Happy Reading
"Ayo cepat Carkiii!!!"ujar Vita kecil sembari berlari menjauhi anak anjingnya yang bernama Carki. Carki yang emang anjing gampang diajarin langsung paham apa yang dibilang majikannya. Carki langsung mengikuti Vita kecil dari belakang.
Brukk
"Akhhh!"Vita terjatuh hingga lututnya robek. Vita langsung duduk dan meniup-niup luka tersebut. Matanya berkaca-kaca mau menangis. Carki yang melihat itu hanya menatap majikannya dengan sedih "Gukk gukk"
"Hari ini, kita mainnya sampai ini aja dulu ya Carki. Aku ga bisa lari-larian dulu. Kaki aku sakit"ujar Vita yang sembari mencoba berdiri.
"Gukk"
Dia Vita yang masih berusia 10 tahun. Setiap harinya selalu bermain dengan Carki. Dia tidak punya teman untuk bermain. Karena entah alasan apa, semua orang ga mau main sama Vita. Kadang orang tua temannya bilang kalau Vita ga boleh main sama anaknya. Vita yang masih polos langsung mengangguk patuh. Walaupun dirinya masih bingung. Bahkan sepupu seusianya juga begitu. Mereka ga pernah dikasih main sama Vita. Alhasil Vita selalu bermain dan mengobrol dengan anak anjing pemberian neneknya sebelum meninggal.
Vita kecil berjalan dengan terpincang-pincang menuju ke rumahnya. Carki dengan setia mengikuti Vita dari belakang.
"Bundaaa"teriak Vita yang sudah di depan pintu. Vita duduk di teras sembari mengipas-ngipas lukanya dengan tangannya. Fiona yang dipanggil langsung menghampiri anaknya "Habis dari mana kamu?"tanyanya.
"Tadi Vita habis main sama Carki di taman sebelah Bunda"
"Seperti biasa, lakukan apa yang seharusnya kamu kerjakan setiap hari"ujar Fiona dengan datar.
"Tapi Vita baru habis jatuh Bunda. Kaki Vita sakit"adu Vita sembari menunjukkan lukanya kepada Fiona. Fiona hanya menatap dengan datar "Obati sendiri! Cepat lakukan pekerjaan rumah. Bunda lagi sibuk"
Vita hanya mengangguk patuh dan masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai. Vita mengambil sapu dan mulai menyapunya.
Vita dengan cepat membereskan semua pekerjaannya. Vita sudah terbiasa melakukan semua pekerjaan rumah. Vita mendudukkan dirinya di sofa sembari mengipasi wajahnya dengan tangan kecilnya.
"Udah selesai?"tanya Fiona menatap Vita dengan datar. Vita mengangguk "Udah Bunda"
Fiona menatap sekeliling dan mengangguk-angguk "Bagus"
"Bunda masak apa? Vita lapar hehe"
"Cuma ada sayur doang buat kamu. Ayamnya jangan di makan. Itu punya adik kamu"
Vita langsung cemberut mendengar hal itu "Vita ga suka sama sayur Bunda. Vita suka sama ayam. Vita pengen makan ayam"
"Makan apa aja yang ada. Ga usah minta yang aneh-aneh. Kamu aja ga pernah banggain Bunda sama Ayah"
"Tapi Vita sering dapat juara dalam olahraga Bunda"jawab Vita dengan jujur.
"Ayah sama Bunda mau seperti Citra. Citra dapat juara umum. Kamu cuma di bidang olahraga doang. Percuma nanti ujung-ujungnya ga ada gunanya"
Vita menundukkan kepalanya "Vita paham Bunda"jawabnya dengan lirih. Fiona menatap anaknya dengan remeh "Paham dalam hal apa?"
"Vita bakal berusaha lagi"
"Ga usah! Tahun lalu juga kamu bilang gitu ke Bunda. Hasilnya ga ada bukan? Jadi bakal percuma"
Tes
Tes
Vita menangis sembari menunduk. Fiona menghela nafasnya "Ga usah cengeng! Karna apa yang Bunda katakan itu benar"
"Maafin Vita"ucapnya dengan pelan. Fiona hanya mendengus kasar dan langsung pergi meninggalkan Vita. Kedua tangan Vita terkepal kuat "Aku harus buktikan kalo aku bisa seperti Citra"
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK SHADOW
Random[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Lu itu bau! Jauh-jauh sama gue! Gue ilfeel sama lu!" "Pergi gak! Lu itu jelek!" "Dasar bodoh! Masa segitu aja ga bisa?!" "Heh dengerin gue! Lu itu anak yang ga pernah diterima di keluarga ini!" "Woi cewek tatoan pungutin s...