Suara serangga memekik berisik dalam kegelapan sebuah taman. Di bawah cahaya lampu hias kuning temeram, Keya duduk menahan kantuk sembari mengawasi pergerakan pasangan yang membuatnya dalam keadaan seperti ini. Sudah beberapa kali Keya merengek pulang, namun Claire selalu menolak.
Kepala Keya jatuh lemas tertahan, matanya telah terpejam untuk setidaknya membasahi kelopak mata. Sampai tiba-tiba ponselnya berdering, sontak Keya membentuk postur tegap dan mata terbuka sempurna.
"Papa," baca Keya sembari mendongak ke dapan pada Claire yang telah menduga siapa sang penelpon melalui ponsel Keya.
"Bilang kita menginap di rumah temanku."
"Apa?! Tidak!" balas Keya menggertak. Tidak kah Claire mengerti bertapa kusut wajah Keya sekarang? Dia sangat mengantuk. Jangan bilang Claire ingin berada di taman ini sampai pagi. Keya melotot tajam, sudah muak ia dengan kebinalan Claire yang semakin parah.
"Baik. Bilang saja apa yang mau kamu bilang ke papa. Setelah itu kau juga akan dimarahi sebab membantuku." Claire menyeringai, "kau pasti akan kehilangan kepercayaan papa."
Keya menggeram tertahan, memejamkan mata sembari menarik napas dalam guna meredakan emosi. Lantas Keya menggeser tombol hijau, menjawab berpura-pura habis bangun tidur.
"Iya, Pa?"
"Kalian di mana? Ini sudah pukul dua belas."
"Maaf, Pa, aku ketiduran lupa mengabari; kami menginap di rumah teman Kak Claire. Tadi mau pulang tapi teman kakak bilang ada remaja nakal membawa senjata tajam keliaran beberapa hari ini," ucap Keya sembari matanya menembakkan leser api ke arah Claire.
"Astaga. Ya sudah, kalian menginap saja. Kakakmu mana?"
"Sudah tidur."
Telepon dimatikan. Keya merasa bersalah terus-terusan menipu papanya. Lihat? Sebegitu besar kepercayaan sang papa pada Keya sehingga dia tidak menanyakan banyak hal seperti: menginap di rumah siapa? Meminta berbicara pada teman Claire, dan sebagainya.
"Puas!" gertak Keya.
"Terima kasih adikku yang baik." Claire tertawa bersama Adam.
Keya menyandarkan punggung di kursi, mendongak ke atas untuk mengeluh pada Tuhan. Tetapi yang keya lihat adalah pesawat kertas putih terbang lalu singgah di atas gedung hotel tinggi. Serunai mobil polisi terdengar nyaring, jelas mereka mengejar sosok yang terbang seperti pesawat kertas itu.
"Maigcal Magic!" Keya berdiri, tanpa pikir panjang dia berlari meninggalkan area taman. Kepalanya sesekali mendongak, mobil polisi melewati Keya--sama-sama menuju gedung hotel itu.
Jaraknya tidak jauh, lima menit berlari Keya sudah sampai di lobi hotel. Tidak ada yang mencenggat langkah Keya memasuki lift hotel, staf hotel pasti mengira Keya adalah bagian dari polisi yang datang tadi menjelaskan situasi guna mendapatkan izin masuk.
Sampai di gedung teratas, Keya melihat polisi berkeliaran mencari sana-sini, namun tidak ditemukan sosok berjubah terang dengan topi tinggi. Ke mana dia? Jelas Keya melihat Maigcal Magic singgah di atas gedung ini, pun sebagian polisi yang menunggu di bawah dengar-dengar tidak melihat Maigcal terbang lagi.
"Dia pasti menggunakan trik menghilang!" ucap polisi geram sembari menggaruk-garuk kepala.
"Pak, di sana!" tunjuk salah satu dari mereka.
Perhatian teralihkan. Di atas gedung sebelah, Maigcal Magic muncul lalu terbang menggunakan balon warna-warni. Para polisi bergegas turun, tinggalah Keya yang kebingungan di atas sini. Batinnya bertanya-tanya: bagaimana bisa? Keya, bahkan polisi melihat Maigcal Magic singgah di atas sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Key to Magic
Teen FictionKeajaiban? Itu tanggapan Keya ketika melihat pesulap semasa kecil. Setelah tumbuh besar Keya tidak sengaja bertemu Maigcal Magic, nama populer sebagai buronan yang mencuri menggunakan trik sulap tak masuk akal. Bagaimana kisah mereka? Akankah Keya...