Part 24. Saran Claire

41 8 3
                                    

"Ayo, Keya, kita pulang," tawar Maigcal berdiri di depan meja Keya. Dia menenteng tas di satu lengan, jaket merah telah melekat sempurna di tubuh  menutupi seragam. Senantiasa menunggu, mulai memperhatikan apa yang dilakukan Keya sehingga gadis tersebut belum beranjak.

"Ada apa?" Maigcal menyipit, Keya hanya menunduk tegang menimbulkan rasa penasaran lebih dalam bagi Maigcal. "Kau sakit?" Lantas menembak pandangan ke arah jendela; tidak ada masalah di sana, matahari tidak begitu menyengat dan tidak mungkin dapat mempengaruhi Keya.

Wajah gadis itu tegang, layaknya menyembunyikan sesuatu yang tidak ingin dibagi pada siapa pun.

"Keya?" panggil Maigcal sekali lagi, kali ini bersama kernyitan heran berekspresi lembut. Jelas dia khawatir, berpikir keras mencoba membaca ekspresi seperti yang biasa ia lakukan.

Keya mendongak, gadis itu menyembunyikan kepalan di bawah meja, mencoba memberikan respons terbaik setelah dia cukup membuat seseorang keheranan. "Kau duluan saja, aku ada urusan lain di sini." Dia bernapas lega, berhasil berbohong secara alami dan berharap Maigcal tidak tahu.

Tetapi Maigcal malah meletakkan tas di atas meja, beralih duduk di bangku sebelah Keya. "Kalau begitu aku temani," ucapnya sembari bersantai di sandaran kursi.

Keya menoleh kaku seolah-olah robot, menatap gemetar dan mulai merasakan sesak napas dalam kebingungan mencari alasan. Sontak dia langsung membuang muka ketika Maigcal balas menatapnya.

"A-aku menginap di rumah teman lamaku. Tidak mungkin aku membawamu."

Lenggang sesaat, sepertinya Maigcal meragukan pernyataan dari suara yang tergagap dari Kaya. Kenapa dia berbohong? Kenapa seolah dia tidak ingin aku ada di dekatnya? Pertanyaan itu muncul dalam benak Maigcal, tatapannya tanpa disadari membuat Keya ciut saking lamanya Maigcal berdiam diri.

"Baiklah." Maigcal berdiri, kembali meraih tas menyematkan lagi di sebelah bahu. "Kalau ada apa-apa hubungi aku," tuturnya sebelum melangkah pergi.

Keya bernapas lega, ternyata sesulit ini menjauhi seseorang tanpa pertengkaran. Bagaimana cara dia menghadapi Maigcal di hari selanjutnya? Alasan apa lagi yang akan ia gunakan? Keya mengurut pelipisnya, berpikir dalam kesunyian di mana hanya ada dia di kelas itu.

Akhirnya Keya beranjak, dia akan berpikir lagi sambil berjalan.

Tersisa satu menit lagi kereta akan berangkat, Keya cepat-cepat menaiki gerbong berbeda dari gerbong yang biasa ia naiiki. Dengan begini dia aman, Maigcal tidak akan melihatnya di sini.

Keya duduk di dekat jendela, memandang luar tanpa tahu ada seseorang yang menempati sisi kosong di sebelahnya.

"Kau tidak jadi menginap?"

Keya tersentak, langsung menoleh ke arah samping. "Maigcal?!" Jantung Keya hampir meledak, hawa dingin langsung menerpa seluruh tubuhnya. "Ke-kenapa kau di sini?"

"Aku khawatir, kau aneh sekali tadi, jadi aku bersembunyi dan mengikutimu. Kau tampak takut dan kebingungan, mungkin seseorang tengah mengancammu. Katakan siapa? Akan ku selesaikan dia untukmu."

'Kau orangnya.' Keya menggaruk-garuk kepala frustrasi. Sekarang bagaimana? Ok, anggaplah ini langkah awal yang sulit. Sungguh dia tidak menyangka Maigcal akan mengikutinya diam-diam.

"Keya?"

"Tidak, Maigcal. Aku tidak jadi menginap karena temanku lupa dan dia pergi ke rumah bibinya."

"Bagaimana kau tahu? Aku lihat kau tidak ada memegang ponsel."

"A-ada, kau saja yang tidak lihat."

Hari-hari berikutnya Keya merasa jengah sendiri, dia terus menghindari Maigcal sebisa mungkin tetapi Maigcal terus mendekat. Ketika dia melihat Keya ingin naik gerbong kereta lain, Maigcal akan ikut entah bagaimana caranya dia tahu. Keya kabur duluan di jam istirahat, Maigcal akan menemukannya dalam waktu singkat.

The Key to MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang