Bab 20. Ketika matahari tenggelam

44 8 1
                                    

Langit jingga keemasan menjadi pemandangan utama di sebelah barat, dengan pemandangan warna jingga seindah itu ditemani suara ombak laut adalah hal yang patut disyukuri. Di bibir pantai, ramai siswa/i duduk menghadap laut mengabadikan momen matahari tenggelam.

Gelombang ombak naik menyentuh kaki Maigcal yang berselonjor lurus dengan tengah yang menahan beban di belakang, dia agak kaget merasakan sensasi dingin lalu memilih mundur sebab tamparan ombak semakin kencang. Saat matahari tenggelem sepenuhnya, langit jingga perlahan-lahan menghilang, warna hangat itu digantikan oleh warna dingin.

Maigcal jadi teringat seseorang.

"Keya." Maigcal menoleh ke sana ke mari, mencari gadis berpenampilan dingin oleh kulit pucatnya seperti vampir di utara. Nyatanya itu hanyalah penampilan.

Ada banyak suara gadis yang terdengar, namun dia tidak menemukan suara selembut salju milik gadis beraura biru. Maigcal berdiri guna mencari, kalau diiingat dia belum ada bertukar kata dengan Keya hari ini. Di bis dia tidur, sampai do hotel dia kembali melanjutkan tidur.

"Izkil, kau melihat Keya?" tanya Maigcal pada temannya yang tengah menggoda wanita asing.

Izkil berdecak sebal, kenapa Maigcal mendatanginya di saat wanita-wanita itu sudah mulai tertarik oleh obrolannya. Lihatlah, sekarang mereka lebih tertarik pada Maigcal.

"Tidak tahu, tidak tahu! Cepat pergi sana." Izkil mendorong Maigcal.

Ingin sekali Maigcal menendang bokong Izkil, tetapi itu nanti saja, ada hal yang lebih penting dari pada bokong keras milik Izkil.

Di sisi lain ada Mary duduk bersama teman kelas lain, dua gadis itu tampak bercakap-cakap namun tidak terlihat Keya sama sekali di sekitar mereka. Biar hari semakin gelap, Maigcal memilik mata setajam elang, dia masih bisa meraba setidaknya sampai benar-benar gulita.

"Mary, Keya tidak bersamamu?"

Mary mendongak, menatap Maigcal yang menjulang tinggi berdiri di samping. Gadis itu tersenyum penuh maksud. Lihatlah, apa Maigcal sadar dia mencari Keya seolah takut kehilangan? Kalau tidak, dia akan bersenang-senang tanpa memikirkan siapa pun.

"Entahlah, aku tidak ada melihat Keya."

"Apa! Kenapa?" Ekspresi tenang Maigcal berubah, membentuk kepanikan yang membawa hiburan bagi Mery si pembohong.

"Jangan khawatir, mungkin dia sedang duduk di suatu tempat ... di pantai ini."

Tanpa berkata apa pun, Maigcal berlari mulai memekikkan nama Keya, bertanya pada siapa saja di dekatnya. Sementara Mary memperhatikan lalu tertawa. Menyenangkan sekali berhasil menipu Maigcal si pesulap penuh kejutan.

Gadis di sebelah Mary mengernyit. "Kenapa kau berbohong? Kau bilang Keya tertidur di kamar hotel padaku."

"Biarkan saja, kapan lagi melihat Maigcal sepanik itu?"

***

Tidak menemukan Keya di pantai, Maigcal memutuskan kembali ke hotel. Dia mengambil ponsel untuk menghubungi Keya, sayangnya tidak diangkat sama sekali. Merasa frustrasi, Maigcal menyibak tirai, bersandar di jendela guna menenangkan diri.

"Keya baik-baik saja, pasti."

Mungkin karena seharian tidak bertatap muka atau mendengar suara Keya, Maigcal merasa Keya telah menghilang sejak lama. Itulah yang menyebabkan kepanikan yang hanya dirinya sendiri yang mengalami.

"Atau dia sedang di kamarnya."

Lalu Maigcal mengirim pesan pada gadis yang ia cari, menanyakan dia berada di kamar mana. Sembari menunggu jawaban, Maigcal melirik ke bawah, mungkin dia bisa melihat Keya dari ketinggian ini.

The Key to MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang