Ivory Nightfall

106 10 0
                                    

© LoveandDeepspace

.

.

"Apa anda bisa memperbaikinya?"

Aku menatap tukang jam yang meneliti jam tua yang kubawa. Itu adalah barang berharga ku yang butuh perbaikan.

"Huh, saya ingin sekali, Nona. Tapi mereka sudah berhenti memproduksi komponen ini puluhan tahun yang lalu. Siapa juga yang masih menggunakan jam saku lama sekarang..."

Seketika pundakku menurun lesu.

"Tapi saya bisa mengubahnya menjadi digital, jika anda mau. Saya juga dapat memasang pengisi daya nirkabel dan memungkinkan penggunaan earbud nirkabel." Tawarnya tukang jam itu

"...Tidak, tidak apa-apa. Terima kasih. Saya akan mencari di tempat lain!" Ucapku dan pergi dari sana.

'Aku sudah pergi ke setiap toko jam di kota. Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi...Tapi ini hadiah Nenek untukku...'

Aku menatap arloji saku di tanganku, sambil sedih membelai pelat jam yang retak.

"Mengapa kamu di sini?"

Aku mendengar suara yang familiar di belakangku. Aku menoleh dan melihat seseorang yang tidak kuduga.

"Rafayel?!"

"Kupikir kau menghilang. Ternyata kau hanya melindungiku dari bayang-bayang."

"Aku ingin. Kudengar kota ini punya tukang jam, jadi aku datang untuk memperbaiki jam saku peninggalan Nenek. Bagaimana denganmu? Mengapa kamu di sini?"

"Singkat cerita, aku juga perlu memperbaiki sesuatu. Beberapa minggu yang lalu, tsunami merusak balai besar tertua di kota itu. Aku tidak tahu dari mana penduduk kota mendapatkan informasi kontakku, tapi mereka memintaku untuk memperbaiki patung-patung di dalam aula besar." Jelasnya panjang lebar

"... Kamu tahu cara memperbaiki patung?" Tanyaku

"Lukisan adalah proyeksi patung sedangkan patung adalah lukisan tiga dimensi. Dua-duanya adalah bentuk ekspresi artistik, manifestasi dari hal yang sama."

"... Wah. Kalau begitu, aku tidak akan menunda pekerjaanmu. Aku akan-"

"Tunggu, aku belum selesai bicara."

Rafayel tanpa malu-malu meraihku. Aku menoleh untuk melihat senyumnya yang cerah.

"Aku kehilangan ponselku saat melewati pasar. Pertemuan yang ditakdirkan akan membawa pada kencan yang baik. Karena kita memang ditakdirkan untuk bertemu, kau harus mengantarku ke aula utama."

"...."

Tak lama kemudian kami sampai di aula besar. Berdiri di tengah ruangan, aku melihat sekeliling dan menyadari bahwa aula itu sangat tua.

"Wanita muda di sebelah saya adalah ajudan saya. Dia akan membantu saya dalam pekerjaan perbaikan." Ujar Rafayel pada warga kota

"Kami merasa terhormat atas kedatangan Anda. Silakan lewat sini!" Sambut mereka

'Dia ingin memerintahku lagi...'

Bagian luar aula besar sudah diperbaiki, tetapi saat kita masuk lebih dalam, kerusakannya semakin terlihat. Alis Rafayel berkerut.

"Apakah ini masih bisa diperbaiki, Tuan?"

Rafayel tidak mengatakan apa pun. Ia mengenakan sarung tangannya dan berputar mengelilingi patung-patung itu, mengamati dan menyentuh retakannya.

"Marmer itu rapuh. Kalau tidak dikerjakan dengan hati-hati, tekanan bisa menyebabkan bagian lain pecah. Letaknya juga dekat dengan laut, jadi sudah terkikis oleh air selama bertahun-tahun... Akan sulit mengembalikannya ke kondisi semula. Maaf. Saya tidak bisa menerima tugas ini."

Rafayel's momentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang