Rasa berat menghantam singkat ketika dia mulai bisa merasakan seluruh indra ditubuhnya, seakan roh baru kembali sehabis menjelajah berpisah dari raga. Membuka mata pelan, cahaya bulan membasuh dirinya dengan kelembutan malam. Sunyi, damai, sejuk, dia berkedip-kedip bingung belum mampu bergerak banyak.
Tempat tidur asing, belum pernah ia melihat langit-langit ini sebelumnya ketika bangun dari tidur. Di mana ini? Ia menarik napas dalam menenangkan diri, tercium aroma kesayangannya, aroma yang dia kenal membanjiri indra penciuman membuat semua ingatannya kembali.
"Maigcal," dia berucap pelan, tenggorokan kering menambahkan rasa perih. Beruntung lehernya dapat digerakkan pelan. Menoleh ke samping, Keya tidak menemukan siapa pun, tapi sudut matanya menangkap sesuatu di bawah, langsung seluruh atensi terfokus ke sana. Dia mengeluarkan air mata, kelegaan merasuki hingga bibirnya sulit menahan isak.
Maigcal mengernyit, suara tangis masuk ke dalam telinganya. Dia penasaran apa hantu di rumahnya mulai menampakan diri? Mencari perhatian lewat kesedihan seperti di film? Suara itu semakin mengganggu, seolah dia menangis di telinga Maigcal. Tidak tahan lagi, Maigcal langsung duduk, gadis di atas ranjang seketika terdiam dengan gerakan tiba-tiba itu.
"Ma-maaf, aku membangunkanmu, ya?"
Maigcal berkedip-kedip bingung, lantas menoleh ke samping. Lenggang, mereka saling tatap puluhan detik. Kemudian Maigcal mengucek-ucek mata, tidak yakin dengan apa yang ia lihat. Tapi tetap saja pemandangan itu tidak menghilang.
"Aku masih di dalam mimpi, ya?" Maigcal kembali berbaring, menarik selimut hingga ke dadanya. Memejamkan mata, hanya kegelapan hampa di sana. Membuka mata, Maigcal kembali duduk untuk melihat sosok yang di atas ranjang. Gadis itu melihatnya polos. Selanjutnya Maigcal mendesah, "Bukan mimpi, ini bayangan seperti sebelumnya."
"Bayangan?"
"Bisakah kau pergi? Kau seperti ini menggangguku, Keya."
Keya meneteskan air matanya lagi. Sedih Maigcal mengusirnya. "A-aku sulit bergerak." Keya memaksakan diri, dia harus pergi sebab Maigcal tidak nyaman padanya.
"Ah, ternyata aku sudah gila. Bahkan bayangan saja bisa merespons ucapanku. Iya cepat menghilang sana."
"K-kau ingin aku mati? Bukankah kau yang menyelamat- baiklah aku akan pergi." Tenggorokan Keya perih sekali, rasanya dia mengeluarkan darah di setiap perkataan yang keluar, terlebih Maigcal bersikap dingin, sakit teramat sakit hati Keya.
Brug!
Terlalu memaksakan diri untuk bergerak, Keya terjatuh menimpa Maigcal. "Ma-maaf aku tidak sengaja." Dia berusaha untuk bangkit, namun tangan Maigcal mendadak melingkari tubuhnya dengan tangan yang gemetaran. "Bantu aku berdiri, aku akan pergi."
"A-asli?" Maigcal tergagap, dia bisa mendekap sosok yang ia kira hanya bayangan tadi. Berlawanan dengan Keya yang mencoba menjauh, Maigcal menahan tubuh gadis itu tetap di atasnya. Menangis tak bersuara, gadis itu tidak dapat melihatnya dengan rambut panjangnya menutupi pandangan.
Seketika Maigcal tertampar oleh kata pengusiran yang membuat Keya berusaha bangkit sampai menimpanya seperti saat ini. Gadis tersebut juga menangis serta terpukul. Maigcal menyeret tubuh Keya untuk tidur di samping, menjadikan tangannya bantal untuk Keya.
Menatap wajah yang basah itu, Maigcal sadar Keya telah salah paham. Menjepit dagu Keya untuk menatap, maigcal mengeluarkan air mata lebih deras.
"Maigcal lepas, aku-"
"Tidak. Jangan pergi! Mana mungkin aku mengusirmu." Maigcal mengelus pipi Keya, sama-sama tidak sadar posisi mereka tergolong intim. "Selama kau tidur lama sekali, bayanganmu sering muncul. Aku kira kau tadi cuman bayangan." Maigcal menjelaskan, dia bersungguh-sungguh sangat menyesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Key to Magic
Teen FictionKeajaiban? Itu tanggapan Keya ketika melihat pesulap semasa kecil. Setelah tumbuh besar Keya tidak sengaja bertemu Maigcal Magic, nama populer sebagai buronan yang mencuri menggunakan trik sulap tak masuk akal. Bagaimana kisah mereka? Akankah Keya...