Mahajana mengerjapkan matanya sambil sesekali menguap. Ia melihat kearah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh tepat. Mahajana belum mau beranjak, lelaki itu mencoba meregangkan badannya lalu mencoba untuk memejamkan matanya kembali.
Belum sempat ia menutup matanya dengan sempurna, suara Ratna membuatnya buru-buru mengambil posisi duduk dengan rambut yang berantakan dan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul.
"Kamu ini seperti ayahmu saja, suka sekali tidur diruang tamu." Ucap Ratna sambil ikut duduk di samping Mahajana. Mahajana menggaruk kepalanya dan kembali menguap.
"Pergi ke kamar mandi, dan cepat cuci muka. Lihat, ada air liur di pipimu."
Mendengar Ratna mengatakan bahwa ada air liur di pipi nya, Mahajana langsung berlari kamar mandi. Ia tidak mau wajah nya yang rupawan terkontaminasi oleh air liur. Apa nanti kata dunia??
***
"Lumayan banyak juga ya telur asin nya. Ini bisa disimpan untuk makan malam nanti. Supaya kau tidak masak terlalu banyak, Lasmi."
Laras membuka bungkus plastik yang Arum peroleh dari Aldo. Tidak lain dan tidak bukan berisi sebuah telur asin pesanan Laras. Melihat telur asin yang begitu banyak, mata perempuan itu berbinar. Laras memang salah satu peminat telur asin yang tersebar di penjuru Indonesia.
"Aku akan tetap memasak Yu, anak-anak suka sekali masakanku. Yayu juga belum mencoba rendang, sayur kangkung dan perkedel buatan ku, ya kan? Biar nanti aku buatkan malam ini."
Laras terkekeh. "Lasmi, kau ini sejak dulu memang tahu betul bahwa selain menyukai telur asin, aku juga suka perkedel." Mendengar itu, Lasmi ikut terkekeh. Dua kakak beradik ini sedang meletakkan telur asin pada sebuah wadah kecil yang nantinya akan di simpan di atas meja makan. Tepat saat makan malam.
"Mana anak perempuan mu?" Tanya Laras saat menyadari bahwa Arum tidak keluar-keluar kamar setelah selesai menjemur beberapa baju.
"Dikamar mungkin Yu."
"Dan Bagja? Dimana anak itu? Setelah sholat Shubuh aku lihat dia sudah rapih sekali. Belum sempat aku bertanya, anak itu sudah keburu menaiki motor dan pergi entah kemana."
"Bagja pergi bekerja. Memang begitu, dia akan berangkat pagi buta, lalu pulang larut malam."
Laras menghela nafas. "Bagja hampir saja selalu melewatkan makan malam. Padahal, aku sudah siapkan piring untuknya. Dia selalu lupa berkabar lewat telefon, hanya untuk mengatakan bahwa dia tidak bisa ikut makan malam. Kalau dia memberi kabar, kita bisa sisakan beberapa lauk yang enak dan sedap untuknya."
Bagja memang menjadi pribadi yang begitu tertutup. Ia jarang bercerita kepada Lasmi, maupun Bahrin tentang hari-harinya, masalah yang sedang ia hadapi, atau bahkan sekedar memberi tahu bahwa cuaca sedang terang ataupun mendung. Setiap ia pulang, tepat di jam sepuluh malam, ia hanya bersalaman kepada Lasmi lalu pergi ke kamar mandi, lalu masuk lagi ke kamarnya. Tidak ada cerita-cerita keluar dari mulutnya sama sekali.
"Malam ini, kau buatkan makanan paling enak untuk Bagja. Apa saja, entah itu ikan goreng, atau rendang, atau apapun itu. Kalau bisa, kau buatkan makanan kesukaan dia lalu simpan di meja makan." Perintah Laras.
"Apa makanan kesukaan Bagja?" Tanya Laras kemudian. Lasmi berfikir sejenak. Mencoba mengingat-ingat. "Dia suka semua masakan ku, tetapi sayur kangkung dan perkedel adalah yang paling ia sukai. Dulu saat semua masih lengkap, setiap makan malam, dia selalu memintaku untuk membuatkan perkedel. Jika tidak dibuatkan, ia tidak mau ikut makan malam." Lasmi mengakhiri kalimatnya dengan tawa yang getir. Otaknya seperti memutar kenangan masa lalu. Saat semua nya masih bersama, saat keluarga nya menjadi keluarga paling bahagia di bumi. Lasmi ingat betul, makan malam paling bahagia nya saat dua hari menjelang bulan Ramadhan tahun 1982. Biasanya, Hendra dan Bagja akan saling berebut perkedel, tetapi pada malam itu kedua anak lelaki nya begitu kelihatan damai. Tidak ada keributan, tidak ada Hendra yang mengadu pada Bahrin karena ulah Bagja, dan tidak ada Bagja yang merajuk sebab jatah perkedelnya diambil oleh Hendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANTIKA MAHAJANA [ON GOING]
RomanceBagi Mahajana, Arum adalah salah satu mimpi yang harus ia wujudkan. Arum, dan Arum. Tetap dan selalu Arum. "Arum, panjang umur selalu. Sebab salah satu mimpiku ada pada dirimu." Dan bagi Arum, Mahajana adalah salah satu alasannya untuk tetap hidup...