BAB#5

315 23 1
                                    

AUDYLAN POV

Kini di dalam kamar hanya tersisa aku dan Raya. Awalnya aku ingin menahan kepergian Jessica, tapi aku menyadari kalau di saat ini sudah ada Raya yang mungkin akan mencurigai kedekatan aku dan juga Jessica.

Tapi setidaknya, aku merasa tenang saat bangun dan mendapati tubuhku sedang berada dalam pelukannya. Apalagi di saat dia mengucapkan kata-kata untuk menguatkan ku. Tidak ada yang bisa seperti Jessica, meskipun aku dan dia tidak terikat dalam satu hubungan, namun aku tetap mengklaim dia adalah milik ku. Orang lain boleh memiliki fisiknya, tapi biarkan aku yang memiliki hatinya.

"Mbak, sudah enakan?"

"Iya sudah Ra, terima kasih" ucapku

"Terima kasih buat Jessica saja mbak"

Aku lalu tersenyum ke arah Raya. Mendapatkan suntikan vitamin, membuatku sudah mulai merasa pulih kembali. Aku lalu bergerak turun dari tempat tidur untuk kembali menemani ibu ku.

"Mbak, istirahat dulu ya"

"Gak Ra, mbak mau temani ibu saja"

Raya lantas memapah tubuhku dan melangkah bersama.

Saat melihat lagi wajah ibu ku, aku kembali menangis. Sungguh hati ku begitu sakit saat harus menerima kenyataan yang sangat pahit ini. Bisakah Tuhan memberikan aku saja yang mengalami ini semua? Aku masih membutuhkan ibu ku di hari hidupku.

"Mbak, jangan menangis lagi. Duduk ya"

Ucapan Raya pun tidak aku pedulikan. Aku terus berdiri sambil menopang tubuhku pada peti ini, air mataku yang terus berjatuhan dan tanganku yang terus mengusap lembut wajah ibuku. Aku masih berharap saat ini, ibu ku hanya tertidur dan besok dia akan bangun untuk berbicara denganku.

"Duduk ya, kamu kan tadi baru pingsan. Kalau menangis lagi, terus pingsan siapa yang menemani ibu di sini?"

Ku rasakan tangannya mengusap lembut kepalaku, entah mengapa setiap perlakuan dari Jessica membuatku kembali tenang. Meskipun aku tetap merasa hancur karena kepergian ibuku, tapi kehadiran Jessica seakan mengisi kekosongan hati ku yang saat ini sedang rapuh karena kepergian ibu ku.

Aku masih tetap menangis, tapi tangisan ku mulai melemah. Perlahan aku di bawanya duduk dan di ikuti olehnya.

Tanganku di genggamnya, sedangkan tangannya yang lain menghapus air mataku, "Kamu boleh tidur di sini, tapi aku belum mandi. Gak apa-apa kan?" Ucap Jessica sambil menepuk pundaknya.

Dia berhasil membangkitkan cinta ini. Setelah bertahun-tahun aku menguburkannya. Berusaha melupakannya sama hal seperti aku berusaha mengingatnya. Aku mengikhlaskan dia bersama siapapun, tapi aku akan tetap memaksa kalau hatinya tolong hanya untuk ku saja.

"Pantas kok bau ya" ucapku, namun tetap meletakan kepalaku pada pundaknya, "Bau wangi" ucapku lagi

Aku lantas mencoba memejamkan mataku untuk tidur.

***

JESSICA POV

Aku tidak tau berapa lama dia tertidur, bahkan pundak ku yang mulai merasakan sakit tidak ku pedulikan. Hanya karena aku ingin dia tetap terjaga dalam tidurnya. Setidaknya dia harus beristirahat sedikit, meskipun hanya dalam keadaan seperti ini.

Keluarga Audy pun beberapa kali menawarkan ku untuk bergantian menjaga Audy, namun aku menolaknya.

"Jess, apa itu pundak gak sakit?" tanya Raya

Tanganku lalu bergerak mencubit lembut tangannya. "Bisa diam gak sih?" tanyaku tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.

"Baiklah. Aku mau makan, kamu sudah makan?" ucap Raya membalas ucapan ku tanpa mengeluarkan suara

Soal Rasa 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang