Bab. 41

3.7K 577 40
                                    

My Dear Queen
28.06.24









"Kolam air dingin!" pekiknya.

"Bagaimana aku bisa lupa? Itu adalah tempat di mana aku dan jenderal melakukan itu untuk pertama kalinya."

.....

Wuxian mengeratkan pelukan pada bayi Bolin dan berlari hingga ia kemudian menemukan tanaman rambat yang ia kenali dengan baik. Karena dulu, aroma sang jenderal lah yang menggiringnya ke sana.

Wuxian memasuki tempat itu dan terdiam pada betapa gua itu dapat meredam semua suara di luar hingga kini, hanya suara tetes air dan hangatnya udara di sana saja yang terasa.

Ia berjalan ke salah satu sudut, mencari satu batuan landai lalu membaringkan Bolin dan melepas selimut bayi itu untuk melihat apakah dia memiliki luka di tubuhnya. Setelah yakin tidak ada luka serius di tubuh mahluk kecil itu, Wuxian akhirnya duduk di tanah dan menepuk tubuh bayi itu pelan.

Beruntung baju Bolin tidak basah, jadi saat ini, dengan udara hangat di dalam gua, bayi yang perlahan merasakan nyaman itu akhirnya diam meski masih terdengar terseguk.

"Maafkan aku, Bolin ...." Wuxian merebahkan kepalanya di sisi bebatuan, menatap lembut pada bayi di sana yang menguap lalu menoleh seolah melihat padanya. Suara celotehnya yang kecil membuat Wuxian tersenyum.

"Kau anak hebat Bolin, sungguh! Tapi kumohon untuk saat ini cobalah tidur, karena aku tidak memiliki tenaga lagi untuk membawamu ... kita akan di sini sampai Komandan Mingjue menemukan kita." Pemuda itu kemudian meletakkan Pedang Suibian di sisinya.

Wuxian sejenak memejamkan mata, air matanya tumpah demi mengingat kembali bagaimana Huaisang ditebas di hadapannya. Bagaimana wajah pias pemuda itu memintanya untuk lari, dan bagaimana dari kejauhan, ia bisa melihat Lan Xichen yang dikalahkan hingga terbaring di tanah dengan bersimbah darah terus memegangi kaki para penyusup itu agar tidak mengejar dirinya.

"Kuharap mereka selamat ...," Wuxian terisak lirih.

Ia tahu, MY Dear Queen ditulis dengan banyak nyawa yang terengut pada beberapa akhir episodenya. Namun ia sungguh berharap, agar plot mengerikan itu berubah karena dia sendiri telah memilih jalan berbeda dari awal cerita.

Wuxian terkejut ketika Bolin kemudian meraih tangannya. Lalu dengan suara celoteh kecil bayi itu bergerak mendekat pada kepala Wuxian, satu tangannya menepuk wajah pemuda yang masih menangis itu seolah memberi penghiburan.

"Apa kau sedang menghiburku?" Wuxian tersenyum meski air matanya terus mengalir. Ia mengusap pipi gembul bayi lelaki itu. "Ng ... kau benar ... setidaknya, kau hebat karena telah sampai sejauh ini ...."

Wuxian mencium kening Bolin sekali lagi, lalu dalam diam kembali merebahkan kepala di sisi tubuh bayi itu, membiarkan Bolin menjadikannya serupa bantal guling. Hingga dengkuran kecil yang terdengar merdu di telinganya perlahan membuat matanya ikut terpejam.

Ia lelah ... dan seluruh tubuhnya terasa sedemikian sakit.

.

.

.

"Apa?! Tuan Xichen pergi? Kemana?" Jingyi melihat pada Wanyin yang menggeleng.

"Kami sedang berbicara saat suamiku seperti melihat sesuatu dari jendela, lalu dia kemudian melompat ke atap kamar tuan Wei Xian di lantai dua, dan setelah mengambil pedang, ia langsung pergi."

Jingyi mengerutkan kening, ia melihat pada jam pada dinding di kamarnya, angka satu lewat tertera di sana. Dan jika dia tidak salah, kurang dari setengah jam lagi adalah waktunya Komandan Mingjue menjemput sang adik bungsu.

(TAMAT) My Dear QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang