Tidur Mahajana yang lelap dan nikmat harus hilang dikarenakan suara bising dari salah satu ruangan. Saat ia melihat jam, jarum jam itu sudah menunjukkan pukul empat sore. Yang artinya, dia tidur cukup lama.
Mahajana membuka pintu kamar dan mencari keberadaan Santoso. Namun, nihil. Santoso tidak berada di ruang makan. Saat Mahajana melangkahkan kakinya ke ruang tamu, Santoso juga tidak ada di sana. Sampai Mahajana memutari seluruh rumah pun, Santoso tetap tidak ada. Kemana perginya lelaki Medan itu?
Dengan keadaan nyawa yang belum terkumpul, Mahajana memutuskan untuk membuat air hangat di dapur sambil menunggu Santoso. Siapa tahu saja, Santoso sedang berkeliling kota Bandung.
Saat sedang meminum air hangat, Mahajana kembali dikejutkan dengan suara berisik dari dalam ruangan yang terkunci. Jelas, itu bukan kamar. Entahlah, Mahajana bahkan tidak tahu ruangan apa yang pintunya terkunci itu.
Semakin lama, suara berisik itu semakin terdengar.
Saat berjalan mendekati pintu tersebut, suara berisik itu perlahan mulai menghilang. Mahajana bingung, apakah di dalam ruangan yang terkunci itu ada seseorang? Ataukah memang dugaan Santoso benar, bahwa rumah ini berhantu?
SERAM.
Mahajana tidak terlalu memusingkan, mungkin saja itu adalah halusinasinya. Tetapi, saat berbalik badan dan hendak berjalan ke kamar mandi, suara berisik itu kembali terdengar. Kali ini disertai dengan bunyi barang yang jatuh.
Tidak tinggal diam, Mahajana mengambil sebuah sapu dan dengan sekuat tenaga, ia berusaha untuk mendobrak pintu ruangan tersebut. Dia yakin sekali, ada sesuatu di dalamnya.
"Kau sedang apa?"
Mahajana terkejut ketika Santoso menepuk pundaknya. Lelaki Medan itu datang sambil membawa sebungkus gorengan dan sebuah air mineral di tangannya.
"Bantu aku untuk mendobrak pintu ini, Tos!"
"Mendobrak? Kau ingin merusak fasilitas?!"
Mahajana berdecak. "Ah, bukan begitu! Tadi aku mendengar suara berisik dari dalam sini."
Santoso mengernyitkan dahi bingung. "Suara? Dari dalam ruangan ini?!"
"Iya."
"Astaga! Kau ini pasti masih mengantuk. Jelas-jelas, kang Jum bilang bahwa di rumah ini cuma ada kita berdua. Mana mungkin ada suara—"
"Aku berani bersumpah! Aku mendengar suara dari dalam sini." Mahajana menunjuk pintu. "Kalau kau tidak percaya, kau bisa mendengarkannya sendiri!"
Santoso mendekatkan telinga pada pintu ruangan tersebut. Sampai lima menit, dan pada nyatanya tidak ada suara apapun disini. Santoso menggelengkan kepala.
"Mana suaranya? Tidak ada sama sekali! Ini pasti efek karena kau terlalu lama tertidur!"
Santoso melenggang dari hadapan Mahajana lalu duduk di sofa ruang tengah. Dia sedang menonton salah satu acara televisi favoritnya. Sementara Mahajana masih berusaha mencari-cari suara berisik yang tadinya berasal dari dalam ruangan terkunci ini.
"Aku serius, aku mendengar suara dari dalam—"
"Lebih baik kau mandi lalu makan." Jawab Santoso sedikit berteriak. "Itulah mengapa, sehabis bangun tidur jangan lupa berdoa, supaya tidak berhalusinasi!"
***
Pukul sepuluh malam, saat Santoso sedang menonton acara tv kesukaannya di ruang tengah, Mahajana justru sedang menatap langit-langit kamar sambil memikirkan beberapa hal yang akhir-akhir ini selalu membuat tidur malamnya serasa seperti terjaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANTIKA MAHAJANA [ON GOING]
RomansaBagi Mahajana, Arum adalah salah satu mimpi yang harus ia wujudkan. Arum, dan Arum. Tetap dan selalu Arum. "Arum, panjang umur selalu. Sebab salah satu mimpiku ada pada dirimu." Dan bagi Arum, Mahajana adalah salah satu alasannya untuk tetap hidup...