୨୧⋆Tchaikovsky, Swan Lake Op.20.༶

12 2 1
                                    

Besok malam.

Malam ini, sesuai dengan perjanjian, bahwa Mahajana akan datang ke kediaman Arum untuk meminta izin kepada orang tua kekasihnya. Dengan pakaian yang super rapih, wangi dan nampak gagah, Mahajana memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumah Arum. Ia berulang kali melafalkan doa, mulutnya komat-kamit seperti dukun membaca mantra. Berharap baik ibu dan ayah Arum menyambutnya dengan baik dan sukacita.

"Permisi." Mahajana mengetuk pintu rumah Arum. Dari dalam rumah, terdengar suara radio yang sedang memutar beberapa tembang Cirebonan. Mahajana tebak, pasti ayah Arum yang menyalakan radio.

Mahajana mencoba mengetuk pintu rumah kekasihnya sekali lagi. Kali ini dengan salam yang sedikit keras.

"Permisi!."

Beberapa menit kemudian, pintu itu dibuka. Seorang perempuan paruh baya berdiri dihadapan Mahajana.

Lasmi, ibunda Arum yang rupanya membuka pintu. Mahajana tersenyum lalu menyalami tangan Lasmi dengan hormat selayaknya seorang anak kepada ibu nya.

"Selamat malam ibu, apakah Arum ada?."

"Arum? Iya, dia ada di kamar. Ada apa Mahajana, malam malam begini kemari?."

"Sa...saya bermaksud untuk-,"

"Mahajana? Sudah lama menunggu?."

Lasmi dan Mahajana secara bersamaan melihat kearah pemilik suara. Arum, perempuan itu berdiri diruang tamu dengan baju serta rok berwarna biru muda lengkap dengan pita yang kemarin Mahajana berikan. Arum terlihat begitu manis, sangat manis. Gula jawa pasti kalah saing.

"Ibu, aku mau pergi kerumah Mahajana. Aku ingin bertemu dengan keluarga nya. Sudah lama aku tidak bertemu mereka, aku janji tidak akan pulang terlalu larut. Boleh kan?." Arum menghampiri Lasmi lalu meminta izin dengan nada bicara manja macam anak kecil.

"Betul Bu, saya akan menjaga Arum dengan baik. Dan, tentu saja Arum tidak akan pulang begitu larut. Sebab saya tahu bahwa ibu sangat menyayangi anak gadis ibu yang satu-satunya ini." Ucap Mahajana berusaha meyakinkan Lasmi. Lasmi melihat kearah Arumi dan Mahajana secara bergantian. Tatapan nya begitu datar. Jujur, Mahajana menjadi agak canggung.

"Bu, ibu bisa pegang ucapan saya. Jika saya telat sedikiiiiiiit saja mengantar Arum pulang, ibu boleh memarahi saya, ibu boleh menghukum saya dengan membersihkan atap rumah ibu ataupun memangkas rumput-rumput di pekarangan rumah ibu pun saya siap." Mahajana meyakinkan Lasmi lagi.

"Ibu sudah mengizinkan." Jawab Lasmi dengan senyum tipis. Arum bahagia bukan main, dan pandangan mata Mahajana berbinar.

"Jam sembilan, Arum sudah harus ada dirumah. Jangan sampai terlambat pulang."

Mahajana mengangguk. Ia mencium kembali punggung tangan Lasmi diikuti dengan Arum yang sudah begitu cantik dan semerbak harum seperti bunga-bunga taman.

Sebelum Arum masuk ke dalam mobil yang Mahajana bawa, ia melambaikan tangan nya kearah Lasmi. Perempuan itu hanya tersenyum tipis sambil mengangguk sebagai jawaban.

"Kau, terlalu cepat besar Arum."

***

Kediaman Mahajana rupanya sedang mengadakan pesta kecil-kecilan. Diruang tengah, keluarga kecil ini berkumpul sambil memakan beberapa hidangan yang dibuat oleh 'tangan ajaib' Ratna.

Kedatangan Arum, membuat warna baru untuk acara malam ini. Seperti seorang putri yang mendapatkan undangan spesial, gadis itu langsung disambut dengan baik. Terutama oleh Ratna dan Nirmala. Kedua perempuan itu mendadak menjadi manusia paling heboh sealam raya.

ROMANTIKA MAHAJANA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang