Sea of Golden Sand (9) - END -

81 11 2
                                    

Aku bermimpi panjang.

Tidak ada ombak kelabu, tidak ada pulau yang sepi. Gurun berwarna biru-aku pikir jika gurun itu berwarna biru, maka akan terlihat seperti laut.

Dengan warna biru tak terbatas, seorang pemuda, Dewa Laut, memegang tangan seorang gadis. Mereka berjalan ke cakrawala.

Dewa Laut memberi isyarat agar ombak bermekaran di bawah kaki gadis itu.

Ikan berenang. Burung camar putih berputar-putar di atas dan bernyanyi saat mendarat di bahunya.

Bagi Dewa Laut, ini adalah hari paling membahagiakan dalam hidupnya.

Dan ketika dia menciumnya, dia mengabdikan seluruh lautan untuk kekasihnya.

.

.

.

"Yang Mulia, saya pikir kita tidak akan pernah bertemu lagi. Sekarang kamu kembali, tapi..."

"Natasha.. "

"Yang Mulia tampak putus asa. Apa yang telah terjadi?"

"Aku... Tidak ada... yang terjadi..."

Aku terdiam sejenak. "Apakah aku melupakan sesuatu?"

"...Tidak, Yang Mulia baik-baik saja dan belum melarikan diri lagi."

".... "

'Mengapa rasanya seperti aku kehilangan sesuatu...'

"Yang Mulia , anda terus menatap ikan itu lagi..."

"Nona Natasha, siapa yang memberiku ikan ini?"

"Dia adalah orang terpenting bagi Yang Mulia."

"Orang yang paling penting bagiku..."

'Siapa dia...? '

Seharian aku berkelana dengan pikiranku. Kepalaku kosong tapi hatiku selalu memberikan sinyal yang tak nyaman.

Sesuatu yang tidak beres terjadi dan aku tidak tahu itu

"Putri! Kenapa anda ada di tepi danau lagi?!"

Aku tersentak. Ini sudah malam. Kakiku secara alami membawaku ke sini.

"Nona Natasha... Apakah aku pernah bertemu seseorang di sini di tepi danau?" Tanyaku linglung

"Bagaimana seseorang bisa berada di dalam air, Yang Mulia?"

"Ah.. Kamu benar..."

Sebuah perahu mengapung dengan damai di danau. Aku merasa seperti pernah berjalan di permukaannya sebelumnya.

"Yang Mulia! Anda akan tenggelam jika berjalan lebih jauh!"

Aku melihat ke bawah dan melihat kakiku terendam.

"Ah... jadi aku tidak bisa berjalan di atas air."

.

.

Dimana... Dari mana datangnya ingatan kabur itu?

Hidupku sebagai seorang putri tenang dan membosankan, namun aku tidak punya keinginan untuk meninggalkan istana.

Sebaliknya, bayangan gelap membakar hatiku seperti nyala api.

Jatuh ke dalam jurang ini, perlahan-lahan aku dimakan begitu jauh.

"Yang Mulia tampak sibuk."

".... "

"Ada perkembangan di kota ini. Apakah Yang Mulia tertarik?"

Rafayel's momentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang