BAB#46

360 22 0
                                    

JELZA POV

Kembali dari makan siang, aku dan Neva membawa Zynez bermain bersama ayah dan ibu lalu kami kembali ke kamar. Sejak permintaan Zynez tadi, aku begitu tidak bersemangat sampai-sampai aku begitu cuek dengan anak ku. Padahal aku tau, itu bukan kesalahannya. Wajar kalau Zynez meminta itu dari ku.

"Sayang, aku belum mau untuk hami lagi" ucapku pada Neva

"Selesai kita menikah, kita akan pikirkan itu. Sekarang kita fokus dulu ya sayang dengan pernikahan kita"

"Tapi........"

"Aku sudah siap untuk memiliki anak lagi. Dan aku yang akan hamil kali ini, bukan kamu. Jangan terlalu berpikir sayang"

Aku sontak melebarkan mataku menatap ke arah Neva, apa aku tidak salah dengar? Tidak aku tidak boleh membiarkan Neva mengambil keputusan ini.

"Gak Neva. Kamu gak boleh hamil" ucapku

"Apa alasan kamu?"

"Ya aku tidak mau saja"

Alasan terkuat ku adalah ketakutan. Aku takut ketika kami memiliki bayi lagi, Neva tidak akan menyayangi Zynez. Apalagi bayi itu akan lahir dari rahim Neva.

"Kamu kenapa sih Jel? Aku yang hamil bukan kamu"

"TAPI, AKU TIDAK MAU NEVA" teriakku

"Aku tidak ingin berdebat denganmu. Keputusan ku sudah finish, aku akan berkonsultasi dengan dokter untuk hal ini"

"Tidak, aku bilang tidak tetap tidak"

"Terserah Jelza, kamu tidak akan bisa menghalangi ku" ucap Neva dan hendak meninggalkan ku,

"Aku takut sayang, aku takut kamu tidak akan menyayangi Zynez lagi"

"Aku bahkan tidak sedikitpun berpikir begitu. Apa kamu masih meragukan ku? Meragukan cinta kita Jelza? Bahkan hanya sisa sehari kita akan menikah"

"Tidak sayang. Aku hany......"

"Aku gak habis pikir sama kamu Jel, kalau kamu meragukan ku, untuk apa kamu memintaku mendampingi kamu selamanya? Apa kurang kasih sayang serta cinta yang ku berikan pada kamu dan Zynez selama ini? Jujur Jel, aku kecewa sama kamu"

Melihat Neva tetap pergi meninggalkan ku. Aku lalu terduduk memikirkan semua ini. Aku juga tidak berniat mengejar Neva, karena percuma kami akan tetap berdebat. Sebaiknya memang kami menenangkan diri kami masing-masing.

Apakah takdir begitu sadis mempermainkan kami, di saat hanya menunggu waktu saja, kami akan menikah. Lalu kenapa masalah ini datang di saat seperti ini? Padahal aku ingin menjelang hari pernikahan kami, kami dapat selalu bahagia terus menerus.

Ku pejamkan mataku, dan bersandar pada sandaran sofa.

***

NEVA POV

Kekecewaanku pada Jelza tidak terbendung lagi, setelah keluar dari kamar. Aku melangkah menuju kamar ayah dan ibu. Aku berusaha mengontrol emosiku, agar orang tua ku tidak curiga kalau aku dan Jelza sedang bertengkar.

Aku mengetuk pintu kamar ayah dan ibu beberapa kali, sampai ibu membukanya dan kini berdiri di hadapanku.

"Kenapa nak?"

"Bu, aku mau ambil Zynez boleh?"

"Lagi tidur sayang. Jangan di gendong lagi, biarkan dia tertidur seperti itu. Kamu tunggu saja di sini, ibu dan ayah juga mau keluar sebentar"

"Oh oke bu"

Aku pikir memang sebaiknya tidak kembali ke kamar dulu. Aku dan Jelza membutuhkan waktu sendiri-sendiri untuk memikirkan ini semua dengan baik.

Soal Rasa 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang