Cirebon, November 1996.
_______________________Aku pujangga yang menatap langit malam
lalu aku bertanya-tanya, "Kemana perginya rembulan, Tuhan?"
Ku cari kesana kemari cahaya sang bulan
Lalu aku menemukan nya kembali dalam bentuk yang lebih menawan.
Sayang, aku menemukan bulan pada kerling matamu.-Ganantara Hardika Mahajana.
__________________________________________
Orang-orang bilang, kalau dua insan sudah saling memadu kasih, dunia rasanya milik berdua. Yang lain cuma ngekost dan numpang makan lalapan saja. Kalau dua insan sudah saling jatuh cinta, bau amis menyengat dari daging-daging ikan yang jika tercium mampu membuat hidung rasanya ingin melompat itu terasa harum seperti bunga-bunga. Kalau sudah saling rindu, tukang koran keliling yang lewat di depan rumah dengan ramah tamah saja dikira kekasih. Apalagi jika malam tiba, ketika rindu semakin menyiksa, kadang bantal guling bermotif bunga-bunga lusuh dan sudah terkontaminasi air liur yang keluar secara tidak sadar ketika tidur bisa dipeluk erat-erat sambil membayangkan sedang berpelukan dengan kekasih.
Pernah begitu??
Naik sepeda melewati tempat pembuangan sampah dekat kebun yang konon katanya mampu bikin para setan penunggu kebun mual-mual brutal saja serasa aroma nya seperti pewangi pakaian. Harum semerbak. Jangan heran, begitulah cinta menguasai diri manusia. Sehari dua hari menahan rindu, rasanya ingin segera bertemu. Lima enam hari rindu, rasanya tidak karuan, seperti orang kerasukan siluman dari gua pedalaman hutan.
Mungkin hal itu, tidak jauh berbeda seperti yang dirasakan Mahajana. Lengkapnya, Ganantara Hardika Mahajana. Lelaki berumur 19 tahun itu rupanya sedang jatuh cinta. Gara-garanya adalah seorang gadis bernama Kirana Arumi Arkadewi, kalau nama pendeknya Arumi, tapi boleh kalian persingkat lagi menjadi Arum. Mereka berdua adalah sepasang kekasih, hubungan mereka terjalin sejak masih menjadi murid SMA hingga setelah mereka lulus pun, hubungan mereka masih berjalan baik. Bukan hanya itu, kedua orang tua Arum dan Mahajana juga mengetahui hubungan anak mereka.
Sore tadi, Mahajana mendatangi rumah Arum sambil membawa pisang goreng. Tidak tanggung-tanggung, 4 wadah ia beri semua untuk Arum dan keluarga. Sekalian juga ingin mengajak Arum jalan-jalan sore mengelilingi kota. Gaya Mahajana sudah rapih, seperti artis papan atas ingin manggung. Bau harum nya semerbak menguar, segar dan berkharisma.
Bukan hanya itu, ia juga sudah membersihkan Samson, motor dengan merk Honda Astrea 800 kesayangannya yang konon warisan dari kakeknya yang sudah wafat empat tahun silam. Spion nya sudah kinclong tanpa noda sedikitpun, ban yang sudah diganti serta bensin full tak lupa dengan oli yang masih baru. Semua demi terlihat perfect untuk mengajak pujaan hatinya berkeliling kota.
"Waah, mau jalan-jalan?" Tanya seseorang dari dalam rumah Arum. Mahajana mengarahkan pandangannya kearah jendela ruang tamu Arum. Seorang lelaki sedang tersenyum jahil kearah Mahajana. Bagja Purnomo Bahruddin namanya, kakak kedua Arum.
"Eh, mas Bagja" Mahajana tersenyum agak malu-malu. "Mas gak kerja?" Tanya Mahajana kemudian. Basa-basi agar bisa terlihat akrab dengan Bagja.
"Ya kalau aku ada disini, berarti aku tidak kerja dong. Nah kalau aku tidak ada disini, berarti aku kerja" Jawab Bagja sambil tertawa. Mahajana juga ikut tertawa. Lebih tepatnya, menertawai pertanyaan nya yang tidak perlu ia tanyakan. Bagja dan Mahajana bisa dibilang , cukup dekat. Ya, tidak terlalu dekat juga sebenarnya. Karena memang, Bagja adalah orang pertama yang mengetahui bahwa Arum menjalin asmara dengan Mahajana, si lelaki rapih jali yang gemar sekali berpuisi. Konon katanya, setiap Arum pulang setelah seharian menghabiskan waktu bersama Mahajana, ia akan tersenyum-senyum sendiri, kadang tertawa bahagia seperti baru mendapatkan kupon umroh. Kadang, sifat jahil Bagja keluar. Setelah sholat maghrib berjamaah dengan ibu, bapak dan Arum, biasanya Bagja akan memulai sebuah obrolan dengan semangat dan berapi-api. Seperti sebuah presenter gosip yang siap membawakan hot news nan up to date untuk para pendengar. Ibu dan bapak sudah mengetahui kebiasaan Bagja dan adiknya. Bisa dipastikan setelah selesai sholat maghrib, Arum yang menghajar punggung kakak lelaki nya menggunakan tutup panci hingga bapak terpaksa melerai kedua nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANTIKA MAHAJANA [ON GOING]
RomanceBagi Mahajana, Arum adalah salah satu mimpi yang harus ia wujudkan. Arum, dan Arum. Tetap dan selalu Arum. "Arum, panjang umur selalu. Sebab salah satu mimpiku ada pada dirimu." Dan bagi Arum, Mahajana adalah salah satu alasannya untuk tetap hidup...