Sea of Golden Sand (4)

74 11 0
                                    

.

.

#4

Upacara kedewasaan sang Putri adalah peristiwa penting. Bangsawan dari seluruh negeri akan mengunjungi kota untuk merayakannya. Resepsinya, upacaranya sendiri, semuanya akan ditangani oleh para menteri.

Selama tiga hari ini, kota ini mengadakan festival dan pesta. Kedewasaanku akan membuat tahun ini berkesan. Sedangkan aku sebagai pemeran utama hanya perlu tampil di pesta dansa sebagai formalitas saja.

"Yang Mulia, pesta ulang tahunnya malam ini. Seorang putri seharusnya tidak muncul di hadapan rakyatnya-"

Duduk di meja rias, Nona Natasha meletakkan nampan di depanku.

"Pilihlah topengnya. Yang Mulia akan memakainya sepanjang malam."

"... "

Dia berdiri di belakangku lagi dan menyisir rambutku.

"Yang Mulia akan mengadakan pesta dansa pertama. Yang Mulia akan melakukan tarian pertama untuk memulai pestanya. Seorang duke adalah pilihan terbaik. Para tamu menantikannya. Tak satu pun dari mereka akan memakai topeng. Saya mendengar beberapa cukup tampan."

Nona Natasha terus membicarakan pesta tapi aku tidak peduli dengan bangsawan tampan atau pesta dansanya. Pandanganku kembali ke jendela.

"Mengapa matahari belum terbenam?" Gumamku

"Apakah Yang Mulia gugup? Santai saja. Jika Yang Mulia menyukai seseorang, raihlah tangannya."

Dia menyalahpahami arti perkataanku. Aku berharap matahari terbenam agar Rafayel bisa cepat menemuiku.

"Nona Natasha, apakah Yang Mulia sudah siap? Kita harus pergi sekarang."

Di luar kepala pelayan menginterupsi kami berdua. Membuatku terkejut dengan apa yang aku dengar.

"Bukankah pestanya dimulai pada malam hari?" Tanyaku

"Yang Mulia harus menyapa Raja dan Ratu sebelum masuk ke ruang dansa bersama mereka." Jawabnya

'..Kalau begitu, aku tidak akan bisa bertemu Rafayel!'

Mengingat bagaimana Rafayel menghubungiku, aku segera meminta Nona Natasha pergi dan mengeluarkan pulpen dan kertas.

"Apa yang harus aku tulis...?"

Sejenak aku bimbang, lalu aku menulis catatan agar Rafayel menungguku lebih lama.

Lalu aku menulis:
<Janji tetaplah janji. Tolong tunggu aku sampai bulan terbit.>

Itu... harusnya berhasil.

Aku mengambil panah dan mengikat catatan itu ke fletching.

Terkejut oleh suara keras, aku menoleh ke sumbernya. Rafayel tiba-tiba ada di tempat tidurku.

Aku segera menyembunyikan catatan tertulis itu di belakangku.

"Apa yang membawa anda kemari?"

"Menghindari anda dari kesulitan mengirim catatan." Katanya

Rafayel kini dengan setelan yang agak berbeda. Kali ini dia tengah memegang sebuah senjata di tangannya.

"Mendekatlah."

Nyala api melayang dan menghilang dari jarinya.

"Ini bukan cara anda bertindak di kamar tidur orang lain, bukan?"

"Saya akan mengingatnya untuk lain kali."

Lalu Rafayel melihat apa yang aku pegang.

"Apakah Yang Mulia belum pernah menggunakan Fishtail Beacon sebelumnya? Itu tidak digunakan dengan benar."

Menyarungkan kembali senjatanya, Rafayel mengulurkan tangannya padaku.

"Izinkan saya mengajari Yang Mulia."

Rafayel menunjukkan cara menggunakannya dengan benar. Menggenggam dua tanganku yang tengah memegang Fishtail Beacon dengan kedua tangannya. Mengarahkannya lebih dekat pada wajahnya.

Saat dia menutup matanya. Benda itu bersinar. Sangat cantik.

"Peganglah seperti ini, saya akan merasakan kehadiran Yang Mulia. Beacon adalah bentuk komunikasi Lemurian yang unik."

Mata kami bertatapan sesaat. Sebelum kedua tangan kami saling terlepas.

"Simpanlah."

Rafayel memberikan Fishtail Beacon nya kepadaku.

"Apa yang sedang dilakukan Yang Mulia?" Tanyanya saat aku menyentuh maskernya

"Lemurian itu tidak patuh, seperti anak domba kecil. Apakah Yang Mulia bertanya-tanya alasan pakaian saya?"

"Malam ini, kita akan jalan-jalan, lebih jauh dari sini." Ujar Rafayel

"Perjalanan jauh dari kota? Bagus! Tapi pestanya..."

"Kita tidak akan datang."

Lalu Rafayel berdiri dan mengulurkan tangannya padaku.

"Bisakah kita pergi sekarang?"

"Ini... Bukankah ini terlalu berani?" Kataku tapi meski begitu aku masih meraih uluran tangan yang Rafayel berikan padaku.

"Oh, Kepala pelayan dan Nona Natasha ada di luar pintu. Bagaimana kita bisa-"

Sedetik kemudian, Rafayel membawaku ke balkon.

"Apakah Anda takut ketinggian?" Tanyanya

Aku melihat ke bawah. Lututku gemetar, namun aku memaksakan diri untuk berdiri teguh.

"Saya tidak takut. "

"Well, kalau saya takut. Pegang erat-erat."

...?!!!

Rafayel menggendongku dan dengan anggun melompat dari balkon. Angin menderu-deru di telingaku, dan aku memegang erat lehernya.

"Rafayel! Apakah anda sudah gila-"

Saat kami terjatuh, seekor binatang ilusi raksasa dari laut dalam melompat dari tanah dan berenang ke arah kami.

Rantai terbang dari tangan Rafayel menjerat makhluk itu. Kami mendarat di punggungnya.

"Apa itu...!"

Binatang itu mengibaskan ekornya dan berenang ke Danau Moonbath.

Tatapan Rafayel terpaku pada cakrawala. Senyum tipis tersungging di bibirnya.

"Tunggangan yang cocok untuk Dewa Laut." Ujar Rafayel

"Yang mulia! Kemana anda pergi?!"

Istana menjadi sebuah titik di kejauhan, dan aku bisa melihat ekspresi panik Nona Natasha. Aku pun melambai.

"Topengnya ada di atas meja! Nona Natasha, aku mengandalkanmu-!! "

Rafayel's momentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang