37. Ikan goreng.

40 6 5
                                    

Keya dan Ruslan sama-sama tidak pandai memasak, di sini, tepatnya di dapur serba kekurangan, Magical mengajari Keya cara menggoreng. Maigcal sendiri tidak begitu ahli, kemampuan bertahan hidup untuk mengisi perut dengan makanan lezat tergolong menim, akan tetapi dia tahu dasarnya sehingga ketika dia malas makan di luar, maka hidangan sederhana akan ia santap.

“Kalau begini minyak tidak akan meletik.” Maigcal menutup wajan menggunakan tutup panci.

Keya mengangguk-angguk, dia berpindah posisi dari di belakang Maigcal menuju ke samping. Bunyi letusan di bawah tutup panci membuat Keya menatap lama, kemudian dia mendongak menangkap Maigcal memperhatikannya.

“Apa?” tanya Keya.

“Kau sudah akan membayar hutang, kan? Maksudku tidak menjauhi aku lagi.” Maigcal sangat berharap, dia selalu menikmati waktu bersama Keya, sehingga dia tidak mampu melepaskan kesenangan itu.

Keya menyukainya, Maigcal senang setelah mendengar itu sejak Keya mengungkapkan secara langsung. Biar Keya adalah keponakan dari orang yang membunuh orang tuanya, Maigcal tetap tak ingin menjauh dari Keya.

“Biasanya orang akan membayar hutang ketika mereka memiliki lebih, apa kau ingin aku membayar hutang setelah kami banyak kehilangan?” Keya menunduk, bingung dia harus apa. Jujur, dia sama sekali tidak dapat menghapus keinginan untuk memiliki Maigcal, seperti gadis gila tersesat di rumah cermin, melihat dirinya ada di mana-mana.

Maigcal membuka tutup wajan, mengangkat ikan matang ke dalam piring. “Keya, aku takut kering seperti ikan goreng.”

“Maksudmu?”

“Aku mengkhawatirkan banyak hal, banyak sekali! Tentangmu, tentangku, tentang masa depan yang aku rencanakan. Jadi aku pikir menjalin hubungan asmara saat ini tidaklah tepat. Tetapi aku sungguh ingin selalu bersamamu, untuk itu aku harus mengorbankan banyak hal, dan menyelesaikan banyak hal juga.”

Setelah meletakkan piring di atas meja kompor, Maigcal menghadap Keya lantas meletakkan kedua tangannya di bahu gadis itu. Menatap lekat, Maigcal ingin membuat Keya merasakan ambisi besarnya.

“Kita masih punya banyak waktu, tidak perlu terburu-buru. Ada banyak hal menyenangkan di dunia ini selain hubungan asmara, seperti ikan berenang bebas sebelum dia ditangkap untuk digoreng.”

“Aku tidak mengerti soal ikan goreng.” Keya mengalihkan suasana serius ini, jantungnya berdegup kebingungan. “Dan … maksud dari waktu kita?”

Maigcal tertawa, menarik tangan Keya sembari membawa ikan ke dekat bakul nasi dan piring di lantai. Sebelum duduk dia berbisik, “Kita, ya kita. Maksudnya bersama.”

“Hei, apa yang kalian bicarakan?” Ruslan penasaran, dari tadi dia hanya melihat interaksi dua anak muda dari tempat dia duduk sekarang. Bingung, sebenarnya seperti apa hubungan mereka? Dikatakan teman, tidak seperti teman. Dikira pacar, Keya menyanggah keras.

“Bu-bukan apa-apa, Pa.” Wajah Keya memerah, bisikan Maigcal masih terasa hangat di telinganya. Tetapi tetap saja Keya tidak mengerti, perkataan Maigcal masih perlu dicerna lebih lama oleh otaknya. Keya ingin merutuk saja, kenapa Maigcal tidak berterus terang saja? Seperti: ada mimpi yang ingin aku gapai, asmara merupakan gangguan. Itu, kan, maksud dia?

Tidak perlu memperhalus agar tidak menyakiti, nyatanya Keya sudah lama sakit hati. Tidak perlu sungkan.

Ting.

Keya dan Maigcal memandang ponsel tergeletak di lantai, layarnya tertulis ‘Pak Gendut.’ Keya tertawa, dia tahu kontak itu milik kepala sekolah.

“Mungkin penting, coba buka pesannya,” tutur Keya sembari mengambil ikan yang digoreng kering ke piring. Ikan kering? Keya terpikir perkataan Maigcal. Aneh, laki-laki itu membuat pengandaian asal melalui apa yang ia lihat.

The Key to MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang