bentuk ibadahku yang paling tulus.
Aku bersedia agar keberadaan-Nya terukir, terukir dalam jiwaku ketika aku memuji dan berdoa kepada-Nya seumur hidupku.
Lembut seperti benang sutra, api Dewa Laut menyentuh tanganku.
Benang api itu tertanam di telapak tanganku, menjadi sebuah garis, bagian dari jiwaku.
Rafayel, Dewa Laut muda, menatapku. Suaranya bagaikan angin, meniup satu-satunya cahaya di kegelapan.
"Ini adalah janjiku padamu."
"Karena ini sumpah Lemuria, sebuah ikatan abadi."
Tidak ada yang tahu apa yang terjadi hari itu. Lemuria terjerumus ke dalam kegelapan tak berujung. Kepanikan merembes ke setiap bagian Samudera.
Laut Dalam marah. Dalam amukannya, ombak menghantam tebing dan bebatuan jatuh ke perairan.
Bahkan candi yang belum dibangun itu pun berubah menjadi puing-puing.
Masih lama sebelum Dewa Laut keluar dari Kuil sendirian, membawa cahaya kembali ke Lemuria. Saat dia meninggalkan Kuil, ceruk yang dulunya menampung api runtuh. Pengikut Dewa Laut telah tiada. Bermandikan percikan api dan abu, dia memegang nyala api kecil yang berdenyut. Ia menggeliat seperti bayi yang baru lahir. Ada yang mengatakan bahwa Api itu lahir dari iman yang paling murni. Ada yang mengatakan bahwa Dewa Laut mengorbankan pengikutnya untuk menyelamatkan Lemuria... Berbagai cerita, ada yang benar, ada yang tidak, beredar hingga orang-orang lambat laun melupakan upacara tersebut.
Tidak ada Lemurian yang pernah melihat pengikut Dewa Laut dan ikan-ikan kecil yang berenang di sekitarnya-mereka hilang, tidak diketahui keberadaannya. Hanya beberapa tahun setelah Dewa Laut musnah, ketika kerajaan tenggelam ke kedalaman Samudera, sebuah rumor mulai beredar di Lemuria. Dewa Laut telah berbohong kepada Laut Dalam. Untuk kekasihnya.
Lemuria: Hari Yang Akan Datang
.
.
💔💔💔💔💔💔💔💔💔💔💔
Secara alurnya, kalau mau baca timeline mereka setelah ini (dewa laut) selanjutnya bisa diliat di 'Fragrant Dream' ya.. udah lama di up
🥲🥲
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafayel's moments
Romancesource: Love and Deepspace Terjemahan pribadi. Tidak mengambil keuntungan apapun dari terjemahan ini. Berisi myths, anecdots, etc yang berkaitan dengan Rafayel. 'MC =Keira Agatha'