Demamnya telah turun di hari kedua, setiap detik Keya bernapas tenang tanpa pergerakan banyak selain perut turun naik seiring dia menghembuskan napas. Entah kenapa Maigcal yang merasa pegal, tidur tanpa berganti posisi seperti Keya melelahkan menurutnya.
Dia pelan-pelan meraih lengan Keya, sudah waktunya untuk memasang infus.
“Cepatlah bangun,” bisik Maigcal di telinganya, sekaligus merapikan helaian rambut yang berada di wajah Keya. Dia lantas bersandar di kursi, tubuh terasa berat, menolak untuk pergi dari rumah meninggalkan Keya seorang diri tak berdaya.
Bel berbunyi, tamu undangan Maigcal akhirnya sampai. Sebelum melangkah dia menoleh ke Keya, melemparkan senyuman manis walau tidak dilihat oleh gadis itu.
Pintu dibuka, seorang wanita berperut besar datang dalam kecemasan. “Pembantu di rumah menyampaikan pesan kau datang mencariku, memberikan alamat rumahmu juga semalam. A-ada apa?” Claire gugup, dia ketakutan membayangkan Maigcal menanyakan di mana keberadaan Keya. Sampai mengundang ke rumah, Claire merasa dia bertanggung jawab atas undangan Maigcal.
“Masuklah.” Maigcal membuka pintu lebar.
Bergerak cemas Claire bergerak masuk, menunduk gemetar karena ia tahu Maigcal sangat peduli pada Keya. Ia duduk di sofa berhadapan dengan balkon, terdapat karpet lebar di depan balkon. Claire penasaran kenapa karpet diletakkan di sana, sementara di dekat sofa hanya lantai granit nan dingin sebagai pijakan.
Maigcal menyusul duduk setelah dia meletakkan kotak susu coklat di depan Claire. “Aku hanya punya itu, biasa Keya yang suka.”
Bulu kuduk Claire berdiri, nama itu diingat oleh Maigcal bahkan untuk minuman kesukaannya, tersedia di kulkas seolah itu adalah hal yang harus ada meski di rumah tidak ada beras.
“K-kau mengundangku untuk Keya, ya?” Claire mendongak, dia harus berani. Matanya menahan bendungan air, tidak tahu di mana keberadaan Keya dan bagaimana nasib gadis itu.
“Iya.”
Bahu Claire melemas, air yang ia tahan jatuh memandang Maigcal dengan permohonan dalam yang tak terucap.
“Ceritakan padaku bermula dari kematian papamu hingga sekarang.”
Claire mengangguk, mungkin dengan ceritanya Maigcal dapat menemukan adik yang tidak dapat ia temukan sebab Adam sendiri tidak peduli. Memang Maigcal satu-satunya harapan.
“Papa meninggal terjatuh dari gedung saat dia duduk bersama pamanku ….” Kondisi Keya setelahnya, tentang utang Ruslan, ganjaran tidak membayar, fakta Keya menanggung semua sendiri, lalu Keya yang menghilang. Claire bercerita sambil menangis di depan orang yang ia anggap menyeramkan dulu. “Aku bahkan tidak bisa menampungnya di rumah untuk istirahat. Mungkin sekarang dia tengah tersiksa, menjadi sosok yang tidak dia inginkan.”
“Keya sedang tidur.”
“Hah?” Claire mengernyit tidak mengerti, mematung memandang Maigcal dalam kebingungan.
“Ada di kamar.” Maigcal berdiri. “Ayo, kau mau melihatnya, kan?”
Claire cepat bangun dari duduk, sumpah dia tidak tahu kalau ternyata Maigcal telah menemukannya. Saat pintu kamar terbuka, ternyata memang ada gadis yang terbaring. Claire berhenti melangkah. Selang infus dan kondisi tubuh kurus kering membuat dia terhenyak.
“Dia berjuang mempertahankan kehormatan sampai menjadi seperti ini. Menganggap lebih baik mati daripada menjadi lacur,” jelas Maigcal.
Claire melangkah lebih dekat, melihat dan mendapat gambaran tentang bagaimana cara Keya bertahan hidup. Kulitnya yang menggelap menjelaskan bahwa dia berada di luar sepanjang hari, bersembunyi dan melarikan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Key to Magic
Teen FictionKeajaiban? Itu tanggapan Keya ketika melihat pesulap semasa kecil. Setelah tumbuh besar Keya tidak sengaja bertemu Maigcal Magic, nama populer sebagai buronan yang mencuri menggunakan trik sulap tak masuk akal. Bagaimana kisah mereka? Akankah Keya...