JESSICA POV
Tetap melakukan panggilan video dengan kekasihku sampai dia yang mengakhirinya karena akan melakukan beberapa pekerjaan penting yang mewajibkan dia tidak boleh memegang hp atau sejenisnya.
Aku lalu memejamkan mataku untuk tidur sebelum nantinya kembali ke klinik untuk jadwal praktek ke dua ku. Belum aku tertidur terlelap, ku dengar hp milik ku berdering berulang kali. Dengan sedikit malas, aku mengambil hp itu dan melihat nama siapa yang tertera di sana. Saat membaca nama penelpon tersebut, tanpa menunggu waktu lama aku segera menerima panggilan itu.
"Hallo om?"
"Syukurlah kamu menerima panggilan om, Jess bisa ke rumah sekarang. Om membutuhkan kamu"
Aku mengerutkan keningku, lantaran bingung dengan ucapan ayah Audy barusan, Tapi aku tidak ingin menolaknya, sesuai dengan ucapan Raya semestinya kami memiliki bukti untuk ini.
"Jess bisakah?"
"Hm, iya om. Aku ke sana sekarang" ucapku
"Terima kasih nak" ucap ayah Audy dan mengakhiri panggilan antara kami.
Om Santoso memiliki sifat yang teramat baik. Tapi entah apa yang ada di pikirannya sampai dia tega melakukan hal ini.
Aku bangun dari tidurku dan kembali bersiap. Ku rasa sepertinya dari rumah Audy nanti, aku akan langsung ke klinik saja. Aku kemudian turun dan pamit dari mama, lalu bergegas masuk ke mobilku. Aku segera melaju meninggalkan rumah ku untuk menuju rumah Audy.
Sepanjang perjalanan, aku memikirkan cara untuk mengambil bukti yang nantinya akan ku tunjukan pada Audy. Tapi pikiranku seakan tertutup karena memikirkan wajah wanita sialan itu. Seandainya aku memiliki hak untuk ini, ku rasa aku akan menariknya keluar dari rumah kekasihku dengan begitu kasar.
Menempuh perjalanan selama 45 menit, kini mobilku masuk ke pekarangan rumah Audy. Aku bergegas turun dan melangkah ke arah dalam rumah. Saat melihat om Santoso, aku sedikit gugup lantaran kami sudah lama tidak bertemu.
"Selamat siang om" ucapku dan membungkuk sedikit
"Jess, kamu sudah tiba?"
"Iya om, maaf kalau aku sedikit lama"
Tanpa menjawabku, om Santoso berjalan mendekat ke arahku lalu menarik tanganku pelan menuju kamar tamu. Saat masuk, aku kaget setengah mati melihat wanita yang ku temui beberapa bulan lalu itu, kini terbaring lemah di atas tempat tidur. Aku lantas memasang wajah bingung, agar om Santoso tidak mengetahui kalau kami pernah bertemu sebelumnya.
"Jess, om memanggil kamu ke sini. Agar bisa memeriksa Gracia"
"Oke baik om. Tapi dia ini siapa om?" tanyaku
"Jess, dia ini sepupu Audy. Tapi om minta dari kamu, tolong jangan mengatakan ini pada siapa-siapa. Karena Gracia ini sedang lari dari rumahnya, dan dia bersembunyi di sini. Awalnya ya om mau bawa dia pulang tapi Gracia gak mau. Makanya om juga gak bisa bawa Gracia periksa di dokter, satu-satunya harapan om ya cuma kamu Jess" ucap om Santoso
Mendengar itu, aku lantas tertawa kecil di hatiku. Kalau om Santoso bukan calon mertuaku, mungkin aku sudah mengatainya. Lagian, dokter di kota ini bukan cuma aku, bahkan jika ini adalah sepupu Audy, masih ada Raya bukan? Tapi sudahlah, aku akan mengikuti permainannya.
"Oke om. Aku ambil peralatan ku dulu di mobil" ucapku dan segera keluar dari kamar. Saat pintu itu tertutup, aku menggerakkan kaki dan tanganku seakan sedang memukul dan menendang mereka. Sungguh aku sangat kesal berada di dalam drama ini. Merasa puas meskipun pukulan dan tendangan ku tidak mengenai mereka, aku segera berlari ke mobil dan mengambil beberapa alat yang akan ku gunakan untuk memeriksa wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soal Rasa 2
Fiksi RemajaAku kira ini telah berakhir dengan bahagia. Tapi ternyata aku salah, aku harus mendapatkan sakit lagi setelah ini. _ Jelza menarik nafas dan menghembuskannya. "Aku tau kamu bersama seseorang akhir-akhir ini, dan ku rasa mungkin kamu mencintainya. C...