"Kau yakin mau mengajak Raihan?"
"Iya, kenapa memangnya?"
Arga Seto menggaruk kepalanya. "Tidak apa-apa, tapi, ah yang benar saja. Kau ingin mengajak lelaki dengan tampilan begini? Aku tidak yakin dia bisa diajak serius."
Mahajana menepuk pundak Arga Seto. "Tenang saja kawan, aku bisa mengaturnya. Aku yakin, dia bisa serius."
Setelah pulang dari acara pertemuan diam-diam nya bersama Roni, Mahajana sempat menceritakan kepada Arga Seto tentang Raihan, anak dari kawan Bayu. Arga Seto tentu saja ragu dengan Raihan. Bukannya apa-apa, masalahnya, setelah Mahajana menunjukkan foto Raihan yang berpenampilan heboh, Arga Seto langsung kurang yakin dengan lelaki Metropolitan itu. Dari wajah Raihan saja, Arga Seto sudah bisa menebak bagaimana anehnya tingkah laku kawan Mahajana yang satu itu.
"Jadi bagaimana?" Tanya Mahajana memastikan.
"Sudah kau tanyakan kepada Santoso?"
"Sudah, dia setuju dengan ku."
"Ah, baiklah. Kalau begitu, aku juga setuju dengan Santoso." Ada helaan nafas berat yang keluar dari mulut Arga Seto. "Kita bisa mengajak Raihan untuk ikut melakukan pengusiran hantu."
Mahajana tersenyum. "Nah, begitu dong!"
***
"Jadi, ini perlengkapan nya?"
Mahajana mengangguk.
Santoso kemudian membuka sarung yang sudah dilipat oleh Mahajana. Dalam hati Santoso, sejujurnya ia bingung. Untuk apa sarung yang sebegini bagus motifnya harus digunakan sebagai perlengkapan mengusir hantu?
Ini lebih mirip seperti ingin menghadiri acara tahlilan. Jujur saja.
"Kau pakai sarung berwarna biru, aku pakai sarung abu-abu."
Arga Seto sudah benar-benar malas.
"Bisakah kita memakai cara yang wajar?"
"Ini sudah wajar." Mahajana menanggapi ucapan Arga Seto. Ia mengambil satu buah sarung dan baju muslim berwarna putih lalu memakainya.
"Macam bapak-bapak ingin tahlilan." Arga Seto berdecak pelan.
Mahajana menoleh kearah Arga Seto. Wajah kawannya begitu kesal. Lagipula, apa salahnya? Masih untung Mahajana menyuruh Arga Seto menggunakan pakaian muslim, coba bayangkan jika Mahajana menyuruh Arga Seto menggunakan kostum Batman untuk melakukan pengusiran hantu.
Kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari depan. Saat Santoso membukakan pintu, seorang lelaki dengan dua koper di tangan kanan kiri dan kanan. Pakaian lelaki tersebut seperti seorang pelancong. Sebuah celana pendek berwarna coklat dan baju biru bermotif bunga-bunga. Seperti sebuah baju pantai.
"SPADAAAAA! RAIHAN SUDAH DATANG, MANA SAMBUTAN HANGATNYA???"
Mahajana dan Arga Seto secara kompak menoleh kearah pintu.
Raihan, lelaki yang nantinya akan tergabung ke dalam personil pengusir hantu di rumah kontrakan kang Jum, sudah datang. Mahajana sedikit beruntung sebab Raihan tidak menggunakan pakaian yang cukup heboh.
"Ini kah si Raihan itu?" Santoso berbisik.
"Iya." Jawab Mahajana. "Bagaimana, dia tidak aneh kan?"
Santoso mengamati Raihan dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Aku curiga, dia sepertinya adalah tukang sulap."
Di sisi lain, Arga Seto mengamati barang bawaan Raihan yang macam orang ingin mengungsi. Jika boleh jujur, Arga Seto ingin sekali mengomentari beberapa perlengkapan tidak berguna yang Raihan bawa. Terutama, sebuah baskom berwarna merah. Untuk apa baskom itu, wahai anak muda?
"Perkenalkan, aku Raihan Badri." Raihan memperkenalkan diri, kemudian menyalami Santoso juga Arga Seto bergantian.
"Saya, Arga Seto. Samudra Argadana Putra Setyo."
Raihan berdecak kagum mendengar Arga Seto menyebutkan nama lengkapnya. "Bagus sekali nama kau. Panjang macam kereta api."
Lelaki itu kemudian menyalami Santoso.
"Aku Santoso Adicipto. Panggil aku Santoso saja."
Raihan mengamati Santoso. "Dari cara kau berbicara, kau sepertinya orang Medan ya?"
"AH, IYA BETUL!" Santoso berteriak senang. "Kau juga orang Medan kah? Medan di mana nya?"
"Eh bukan," Raihan menggeleng. "Aku asli Cirebon, tapi aku bekerja di Jakarta sana."
Untuk mempersingkat waktu, Mahajana segera menyuruh Raihan untuk mengganti bajunya menjadi baju muslim lengkap dengan sarung. Tentu saja Raihan bingung. Untuk apa menggunakan baju seperti ini? Apakah Raihan akan diminta untuk ikut tahlilan? Atau acara Aqiqah?
"Ganti baju mu, setelah itu, kita akan mulai pertempuran dengan bangsa-bangsa ghoib."
______________________________________
You can follow my ig :
@rbiellaa.e
@rahmabiella.world
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANTIKA MAHAJANA [ON GOING]
RomanceBagi Mahajana, Arum adalah salah satu mimpi yang harus ia wujudkan. Arum, dan Arum. Tetap dan selalu Arum. "Arum, panjang umur selalu. Sebab salah satu mimpiku ada pada dirimu." ©Rahmaayusalsabilla Publish, 08 Januari 2024.