BAB#30

482 28 1
                                    

JELZA POV

Sekitar pukul 11:46 WIB, saat aku sedang asik bertukar pesan dengan Neva. Tiba-tiba aku kaget saat pintu ruanganku di buka kembali oleh Audy.

"Jel maaf. Jadi bagaimana?"

Aku sedikit risih sebenarnya dengan sikap Audy, yang suka masuk keluar ruangan ku tanpa mengetuk. Audy sebagai atasan seolah tidak mempedulikan privasi ku. Sekalipun dia atasan bukan? Malah seorang atasan harus memberikan contoh yang baik pada bawahannya. Dengan senyum paksaan ku, aku lantas mengambil tas dan handphone ku dan segera berdiri.

"Iya mbak, saya akan menerima ajakannya" ucapku

Kini aku berjalan melewati Audy yang berdiri mematung. Mungkin dia tidak menyangka aku akan menerima ajakannya.

"Jel, tunggu" ucap Audy dari belakang. Aku yang masih mempunyai rasa sopan santun, lantas berhenti dan memutar tubuhku ke arahnya. Tapi tanpa aba-aba, saat Audy yang sudah mendekat dengan tubuhku, dengan segera melingkarkan tangannya pada lengan ku. Sekarang sepertinya aku yang mulai membatu, bagaimana tidak? Selama ini aku tidak pernah di gandeng orang asing. Wajar bukan, kalau aku mengatakan Audy orang asing, karena kami tidak dekat selama ini. Apalagi baru dua hari dia berada di kantor ini.

"Mbak, gak enak di lihat sama karyawan lain"

"Kita sama-sama perempuan" ucapnya,

Karena aku tidak mau berdebat dengan Audy, aku tetap mengizinkan Audy menggandeng ku. Tapi selama aku berjalan bersama Audy, aku mengirimkan pesan pada Neva. Bahkan mungkin Audy juga menyadari itu, karena aku sengaja mencerahkan kontras layar hp milik ku.

"Kita pakai mobil saya ya. Tapi kamu yang nyetir" ucap Audy, namun aku hanya membalasnya dengan tersenyum dan menganggukkan kepala.

Masuk ke mobil Audy, aku segera menjalankan mobil itu dan menjauh dari area kantor. Bahkan selama perjalanan aku hanya mendengarnya berbicara. Tanpa niat membalas ucapannya sedikit pun.

"Kamu kenapa sih, gak ngomong Jel. Padahal saya pengen dengar kamu berbicara. Suara kamu tuh bikin candu" ucap Audy,

Tiba-tiba bulu kuduk ku berdiri pertanda aku merinding mendengar ucapannya. Apa dia hantu? Tentu saja. Dia lebih dari hantu. Dia sudah mengetahui aku yang memiliki kekasih , tapi dia terus mendekatiku.

"Saya kan lagi fokus nyetir mbak" ucapku,

Kini dia tidak lagi membalas ucapanku, namun dari ujung mataku, Aku melihat Audy yang terus menatap ke arahku. Dengan menambah kecepatan, ku harap aku dan Audy bisa tiba di restoran dengan cepat.

Kira-kira, 20 menit berlalu. Aku dan Audy tiba di salah satu restoran rekomendasi dari Audy tentunya. Aku lantas turun lebih dulu dan diikuti Audy. Namun lagi dan lagi, Audy menggandeng tanganku.

"JELZA!"

Aku kemudian mengalihkan pandanganku ke arah suara tersebut, "Jasmine" ucapku. Dengan langkah cepat kini Jasmine berdiri tepat di hadapan ku dan Audy. Namun dia menatap tajam pada ku. Sedetik kemudian aku menyadari bahwa tangan Audy sedari tadi menggandengku.

"Jas, kenalkan ini Audy, atasan ku di kantor"

Jasmine menatap sekilas Audy, bahkan tidak membalas uluran tangan Audy. Dengan segera dia menarik ku dan menjauh dari Audy. "Neva tau soal dia?"

"Tau kok. Aku sudah meminta izin dari dia Jas. Kamu tau, aku tidak akan bisa membohongi Neva"

"Tapi Neva gak tau, atasan kamu menggandeng lenganmu kan Jel?"

"Aku akan ceritakan pada Neva nanti. Udah ya, gak enak Jas. Tenang aja, aku gak akan macam-macam" ucapku dan pergi meninggalkan Jasmine.

Aku bahkan tidak bertanya lagi sedang apa dia di sini, dan dengan siapa. Sekalipun kami bersahabat, tapi ku rasa dia lebih menyayangi Neva dari padaku. Karena Jasmine merupakan anak tunggal, lantas itu yang membuat dia menganggap Neva sebagai adiknya. Aku bahkan tidak keberatan dengan itu, malah aku bersyukur bahwa sahabatku dapat menerima Neva dengan baik.

Soal Rasa 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang