Bab. 35

4K 536 21
                                    

My Dear Queen
17-06-24











"Tuan Muda Wei, ada yang datang."

Wuxian yang sedari tadi duduk termenung di beranda, dengan melipat kakinya ke atas kursi bambu sembari menebar pakan ayam, menoleh pada Mingjue yang kemudian menunjuk jalanan dengan tatapan matanya.

Wuxian hanya diam ketika derap langkah kuda dan kereta yang bersahutan membuat ayam-ayam yang berkumpul di bawah kursi yang didudukinya, untuk makan dan berusaha mematuk kaki pemuda itu menjadi ketakutan dan sontak berkokok keras.

"Bukankah itu Ibu suri?" tanya Wuxian melirik Mingue yang mengangguk.

Wuxian berdiri di atas papan bambu untuk melihat beberapa kereta yang kemudian berhenti di depan pondok. Pemuda itu menghela napas saat sosok dengan hanfu bergaun lebar di sana, yang tidak lain adalah ibu suri turun dengan beberapa menteri dan prajurit yang langsung menuju ke hadapannya.

Langkahnya terlihat jijik menapaki jalanan setapak yang menjadi sedikit becek setelah para parajurit mengambil air dari danau untuk menyiram sayur dan buah.

"Wei Xian, terimalah mandat Ibu suri!" teriakan Kasim yang mendahului kedatangan wanita itu membuat Wuxian menghela napas.

"Hais, nenek lampir ini mau cari masalah lagi," gumam Wei Xian menerima tangan Mingjue yang terulur padanya untuk membantunya melompat turun dan berjalan ke depan gerombolan itu.

Komandan Mingjue segera menundukkan tubuh, sedangkan Wuxian yang kembali menghela napas, menyibak kain hanfu di bagian depan miliknya lalu bersimpuh pada sosok angkuh di depan sana yang menyeringai. Namun, sebelum kasim sempat berbicara kembali, keriuhan lain membuat mereka menoleh pada beberapa kelompok masyarakat dan prajurit kecil yang berbondong-bondong datang.

"Apa-apaan itu?!" Ibu suri dengan marah melihat pada dua menteri yang berasal dari Fraksi barat di sisinya yang segera memerintahkan para prajurit membuat barisan blokade agar warga yang berkumpul tidak lebih mendekat.

"Ada apa kalian ke mari?!" teriak salah satu menteri pada orang-orang yang berkumpul di sana.

"Kami ke sini untuk mengambil hasil sayur dan ternak untuk dijual. Juga ... para warga ini datang untuk mengambil sayur gratis yang selalu disediakan jenderal."

Sang menteri menoleh pada ibu suri yang memegangi kepalanya. Berpikir dalam hati; bagaimana bisa dua menteri bodoh yang ditugaskannnya mencari waktu agar dirinya bisa memaksa Wei Xian menerima dekrit pengangkatan selir justru memilih hari di mana para masyarakat miskin ini berbondong-bondong datang untuk sayuran gratis di rumah sang jenderal.

"Yang Mulia, ada begitu banyak orang saat ini, apa yang harus kita lakukan?" Salah satu menteri berbisik pada ibu suri yang hanya menghela napas dan melihat kembali pada Wuxian di depan sana yang memeta senyum.

"Jalankan saja."

Sang menteri terkejut. "Yang Mulia, bukan ini yang kita rencanakan. Jika seperti ini maka-"

"Kalau begitu kenapa kau memilih hari di mana para pengemis itu datang?!" desis ibu suri, menatap tajam pada sang menteri terdiam sejenak sebelum akhirnya menganguk dan memberi perintah pada kasim untuk kembali melanjutkan ucapannya.

"Tuan Muda Wei Xian, terimalah dekrit Kaisar bahwa dengan ini kau akan memasuki istana sebagai selir utama untuk Raja Zixuan. Dan jika kau membantah, maka kau akan dieksekusi saat ini juga."

Keributan sontak terjadi ketika dekrit itu selesai dibacakan, beberapa dari warga yang ada di sana langsung menghujat tindakan raja untuk mengambil selir dengan mengambil istri dari kakaknya, juga lanjutan dari dekrit yang menyatakan calon akan dieksekusi jika membantah. Mereka saling bertanya apakah hukum seperti itu memang ada?

(TAMAT) My Dear QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang