Malam nan damai sentosa di kediaman Mahajana. Kini, keluarga kecil itu sedang berkumpul di ruang makan sederhana. Seperti biasa, Ratna, ibu Mahajana yang lebih akrab dipanggil dengan sebutan bunda oleh anak-anaknya, kali ini membuat Bakwan Jagung yang tidak lain dan tidak adalah menu paling andalan di keluarga kecil ini.
Sepulang dari jalan-jalan bersama Arum tadi, Mahajana sempat mengajak kekasih nya untuk mampir sebentar ke rumah. Sebab, bunda membuat banyak menu makanan, terutama Bakwan Jagung. Mahajana tahu betul bahwa selain menyukai pisang goreng, Arum juga menyukai Bakwan Jagung buatan Bunda yang konon rasanya melebihi makanan di restoran bintang tujuh. Ah, tetapi sayang sekali Arum tidak mampir. Padahal kan enak, dapat bakwan jagung gratis...
"Ini bakwan sisa satu, masih ada yang mau makan?" Tanya Nirmala. Adik perempuan Mahajana. Nirmala Nayanika nama lengkapnya, tapi cukuplah kalian panggil Nirmala.
"Bunda, ayah, bakwan nya mau dimakan atau tidak?" Tanya Nirmala sekali lagi. Ratna menggeleng. "Habiskan saja."
"Ayah dan bunda sudah kenyang. Habiskan saja." Bayu, ayah Nirmala ikut menjawab. Lelaki paruh baya itu berdiri lalu berjalan meninggalkan area dapur. Mungkin hendak keruang tamu atau ke kamar.
Riang gembira hati Nirmala. Baginya Bakwan Jagung buatan Ratna adalah candu terbesar bagi hidupnya. Hatinya yang gundah, menjadi bahagia, pusing di kepalanya bisa hilang ketika mencium aroma Bakwan buatan Ratna. Begitulah cara kerja dan peran penting Bakwan jagung Ratna dalam kehidupan keluarga kecil ini.
"Eh, tunggu." Ucap Mahajana menahan tangan adiknya saat hendak mengambil Bakwan yang tersisa diatas piring berwarna putih.
"Mau dimakan?" Tanya Mahajana. Nirmala mengangguk. Mahajana mengambil bakwan itu lalu memotong nya menjadi dua bagian. Satu bagian ia beri kepada Nirmala dan satunya lagi ia lahap.
"Kok mas makan Bakwan nya?"
"Kan bagi dua. Itu masih ada." Jawab Mahajana sambil menunjuk sepotong Bakwan yang ada di piring. Nirmala agak kecewa.
"Kenapa harus dibagi?"
"Ya karena hidup mesti berbagi."
Nirmala memasang wajah murung.
"Padahal aku mau bakwan yang utuh."
Mahajana mengambil kembali potongan bakwan yang ada di tangan adiknya. Kemudian ia melahapnya. Nirmala kaget, ia menatap Mahajana yang sedang mengunyah Bakwan tanpa rasa berdosa sedikitpun.
"Karena tadi kamu bilang, kalau kamu mau Bakwan yang utuh, jadi bakwan mu ini aku makan." Jawab Mahajana sambil melirik Nirmala. Ia melenggang pergi dari ruang makan untuk menuju kamar dan berpura-pura tuli saat Nirmala meneriaki nya seperti sedang meneriaki pencuri kotak amal masjid.
"ITU BAKWAN KU, KENAPA MAS MAKAN SEMUA?? KEMBALIKAN BAKWAN KU, KEMBALIKAN!! AKU LAPORKAN PADA BUNDA NIH. BUNDAAA, BUNDAAA MAS JANA JADI MALING BAKWAN, MASA BAKWAN PUNYAKU DIAMBIL. BUNDAA LIAT ITU BUNDAAAA!!!"
"Mala, jangan berteriak-teriak. Sudah malam, tetangga kita nanti terganggu. Apalagi bu Sita, baru saja tiga hari lalu melahirkan. Apa kamu tidak kasihan kalau nanti anaknya yang sedang tidur lalu terbangun dan menangis keras?." Ucap Ratna menyuruh Nirmala untuk tidak berisik. "Kalau kamu ingat, pak Dirga, suami bu Sita itu anggota BRIMOB. Bunda tidak mau terjadi apa-apa dengan keluarga kita kalau sampai gara-gara teriakan kamu anaknya jadi terbangun." Lanjut Ratna sedikit menakut-nakuti Nirmala.
"Apa nanti keluarga kita akan di tembak?."
"Mungkin, lebih tepatnya kamu yang akan di tembak."
"TIDAK MAU."
***
Arum memandang langit dari jendela kamarnya. Ia baru saja selesai menunaikan sholat Maghrib bersama Bagja juga ayah ibu nya. Gadis dengan rambut terurai itu nampak gundah. Ada sesuatu yang membuatnya sedih malam ini, sebenarnya bukan hal baru, sebab ini menyangkut ibunya-Lasmi. Perempuan paruh baya itu sering sekali menangis sejak kehilangan anak pertamanya, Hendra Kamal Bahruddin. Alias kakak pertama Bagja dan Arum. Kejadian ini sudah lama, saat itu Arum baru menginjak kelas dua SMP. Kala itu, Hendra, melakukan perjalan ke suatu kota menggunakan kapal laut bersama tiga teman nya: Sahal, Hussen dan Jio. Mereka bertiga juga satu kampung dengan Arum. Menurut pengakuan Bahrin Bahruddin—ayah Arum, Hendra dan ketiga teman nya akan menuju ke suatu kota yang jauh untuk mencari pekerjaan. Namun, sayangnya, kapal yang mereka tumpangi harus berakhir riwayatnya karena hantaman cuaca yang tak begitu bersahabat. Mereka berempat dan beberapa penumpang juga kru kapal ikut tenggelam. Kejadian tragis itu menggemparkan kampung tempat Arum tinggal. Apalagi empat korban nya adalah warga desa Arum. Yang salah satu nya adalah kakaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANTIKA MAHAJANA [ON GOING]
RomanceBagi Mahajana, Arum adalah salah satu mimpi yang harus ia wujudkan. Arum, dan Arum. Tetap dan selalu Arum. "Arum, panjang umur selalu. Sebab salah satu mimpiku ada pada dirimu." ©Rahmaayusalsabilla Publish, 08 Januari 2024.