୨୧⋆YANG PERTAMA TIDAK SELALU SELAMANYA. ༶

3 1 0
                                    

Sinar mentari pagi menyinari wajah Arum yang sedang duduk di depan toko bunga. Dia memang berencana untuk bekerja disitu sesuai dengan rekomendasi Rita. Arum tentu sangat menyetujui nya, apalagi dia adalah penyuka bunga.

"Ini, Arumi ya?"

Arum yang merasa namanya dipanggil, langsung menoleh. Di sampingnya sudah berdiri seorang wanita paruh baya dengan kemeja putih dan rok hitam panjang. Wanita itu tersenyum ramah kepada Arum. Sangat ramah.

"Mari masuk dulu."

Arum mengikuti langkah wanita itu. Begitu ia masuk ke dalam toko bunga, pandangan matanya langsung dimanjakan dengan beberapa bunga, dan juga beberapa pekerja di toko tersebut yang ternyata rata-rata adalah ibu rumah tangga.

"Keponakan Rita ya?"

Arum mengangguk saat wanita paruh baya yang tadi menyuruhnya untuk masuk itu bertanya.

"Saya Marisa. Salam kenal."

Perempuan paruh baya itu mengulurkan tangan. Arum dengan senang hati menjabat tangan perempuan dihadapannya. "Aku Arumi. Kirana Arumi Arkadewi."

Marisa tersenyum lagi. "Asal mu dari Cirebon ya nduk?"

"Iya. Bibi cerita banyak ya kepada Mbak Yu?"

Marisa mengangguk. "Ya...tidak terlalu banyak. Dia cuma bilang, kalau nanti keponakannya yang dari Cirebon akan bekerja disini."

"Kau bisa bekerja mulai sekarang. Aku senang, akhirnya ada anak muda yang mau bekerja disini, Arumi."

***

"Bibi tidak pernah tahu keberadaan Aryo sampai hari ini. Beberapa kali, memang, Aldo melewati rumah Aryo. Namun, nyatanya, dia tidak ada. Rumahnya sepi, kosong."

Santoso, Arga Seto dan Mahajana sedang berada di warung Bi Asti untuk menanyakan keberadaan Aryo. Sama halnya seperti Mahajana, ternyata, Bi Asti juga kehilangan jejak dan kabar Aryo.

Hilangnya Aryo, memang masih menyisakan tanda tanya. Menurut penuturan Aldo juga, rumah Aryo sudah kosong tak berpenghuni. Biasanya, di depan rumah Aryo, neneknya selalu duduk di beranda rumah sambil menyapa beberapa orang yang lewat. Namun, sejak kabar hilangnya Aryo mencuat, rumah Aryo menjelma menjadi bangunan kosong.

"Jadi, kapan kita akan mencari Aryo?" Tanya Santoso. Mahajana melirik Arga Seto, memberikan kode lewat mata, yang kira-kira isinya begini: "Bagaimana, apakah kau mau ikut kami mencari Aryo?"

"Aku ikut kalian saja." Jawab Arga Seto.

"Masalahnya, kita tidak tahu kemana Aryo pergi."

Mahajana sudah berkali-kali menelepon Aryo dini hari tadi. Berharap bahwa kawan baiknya, akan mengangkat telepon tersebut, meski hanya sekedar mengucapkan "Halo" atau "Ada apa?" Meskipun nyatanya, beberapa kali pula, telepon itu tidak diangkat.

"Begini saja!" Santoso menjentikkan jemarinya. Dia mendapatkan ide. "Kita akan cari Aryo ke kota dulu. Mungkin dia berada di sana."

Ucapan Santoso disetujui oleh Arga Seto. "Ide bagus, aku sependapat dengan Santosa"

"Santoso. Nama ku SANTOSO, bukan Santosa." Santoso mengkoreksi kesalahan Arga Seto saat mengucapkan namanya. Sejak awal berkenalan beberapa jam lalu, nyatanya, Arga Seto masih saja keliru saat memanggil nama Santoso.

***

"Aku biasanya mampir ke toko kue oleh-oleh dulu, biasa, untuk mencari camilan. Kalau kau mau ikut, ayo, kita mampir ke sana."

ROMANTIKA MAHAJANA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang