୨୧⋆TEKAD (2). ༶

4 2 0
                                    

Pagi hari di kediaman Arum.

Mengingat kejadian dini hari tadi, membuat Arum mau tidak mau harus melepas foto Hendra dan foto keluarganya. Lasmi yang meminta Arum melakukan itu, supaya Bagja tidak terus-menerus merasa dibedakan dengan Hendra.

Tanpa Arum sadari, ada yang sudah memperhatikan Arum dari ambang pintu. Seorang perempuan paruh baya yang menggunakan kebaya bergaya kutu baru berwarna putih. Tangan kanan nya memegang sebuah kipas, sementara tangan kirinya membawa tas berwarna ungu yang warna nya sudah agak pudar. Senyuman tipis terukir dari sudut bibirnya yang begitu merah merekah.

"Anak gadis, rajin betul pagi-pagi sudah bersih-bersih." Ucap perempuan paruh baya itu. Arum menoleh kearah pintu. Dan sungguh, ia tidak berbohong, bahwa perempuan di ambang pintu.

"Hai, sudah lama kita sudah lama tidak bertemu." Seru Arum sambil berlari kearah pintu dan memeluk erat perempuan paruh baya itu.

***

Mahajana meminum kopi nya lagi. Ini sudah kopi kedua yang ia minum. Rupanya Raihan ada benarnya juga, mengonsumsi kopi sebanyak dua bungkus ternyata tidak terlalu buruk. Pagi ini, Mahajana menolak ajakan Santoso dan juga Aryo untuk duduk duduk santai di warung bi Asti. Ia memilih untuk berdiam di rumah sambil mendengarkan radio, atau mendengarkan ocehan Ratna.

Sebenarnya, hari ini adalah jadwal Mahajana untuk membereskan kamar. Kemarin malam, ia sudah mendapatkan ceramah panjang lebar dari Bayu mengenai keadaan kamarnya yang begitu berantakan. Jujur, rasa malas Mahajana makin bertambah.

Dengan sedikit terpaksa, Mahajana mulai merapihkan sprei nya, melipat selimut dan mengganti sarung bantal. Tidak lupa dengan membereskan beberapa buku-buku yang ada di meja belajarnya. Saat sedang membereskan meja belajar, sebuah foto terjatuh dan menyita perhatian Mahajana. Itu adalah foto Mahajana dan Arum saat mereka masih menjadi siswa SMA. Kala itu, mereka berfoto di lapangan seusai acara Pekan Kreativitas Siswa.

Mahajana tersenyum. Ingatannya kembali ke masa-masa putih biru, saat dirinya memberanikan diri untuk mengajak Arum berfoto dan mengajaknya untuk pulang bersama.

Saat itu, Pekan Kreativitas Siswa sudah selesai. Beberapa murid-murid keluar dari gerbang sekolah lalu bergegas pulang. Tetapi, Mahajana tetap berdiri di dekat tiang bendera, ia seperti mencari-cari seseorang.

Setelah menunggu beberapa lama, Arum datang menghampiri Mahajana. Langkahnya anggun sambil tersenyum malu-malu. Ia sendirian, tidak mengajak kawan sesuai dengan permintaan Mahajana.

"Maaf, sudah menunggu lama." Ucap Arum meminta maaf. Mahajana tersenyum lalu menggeleng. "Tidak, tidak lama. Lagipula acaranya juga baru saja selesai kan?"

Tanpa basa-basi terlalu lama, Mahajana mengajak Arum berfoto. Dibantu dengan Santoso yang sudah memegang kamera, mereka berdua yang saat itu nampak begitu canggung, diarahkan oleh Santoso untuk agak berdekatan dan tersenyum semanis mungkin. Sebab akan terlihat kurang mantap jika keduanya memasang wajah yang begitu kaku.

Santoso mulai menghitung, dan.... CEKREK! Foto pertama berhasil diabadikan. Santoso memberi kode kepada Mahajana agar ia merangkul Arum, agar nampak lebih romantis. Namun Mahajana menolak, tidak enak dan kurang sopan juga sebab mereka berdua baru baru berkenalan.

Dan jadilah, foto mereka yang masih agak canggung namun begitu bersejarah. Sebab itu adalah foto pertama di awal-awal perkenalan mereka.

Ada senyuman tipis yang terbit dari bibir Mahajana. Ia menyimpan lagi foto itu lalu kembali membereskan meja belajar nya.

***


"Yayu* kok kemari tidak kasih kabar? Kalau dari sebelumnya kasih kabar, kan aku bisa masak yang enak."

ROMANTIKA MAHAJANA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang