0.8

488 20 2
                                    

UP!

   Di sinilah sekarang Aruna berada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


   Di sinilah sekarang Aruna berada. Bandara. Dua Minggu sejak kedatangan keluarganya ke sini, kini mereka harus kembali ke pulau seberang. Om Hendry harus secepatnya memantau bisnis gali-gali tanah miliknya.

   Dengan berat hati, wanita dewasa berambut pirang itu meninggalkan putrinya sendirian di sini untuk kedua kalinya. Sebenarnya papinya bisa saja membawa Aruna ikut bersama, untuk masalah kuliah homeschooling pun bisa. Selagi ada uang semua bisa diatur. Ashiapp!
  
   Tapi Aruna menolak. Dengan alasan ingin mandiri dan tidak mau menghamburkan banyak uang.

   Arslan pun sudah tidak menjadi dosen pengganti pak Harto yang ternyata Aruna baru tahu, bahwa dosen sepuh itu adalah suami dari bibinya.

   "Baek-baek di sini. Jangan nakal-nakal." Titah Arnold bijak.

   "Kalau udah punya cowok, bawa ke rumah. Jangan diem-diem doang. Sini, sun dulu." Tangannya hendak menggapai Aruna.

   Aruna menghindar jauh. "Idih nggak mau. Bau rokok."

   "Enak aja. Kakak nggak ngerokok ya dari kemarin. Sini cepetan." Dengan mudah Arnold menarik lengan Aruna untuk mendekat padanya.

   Aruna mengusap-usap pipinya yang memerah akibat digigit Arnold. Matanya berkaca-kaca yang sebentar lagi akan tumpah airnya. Sakit juga. Emang resek juga tuh cowok.

   "Kurang tembem tuh pipinya, tambahin lagi." Perintahnya seenak jidat.

   "NGATURR SIAA!" Amuk Aruna. Rasanya ingin sekali menjambak rambut gondrong itu.

   "Nanti kalau ada apa-apa kabari papi hm?" Om Hendry mencoba mencari celah agar tidak terjadi keributan. Wajar sekali. Sifat Arnold emang ngeselin.

   "Iya pi, tenang aja."

   "Yoi tuh, kabari kita juga. Biar sekalian dikroyok." Si cowok mullet mengkretek jari-jarinya.

   "Kakak, ngomongnya." Memang suara lemah lembut itu selalu bisa membuat Arnold luluh.

   "Tenang mom, biar aku yang ngasih pelajaran!" Tangannya menggaet leher Arnold. Sedikit mencekiknya.

   "Udah bang... Udah..."

   Dari kejauhan Aruna hanya bisa menyaksikan bagaimana pesawat yang membawa keluarganya itu terbang mengundara ke langit. Hatinya terasa sepi kembali. Well, memang tidak ada yang bisa menggantikan kehangatan keluarga. Dia mengeratkan pegangannya pada selempang sling bagnya lalu berjalan keluar dari bandara.

Boyfriend From Isekai [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang