BAB#22

306 24 0
                                    

JESSICA POV

Malam semakin larut, tapi kami tidak berniat untuk pulang. Meskipun nanti, kami akan bekerja di pagi hari. Selesai makan tadi, aku segera mandi dan mengajak kekasihku untuk keluar sambil menikmati suasana malam kota Jakarta. Berjalan mengelilingi setiap sudut kota ini, dan juga menikmati beberapa jajanan yang sudah lama tidak kami nikmati.

"Sayang, aku mau ke toilet sebentar ya" ucapku

"Oke sayangku. Tapi di mana?"

"Di supermarket depan aja tuh sayang"

"Oke sayang"

Mobil ku perlahan masuk ke arah supermarket itu. Bergegas turun dari mobil, aku lalu berlari kecil ke arah toilet. Tidak lupa juga, aku meminta permisi sebentar dari kasir supermarket itu.

Setelah aku keluar dari toilet dan meminta terima kasih dari kasir. Aku kembali masuk ke mobil dan hendak meninggalkan tempat itu. Namun saat aku sementara memundurkan mobilku, kami spontan kaget lantaran mendengar benturan keras dari arah belakang.

"Sayang sebentar" ucapku

Aku melangkah turun dan melihat kini aku telah menabrak motor yang berada di belakang mobilku. Aku tidak tau bagaimana ini bisa terjadi? Aku lalu meminta meminta maaf dari pengendara itu. Namun sepertinya dia tidak mau berdamai. Melihat itu, aku lalu berbicara dengannya untuk menanggung semua biaya perbaikan motornya. Tapi itu tidak lagi berhasil.

"Saya, gak mau tau. Motor saya harus balik ke semula" ucapnya

"Pak, saya kan sudah menawarkan akan memperbaiki itu. Lalu jika tidak di perbaiki, saya harus bagaimana lagi? Ini juga lecetnya gak banyak" ucapku

Kami terus bernegosiasi, hingga karena terlalu lama. Audy lantas turun dan menenangkan ku. Karena sudah mulai terpancing emosi akibat pemilik motor di depanku ini.

"Lalu bapak mau apa? Kami kan sudah minta maaf. Kami juga berniat bertanggung jawab" ucap Audy dengan sedikit kasar.

Tidak menanggapi kami, pemilik motor itu mengambil helm miliknya dan membantingnya di samping tubuh Audy. Seketika itu juga, Audy segera berlindung di balik tubuhku.

"Pak, bapak jangan kasar dong" ucapku dan mendorong tubuhnya

Dia tidak menjawabku, dia berlari mengambil batu dan memukul-mukul motornya. Apa dia gila? Aku lalu melihat sekeliling kami, yang kini sudah menjadi pusat perhatian dari setiap orang yang melewati supermarket itu.

"Sayang, ini kenapa gak ada yang mau bantu kita?" Ucap Audy berbisik

"Aku gak tau sayang"

Kami ingin pergi, tapi motornya kini menghalangi jalan kami. Alhasil kami hanya menonton apa yang dia lakukan. Lagian, kami tidak mungkin pergi, karena belum bertanggung jawab padanya. Meskipun kami sendiri tidak tau bagaimana caranya bertanggung jawab pada orang ini.

Ku rasakan, Audy memundurkan langkahnya dan menjauh dariku, serta berlari masuk ke arah supermarket. Tidak lama kemudian, dia kembali membawa seorang pria yang ku rasa mungkin salah satu kasir di sana.

"Pak tenang ya, jangan buat keributan di sini" ucap mas itu,

"Kalian harus bertanggung jawab"

"Bertanggung jawab bagaimana pak? Kasih tau kami" ucap Audy

Saat mataku menatap ke arah pemilik motor itu, aku begitu terkejut karena dia yang kini memegang pisau di tangannya bahkan mengarahkannya padaku.

"Pak, jangan main fisik" ucapku

Audy yang menyadari itu, lantas terus menarik bajuku untuk menjauh dari sana. Dia bahkan kini sudah menangis sambil memegang tanganku.

Pemilik motor itu lantas terus melangkah maju, seakan kami bertiga di sana melangkah mundur menghindari pisau di tangannya. Dengan aku yang berdiri di depan, spontan aku memukul pisau itu, hingga tanganku sedikit tergores.

Soal Rasa 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang