28. Keruntuhan.

37 8 1
                                    

Hari ini update cepat.

Keya memarahi Claire, pagi ini dia memaki habis-habisan di hadapan wanita itu tanpa diketahui oleh orang tuanya. Tadi malam, sehabis diantar pulang oleh Barly, Keya beralasan tidak ingin ikut menginap di rumah teman Claire. Namun Renja tidak ingin berbicara dulu dengan Claire setelahnya.

Mereka saling diam-diaman.

Keya pergi tanpa menyentuh sarapan, tidak mau melihat Claire dekat dengannya. Dia langsung berjalan keluar, nanti dia akan membeli sesuatu dan memakannya sembari menunggu kereta.

Duduk di kursi tunggu, Keya mengunyah sembari memperhatikan aktifkan orang-orang sekitar. Ramai dan berisik. Semua yang ada di sini berhak menjadi tontonan umum, termasuk Keya yang makan tanpa niat berbagi pada anak kecil di sebelahnya.

'Aku tidak melihat. Aku tidak lihat!' Keya menoleh ke mana saja, namun tidak ke sebelah kanan. Keya terlalu lapar, berbagi akan membuat dia tidak kenyang. Terlebih jajannya tersebut ia beli saat perjalanan, bukan di stasiun ini.

Itu enak sekali, Keya tidak rela.

Anak itu merengek pada ibunya, menunjuk makanan manis yang Keya makan. Sang ibu menenangkan anaknya, merasa tidak enak hati juga pada Keya yang tampak tidak tenang.

"Ini, Dek, ambil punya kakak saja." Seorang gadis berseragam sama seperti Keya datang, memberi makanan manis yang seperti dimiliki oleh Keya. Dia Lizy, datang sebagai malaikat bagi anak itu dan ibunya.

Mereka berterima kasih pada Lizy, orang-orang mulai membandingkan Keya dan Lizy, di dominan gunjingan kejam untuk Keya, lalu pujian baik untuk Lizy.

Kuping Keya panas, tapi dia mencoba tidak peduli. Apa hak mereka? Suka-suka Keya mau berbagi atau tidak. Kalau mereka begitu baik, kenapa tidak mereka yang pergi membeli untuk adik itu? Keya melirik kursi sebelahnya, memasang ekspresi marah pada adik peminta.

"Aku ini lagi sebal, tahu enggak! Belum makan juga dari semalam, kau anak kecil egois!" Keya malah memarahi anak itu.

"Hei, Dek, enggak waras, ya? Bisa-bisanya kamu berkata seperti itu pada anak kecil."

"Enggak peduli!" Keya berdiri, pergi naik ke kereta. Terserah mereka mau bilang Keya seperti apa. Sungguh pertengkaran Keya dengan Claire membuat otaknya masih panas hingga detik ini. Wajar jika emosinya gampang tersulut.

Tak lama kemudian Lizy datang sendiri melewati Keya begitu saja, dia tidak duduk di tempat biasa dan ... di mana Barly? Kenapa mereka tidak bersama? Keya menoleh ke belakang, Lizy tampak acuh tak acuh seperti orang yang tak kenal.

"Pagi, Lizy," sapa Keya tersenyum lebar, mempraktikkan seperti sapaan Lizy setiap hari pada setiap orang yang gadis itu kenal. Lantas senyum Keya surut, Lizy tidak memedulikan sapaan Keya. Lizy membuang muka ke arah lain. Apa dia marah karena masalah anak kecil tadi? Keya tidak tahu sama sekali.

"Hari ini mood aku jelek banget, sekarang aku malu setelah memikirkan tindakanku tadi." Keya mengaku. Tetap saja tidak mendapat respon, mata Keya berkedut menahan malu sebab diabaikan. Sudahlah, mungkin Lizy juga dalam perasaan buruk seperti Keya hari ini.

***

"Izkil, buku yang kamu pinjamkan kemarin aku kembalikan minggu depan, ya?" Dia berusaha menyembunyikan ekspresi gugup, menyembunyikan fakta bahwa dia menjatuhkan buku Izkil di taman. Keya bergerak kaku saat akan duduk, meletakkan tas di bawah meja lalu mengeluarkan buku tebal di atas meja.

"Itu buku sepupuku, jangan sampai rusak." Izkil memicing curiga, tingkah canggung Keya seperti menyembunyikan kesalahan.

"Ini." Keya mendorong buku tebalnya. "Kau boleh meminjam buku ini, atau sepupumu juga boleh."

"Buku apa ini?"

"Sejarak kejayaan keluargaku."

Izkil meringis sembari menepuk jidat. Apa rata-rata Old Money memiliki buku sejarah mereka, ya? Mau tidak mau Izkil terima, mungkin dia akan tahu rahasia kejayaan keluarga Keya. Sepupunya, si kutu buku, mungkin lebih tertarik akan cerita perjalanan hidup kisah nyata dari nama terkemuka.

"Tidak apa-apa, nih? Nanti keluargamu marah bagaimana?"

"Itu hanya berupa kisah, tidah lebih." Keya membuang muka dari Izkil, tak sengaja melihat Lizy tengah menatapnya tajam, lalu kemudian menoleh ke tempat lain.

"Dia kayaknya benar-benar marah sama aku," gumam Keya. Matanya berkedip sayu, bergerak menyerupai rumput putri malu tersentuh. Perubahan perasaan yang tidak Keya mengerti artinya, rasanya dia telah melakukan hal yang lebih buruk dari pada memarahi anak kecil tadi.

Sudah cukup Keya kehilangan komunikasi dari Maigcal, jangan sampai kehilangan teman lagi. Keya bukan tipe yang pandai bergaul, jadi teman yang ada harus dipertahankan. Lizy adalah gadis paling dekat setelah Mary bagi Keya, sisanya tak lebih dari sekedar kenal sehingga Keya akan terasa jika dimusuhi oleh Lizy.

Saat jam pelajaran berlangsung, Lizy mengangkat tangan meminta izin ke toilet pada guru. Ini kesempatan bagi Keya untuk bertanya empat mata. Setelah Lizy menghilang, Keya meminta izin keluar juga.

"Lizy," panggil Keya sesaat sebelum Lizy akan masuk ke toilet. Lizy menoleh sebentar, ketika dia ingin mengabaikan lagi, Keya cepat menarik Lizy. "Kau marah denganku karena apa?"

Lizy memutar bola matanya, menghepas cekalan tangan Keya. "Tidak usah pedulikan aku." Lizy masuk ke dalam setelah mendorong Keya kasar.

Benar, ternyata Lizy memiliki kemarahan besar pada Keya. Sikapnya telah menunjukkan emosinya.

"Dulu dia berusaha mendekatiku, sekarang dia menjauhiku." Dia bersandar di dinding dekat pintu toilet, berpikir mencari sumber api kesalahannya pada Lizy. Sampai Keya teringat pada satu orang. Ya, pasti karena itu.

"Apa karena Barly?" Keya bertanya lantang. "Kau tahu tadi malam aku diantar Barly pulang, ya?" Diam sesaat, Keya tidak mendengar suara dari dalam, lalu dia melanjutkan, "Kami hanya kebetulan bertemu di jalan. Aku sedang dikejar preman, Barly hanya menolongku ... tidak lebih."

Lizy keluar, bernapas seperti anjing berlari. Dia menatap benci, air mata Lizy menggenang membentuk bendungan rapuh.

"Barly menyukaimu!" gertak Lizy bersama jejeran garis air di wajahnya. "Dia sering curi-curi pandang padamu, aku melihat dia."

Mata Keya terbelalak, mundur selangkah dalam keterkejutan. "Ma-mana mungkin. Jika dia menyukaiku dia tidak akan membuang aku dulu."

"Seseorang bisa jatuh cinta kembali pada orang yang sama, Keya, termasuk Barly."

"I-itu hanya pendapatmu sepihak. Kau tidak boleh menilai sembarangan."

Lizy tertawa sumbang. "Aku tidak sembarangan, seperti dia diam-diam memerhatikan kamu, aku juga memperhatikan dia. Sepertinya dia menyesal putus denganmu." Lizy berbalik, melangkah pergi sembari menyeka air mata.

"Jika dia memang suka padaku, bukan salahku! Karena aku tidak lagi memiliki perasaan padanya. Aku juga tidak merebut dia darimu. Kenapa kau menyalahkan aku?" Keya tidak terima. Kisah percintaan memang ribet, banyak sekali air mata yang akan keluar olehnya.

Tiba-tiba Lizy berhenti, berucap tanpa menoleh, "Aku dan Barly sudah putus." Setelah itu dia tidak terlihat, telah ditelan oleh pintu.

Lalu Keya harus bereaksi seperti apa? Tahun ini adalah tahun yang buruk, dulu saat mereka masih kelas 10, tidak ada drama menggelikan seperti ini. Sekarang ... Keya dan Lizy menjauh dari orang yang mereka cintai. Dua pasangan favorit pringkat atas telah gugur.

Bersambung....

Side Story, ada di ig author : rinnya_rin. Jangan lupa follow ketika singgah. Di waktu senggang author bakal buat side story novel-novel author.


















The Key to MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang