Sea of Golden Sand (8)

68 11 0
                                    

Pasir keemasan menutupi tempat yang dulunya sebuah pulau. Dinding yang terfragmentasi dan genteng berserakan menutupi tanah. Cabang-cabang yang layu mencapai ke langit.

"Sepertinya saya tahu tempat ini..."

Aku berjalan-jalan. Rafayel diam-diam mengikutiku, sepertinya sedang menunggu sesuatu.

"Saya pernah berjalan di jalan-jalan ini... Saya pernah melihat atap seperti ini... Kita berada di..."

Aku menjalankan tanganku di sepanjang dinding, mencapai jendela yang pecah. Aku hampir bisa mendengar deburan ombak kelabu di bebatuan.

Kesepian dan keheningan dari mimpiku terwujud, menyelimuti diriku.

"Ini adalah tempat yang ada di mimpi saya!"

".... Yang Mulia ingat rupanya."

"Ya. Di mimpi itu, saya..."

Aku melakukan hal yang sama berulang-ulang... dan di sebelahku ada sesuatu...

Aku mulai menggali mimpiku. Intuisiku memberitahuku bahwa suatu objek yang sangat penting sudah dekat.

"Anda mengatakan bahwa legenda Dewa Laut berasal dari sini... Di sana... pasti ada..."

Aku menemukan lempengan, retak, di reruntuhan.

Jantungku berdebar kencang saat aku memegangnya.

"Ini dia!"

Aku baru tenang ketika Rafayel meletakkan tangannya di tanganku.

"Mereka yang mempunyai ikatan dengan Dewa Laut dapat membaca lempengan itu." Kata Rafayel, "Apakah Yang Mulia memiliki Fishtail Beacon?"

Jarang sekali Rafayel bersikap serius. Jauh di lubuk hati, aku merasakan peristiwa tak terduga akan segera terjadi.

"...Ya."

Aku melepasnya dari ikat pinggangku, dan Rafayel memegangnya bersamaku.

"Rasa sakitnya akan berlangsung sesaat."

Sebelum aku sempat bereaksi, dia memotong telapak tangan kami dengan suar.

"...Aw!"

Luka kami mulai berdarah. Rafayel menggenggam tanganku erat-erat hingga darah kami bercampur di lempengan itu.

"...!!!"

Dari tempat darah kita jatuh, muncullah cahaya. Angin sepoi-sepoi meniup kotoran di permukaan lempengan itu.

Cahayanya bersinar semakin terang. Simbol emas muncul di hadapan kami.

"Ini...!"

"Buku Besar Dewa Laut."

"Buku Besar Dewa Laut? Apa isinya?"

"...."

Ibarat daun emas di atas air, simbol-simbol itu melayang dan membentuk kata-kata.

"Itu adalah sejarah Lemuria dan ramalan Dewa Laut." Jawab Rafayel

Aku tidak memahami teks kuno Lemurian, tetapi ada sebuah simbol yang menarik perhatianku.

"Saya... tahu ini..."

Aku menyentuh simbol emas yang mengambang. Pada saat itu, cahaya putih terpancar.

Sensasi yang aku rasakan bertiup di sekitarku seperti sebuah,

--benang mencapai pikiranku.

"Itu... Itu aku?" Kataku bingung sekaligus terkejut

".... "

"Apa yang dikatakan ramalan itu, Rafayel? Apa hubungannya dengan saya?"

Rafayel melihat teks itu lagi. Karena kondisi lempengan tersebut yang memburuk, terdapat celah di antara simbol-simbol emas tersebut.

Rafayel's momentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang