⚠️ Part ini sedikit mengandung kekerasan dan kata-kata kasar. Penulis menyarankan untuk para pembaca dibawah umur dan juga pembaca lainnya untuk bijak dan jangan sampai ditiru di dunia nyata. Terima kasih ‼️
____________________________
"Sumarsih, tidak pantas orang sepertimu menjalin asmara (lagi) dengan lelaki gagal dan tidak bermasa depan sepertiku. Sudah jelas, ayahmu akan marah bila melihat berlian kesayangannya berdekatan dengan sampah yang hina sepertiku. Pergilah."
-Sunaryo. (Aryo)___________________________
Malam yang sudah terencana tiba. Warung bi Asti ramai oleh para warga. Halaman yang biasanya sepi, kini meriah oleh obor-obor yang dipasang di sisi kanan dan kiri. Beberapa alat musik tradisional tersusun rapih diatas tikar yang berada di tengah-tengah halaman. Serta bau kemenyan semerbak menemani malam nan ramai di area warung.Mahajana, bersama dengan Arum sudah duduk manis di kursi yang sudah tersedia disana. Ia juga mengajak Ratna, Nirmala dan juga Bayu untuk ikut serta menonton pertunjukan asli Cirebon yang sudah jarang sekali ia temukan.
Mata Mahajana mencari keberadaan Santoso dan juga Aryo. Sebelum berangkat, Santoso menelepon nya dan mengatakan bahwa dirinya dan Aryo kemungkinan akan sedikit terlambat sebab Robert-motor kesayangan Santoso harus mengalami sedikit perbaikan.
"Pastikan kau tidak mengantuk, sebab acara belum saja dimulai." Ucap Mahajana sambil mengelus kepala Arum yang sedang duduk di samping nya.
"Aku, tidak mengantuk. Tenang saja." Jawab Arum santai. Ia sibuk mengunyah biskuit yang sengaja ia bawa dari rumah.
"Tidak mengantuk atau belum mengantuk?." Tanya Mahajana memastikan.
"Belum mengantuk sepertinya."
Mahajana tertawa. Ia menarik pelan hidung Arum. Nirmala yang melihat kelakuan kakaknya menggelengkan kepala. Nirmala memulai kejahilan nya, ia mengeluarkan kamera kesayangannya yang sengaja ia bawa lalu mulai mengambil gambar dua manusia yang sedang bermesraan tersebut.
Suasana makin ramai. Para penonton makin bertambah, warung bi Asti kebanjiran banyak pesanan. Lihat saja Aldo, sedari tadi bolak-balik membawa nampan berisi semangkuk mie ayam dan teh manis. Bi Asti juga terpaksa sedikit berteriak ketika menanyakan pesanan para pembeli, sebab suara nya kalah dengan ramainya para pengunjung.
Keramaian yang makin memuncak membuat mata Mahajana lagi-lagi mencari keberadaan dua kawannya. Belum nampak pula batang hidungnya. Jangankan batang hidung, suara dan aroma parfum nya saja belum terdeteksi ada di sekitar area ini.
Sementara Mahajana sibuk mencari Santoso dan Aryo, Arum justru terpana ketika melihat seorang perempuan yang sedang duduk bersama dengan seorang pria paruh baya. Perempuan itu menggunakan kebaya dengan model Kutu baru berwarna putih serta hiasan bunga-bunga kecil. Arum merasa bahwa ia pernah bertemu dengan perempuan berkebaya itu, tapi entah kapan dan dimana.
"Apa kamu kenal dia?" Tanya Arum kepada Mahajana sambil menunjuk perempuan yang yang ia maksud. Lelaki yang semula sedang mencari-cari seseorang diantara banyaknya kerumunan manusia itu akhirnya mengalihkan pandangannya mengikuti arah telunjuk Arum.
Mahajana sedikit terkejut. Sumarsih. Sumarsih, mantan kekasih sahabatnya itu benar-benar sudah kembali. Yang dikatakan bi Asti memang benar, Sumarsih kini berbeda. Kulitnya putih dan sehat, rambutnya tergerai dan ia menjadi lebih tinggi. Aryo pasti tercengang melihat Sumarsih malam ini, batin Mahajana.
"Sumarsih, dia sudah kembali." Bisik Mahajana di telinga Arum. Arum sama terkejutnya dengan Mahajana saat mengetahui bahwa Sumarsih sudah kembali. Arum tidak dekat dengan Sumarsih meskipun mereka berdua saling kenal. Arum juga mengetahui bahwa dahulu Aryo dan Sumarsih pernah menjalani hubungan asmara yang sayangnya harus dipaksa selesai oleh Raharjo.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANTIKA MAHAJANA [ON GOING]
RomanceBagi Mahajana, Arum adalah salah satu mimpi yang harus ia wujudkan. Arum, dan Arum. Tetap dan selalu Arum. "Arum, panjang umur selalu. Sebab salah satu mimpiku ada pada dirimu." ©Rahmaayusalsabilla Publish, 08 Januari 2024.