Bab. 12

5.2K 673 50
                                    

My Dear Queen
21.03.24






"Yang mungkin bisa kita panen setiap bulan adalah Pakcoy, Sawi dan Selada. Lalu yang bisa kita panen dalam waktu dua bulan-"

Gubrak!

"Ya Tuhan!" Wuxian yang sedang mencatat terkejut saat kepala sang kakak kedua, Jingyi, membentur meja tempatnya menulis dan hampir saja dilumuri mangkuk tinta yang tumpah jika saja sang kakak pertama tidak lekas menyingkirkannya.

Wei Yuan menghela nafas. "Weiying, sebaiknya kita tidur dulu, sudah malam."

"Gege pergilah, aku akan menyelesaikan ini dulu." Wuxian melihat Yuan yang akhirnya mengalah, memapah Jingyi dan menaruhnya di bambu panjang berbentuk segi empat besar yang telah dilapisi alas tidur.

Tempat ini biasanya akan digunakan untuk duduk dan meracik bumbu saat siang hari, meski telah empat malam kursi bambu ini menjadi tempat tidur bagi Wei Yuan dan Wei Jingyi yang rencananya baru akan kembali ke rumahnya besok setelah sang adik memberikan catatan mengenai benih apa lagi yang diinginkannya untuk ditanam di halaman sekitar rumah sang jenderal.

Ayah mereka, Wei Chang telah pulang pada hari kedua untuk menggantikan si kembar mengawasi toko-toko obat mereka dan menerima pengiriman bahan obat yang didatangkan dari beberapa kerajaan tetangga untuk disimpan dalam gudang-gudang di kediaman Wei yang luas.

Wei Yuan yang baru selesai membersihkan diri hanya tersenyum melihat bagaimana bersemangatnya sang adik, lelaki itu merebahkan diri di sisi Jingyi sembari mengawasi Wuxian yang masih menulis di meja makan, meski pada akhirnya seiring detik bergulir, kelelahan memaksa kedua netranya dengan cepat terpejam.

Wuxian menguap untuk ke sekian kalinya, pemuda itu mendengar samar suara pukulan gong dari Istana yang ditabuh sekali dan teriakan peringatan tengah malam oleh para kasim yang bertugas. Itu atinya, telah jam satu malam.

Pemuda itu kembali menguap, ia merenggangkan tangannya ke atas dan tanpa sengaja mengenai sesuatu di belakang. "Oh." Wuxian tersenyum pada Lan Wangji yang rupanya baru saja pulang. Entah mengapa akhir-akhir ini lelaki itu lebih sering menggunakan pintu samping dapur dari pada pintu depan untuk memasuki rumahnya.

"Kenapa belum tidur?"

"Sebentar lagi."

Wuxian tersenyum melihat sang jenderal yang meletakkan beberapa kantung kertas ke lemari makanan. Beberapa hari ini alpha itu sepertinya memiliki banyak jadwal hingga ia terus pulang terlambat.

"Tidurlah." Lan Wangji melepas jubah panjangnya, meletakkan pada sandaran salah satu kursi di sisi Wuxian lalu beranjak ke kamar mandi.

Wuxian menguap kembali, ia berniat membereskan bukunya saat ia menemukan aroma yang cukup enak dari jubah sang jenderal. Perlahan meraih kain itu, Wuxian kemudian memeluknya saat perasaan tenang membuat matanya menjadi berat.

Lan Wangji kembali dari kamar mandi dengan rambut basah, lelaki itu mengusap rambutnya dan berniat menuju kursi bambu di ruang depan untuk tidur saat ia mendapati Wuxian telah terlelap dengan memeluk jubahnya.

Jenderal itu menghela nafas, sejenak melihat pada si kembar yang tertidur, ia perlahan duduk di salah satu kursi di sisi Wuxian, menggunakan kedua tangannya untuk bertumpu, dan dalam diam melihat lebih dekat wajah pemuda yang telah menjadi istrinya itu.

Terkadang, ia sungguh tidak habis pikir, bagaimana bisa hidupnya yang sepi menjadi begitu berwarna sejak pemuda ini datang dan menawarkan pernikahan padanya.

Jika mengabaikan masa lalu di mana Wei Xian dengan jelas menunjukkan permusuhan padanya, Lan Wangji sering kali bertanya dalam hatinya, apakah kali ini ... dia boleh menjadi lengah dan membiarkan hatinya ditawan kembali oleh sosok cantik ini?

(TAMAT) My Dear QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang