JELZA POV
Aku sengaja membawa mobilku, agar ketika balik dari Singapura nanti, aku tidak perlu harus diantar oleh Audy. Bisa saja aku meminta kekasihku menjemputku, tapi aku tidak tega membiarkan Neva harus menyetir sendiri.
Tiba di bandara, aku segera memarkirkan mobilku dan berjalan masuk ke area check in untuk menemui Audy yang sedari tadi sudah menunggu ku.
"Selamat pagi mbak"
"Kamu kenapa gak terima panggilan saya?"
"Saya di mobil mbak lagi nyetir maaf" ucapku
Audy segera menyerahkan boarding pass milik ku dan berlalu melewati ku. Aku memang merasa aneh dengan sikapnya, karena biasanya dia akan seperti orang gila saat dekat ku. Tapi biarkanlah, lebih baik seperti ini. Sambil berjalan di belakang Audy, aku kemudian mengeluarkan hp dan menghubungi Neva sebentar.
"Saya minta selama kerja nanti kamu tidak mengaktifkan hp kamu" ucap Audy, dengan posisi dia yang berhenti berjalan, membuat tubuhku sedikit membentur tubuhnya.
"Mbak, saya punya keluarga. Saya akan profesional dalam bekerja. Jika saya diluar jam kerja, saya punya hak untuk apapun. Tolong jangan mengatur hal pribadi saya" ucapku dan berlalu meninggalkan Audy
Aku tidak menghentikan langkahku hingga aku tiba di ruang tunggu. Aku juga tidak berniat melihat ke arah Audy. Aku tetap menjalani tugas ku hingga kembali dari Singapura nantinya. Saat mataku kembali fokus dengan hp, ku rasakan seseorang kini berdiri di depanku.
"Saya minta maaf"
Aku lalu hanya mengangguk tanpa melihat ke arahnya. Perlahan dia lalu berpindah dan duduk di sampingku. Tapi lagi, aku tidak mengalihkan pandangan ku ke arahnya.
"Jel. Saya minta maaf" ucap Audy lagi
"Iya mbak. Gak apa-apa" ucapku,
"Lihat saya dong"
Aku menelan kasar liurku dan memejamkan mata ku sebentar. Dengan perlahan aku mengalihkan pandangan ke arah Audy yang duduk tepat di sampingku. Namun saat mata kami bertemu, Audy kemudian menggenggam tanganku.
"Terimakasih" ucap Audy,
Perlahan aku menarik tanganku dari genggamannya. Dan kembali fokus dengan hp untuk bertukar pesan dengan Neva, kekasihku.
Sekitar 35 menit berlalu, waktu boarding di umumkan, kami lalu melangkah menuju ke pesawat. Audy tidak lagi berjalan di depan atau di belakang ku. Tapi kini dia berjalan di sampingku, bahkan tangannya dengan setia melingkar di lenganku. Beberapa kali aku melepaskannya, tapi ku rasa itu percuma, Audy tetap kembali menggandeng lenganku.
Tiba di tempat duduk, aku di bantu pramugara untuk menyimpan koperku. Alhasil aku melepaskan tangan Audy dari lenganku dan lebih dulu duduk di banding Audy. Sesaat setelah Audy duduk, kembali dia melingkarkan tangannya pada lenganku.
"Mbak, duduknya bisa biasa aja?"
"Saya takut dengan ketinggian. Maaf" ucapnya dan melepaskan tangannya,
Awalnya aku biasa saja, karena ku pikir dia mungkin sengaja agar terus menggenggam ku. Namun sesaat kemudian aku menyadari, tangan Audy mulai bergetar bahkan wajahnya terlihat begitu pucat. Karena merasa bersalah, aku lalu meraih tangan Audy dan memindahkannya ke arah lenganku. "Tidak apa-apa" ucapku
Setelah pesawat lepas landas, aku mencoba memejamkan mataku untuk tidur. Tapi perasaanku dibuat kacau, saat kepala Audy lebih dulu diletakan di atas pundak ku. Mau tidak mau, aku harus terus tersadar mengantisipasi kalau saja Audy berbuat aneh nantinya. Alhasil selama penerbangan ini, aku benar-benar tetap terjaga. Sedangkan Audy begitu terlelap di atas pundak ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soal Rasa 2
Teen FictionAku kira ini telah berakhir dengan bahagia. Tapi ternyata aku salah, aku harus mendapatkan sakit lagi setelah ini. _ Jelza menarik nafas dan menghembuskannya. "Aku tau kamu bersama seseorang akhir-akhir ini, dan ku rasa mungkin kamu mencintainya. C...