୨୧⋆BALADA BANDUNG & DESEMBER : Jampi-jampi mujarab༶

2 1 0
                                    

"Jadi, kau sama sekali tidak bisa Ron?"

"Tidak bisa kang, aduh maaf pisan, bukannya saya tidak mau menolong akang, tapi besok saya harus ngurus keponakan saya. Kang Mahajana kan tahu sendiri, saya kalau hari libur jarang sekali bisa keluar rumah."

Mahajana tertunduk lesu. Entah siapa lagi yang bisa ia mintai bantuan. Sebab, Roni adalah harapan terakhirnya. Ia jadi ingat ucapan Santoso, bahwa hantu suka dengan sesuatu yang ganjil. Mahajana jadi cemas sendiri.

"Memangnya, akang mau ngusir hantunya besok? Maksud saya... benar-benar besok gitu?" Tanya Roni memastikan lagi.

"Iya besok. Saya sudah tidak kuat mendengar bunyi-bunyian berisik dan aneh yang sering muncul di gudang. Tidur saya jadi kurang lelap."

"Aih, seram ya." Roni bergidik, ia jadi ikut-ikutan merinding.

"Eh, tapi, saya punya sesuatu buat mengusir hantu."

Mahajana yang tadinya lesu tak bersemangat, menjadi kembali berseri. Dengan mata berbinar, dia meminta Roni untuk memberi tahu 'sesuatu' yang tadi ia maksud. Mungkinkah sebuah kalung jimat? Ataukah cincin batu akik? Oh, atau sebuah mantra?

Nanti malam, saya ke rumah akang, saya kasih secara gratis dan cuma-cuma 'sesuatu' yang biasa saya pakai buat menangkal makhluk-makhluk gaib begitu."

"Manjur tidak Ron? Kalau tidak manjur, ya percuma dong." Mahajana menjadi sedikit skeptis.

"Jangan ditanya, ini sudah teruji coba lebih dari sepuluh kali, dan hasilnya manjur! Kuntilanak di pohon mangga rumah saya saja sampai kabur gara 'sesuatu' yang saya punya." Bangga sekali Roni mengucapkan ini. Lagaknya sudah seperti pedagang jimat penangkal hantu yang sudah tersohor hingga negeri seberang.

"Benarkah?"

"Benar kang. Akang kalau gak percaya..." Roni menepuk dadanya. "Belah dada saya deh."

"Nanti malam, saya kasih deh 'sesuatu' nya. Saya anterin ke kontrakan akang."

Malam nanti, Roni akan mengantarkan 'sesuatu' untuk Mahajana. Sebelumnya, lelaki itu meminta Mahajana agar menunggu di jalan dekat rumah kang Jum. Jalanan itu terkenal sepi, bahkan baru jam delapan malam saja, tidak ada yang berani melewati jalanan sempit itu. Selain karena minim pencahayaan, dulu, menurut warga setempat, di gang kecil itu dahulunya pernah terjadi pembunuhan tepat pada jam tiga dini hari. Entah itu benar atau tidak, yang jelas Mahajana tidak takut.

"Nanti malam, saya hubungi akang ya. Akang tidak sibuk kan?"

"Tidak," Mahajana menggeleng. "Kalau kau sudah sampai di dekat gang, tolong telepon aku. Setahuku, ada telepon umum di sana."

"Bisa diatur, kang."

***


Jam setengah tujuh malam di kontrakan kang Jum.

Santoso masih sibuk merapihkan kamarnya, sehingga tidak ikut makan malam bersama Mahajana dan juga Arga Seto. Sungguh sangat disayangkan, sebab, Arga Seto malam ini membawa kabar baru. Lebih tepatnya adalah... Gosip.

"Ayahku kenal dengan seseorang dari Bangka Belitung, dia bisa mengusir hantu, mengobati orang sakit, dan mengeluarkan duri serta benda-benda tajam dari tubuh manusia dengan sekedar menekan-nekan bagian tubuh yang sakit dan ajaibnya, benda tajam itu keluar dari tubuh pasiennya!"

Mahajana sedikit terkagum-kagum mendengar cerita Arga Seto. Keren juga, pikirnya. Manusia mana yang mampu mengeluarkan benda-benda tajam dari tubuh manusia lainnya? Apakah, orang yang diceritakan Arga Seto adalah titisan dewa? Ataukah, memang benar-benar dewa dari khayangan yang turun ke bumi untuk memberikan kesembuhan bagi orang sakit yang nelangsa?

ROMANTIKA MAHAJANA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang