NMF 1: Nino or Evan?

11.8K 646 6
                                    

⚠️ADULT STORIES!

Udah follow belum? Kalau belum follow dulu dong, jan lupa masukkan ke perpus biar dapat notif dari aku TERCINTAH💋

Jangan hanya baca, tinggalkan vote+komen kalian.

JANGAN SIDER!

____

"Kau mengadopsi seseorang?"

Daniel hanya berdehem pelan sebagai jawaban. Ia kini tengah duduk dimeja makan bersama kakak dan keponakannya. Pria itu langsung bertanya bagaimana pendapat kakaknya itu saat baru tiba dirumah.

"Yeay Enja ga bakalan jadi anak bungsu lagi." Renza berdiri dari duduknya dan melakukan goyangan bebas ditempatnya. Remaja delapan belas tahun itu teramat senang karena ia tidak akan lagi menjadi sasaran empuk para remaja yang berumur beberapa tahun diatas dirinya.

"Enja mau adek yang lucu," pinta Renza kearah Daniel. Kemudian Jeano yang tengah menikmati makannya pun lantas mengarah pandangannya kepada pria hanya memakai boxer itu. "Apa kau bisa merawat anak-anak?" tanya Jeano memastikan. Jeano hanya takut, anak yang diadopsi oleh adik tirinya ini akan tertekan dan menderita mengingat Daniel yang terlalu kejam kepada siapa saja. Ia tak pandang bulu, baik wanita maupun anak-anak. Jeano khawatir seorang anak yang hancur itu malah makin hancur jika ia dirawat oleh Daniel.

"Tentu saja," Daniel menjawab. Ia akan menjadi anak yang baik.

Jeano menghembuskan nafasnya pelan. Ia tak tau harus percaya atau tidak. Namun apa salahnya mencoba? Mengingat pria dingin itu masih terpuruk dengan fakta yang ia terima. Merawat seorang anak mungkin akan membuat pria itu bangkit dan melupakan masa lalunya.

____

"Baiklah Bos, apa kau sudah menentukannya?"

"Ya."

"Baiklah, siapa yang kau pilih?"

"Nino."
"Evan."

Daniel memutar kepalanya kebelakang. Tatapannya terkunci kepada Renza yang berdiri tak jauh darinya.

Renza berjalan menuju meja kerja milik Hansen. "Evan aja," celetuk Renza dengan wajah yang tersenyum. Hansen menatap heran remaja didepannya. Ia perasaan tadi bertanya kepada Daniel, bukan remaja bau kencur yang berdiri didepannya.

"Ayah mau Nino!" tegas Daniel menarik lengan Renza untuk menghadap dirinya. "Tapi aku mau Evan!" tolak remaja itu bersedekap dada. Kini Daniel mengalihkan atensinya kepada Jeano yang berdiri didekat pintu masuk ruangan Hansen. Ia menunjuk geram Renza menggunakan wajahnya.

Pria dengan setelan jas hitam itupun maju mendekat kearah anak bungsunya. Ia memegang pundak Renza dan membuat anak itu menatap dirinya. "Disini, Ayah yang mau adopsi. Jadi Enja gak boleh ikut campur," tegur Jeano dengan senyumannya dan berharap remaja itu mengerti.

"Tapi Enja mau Evan!" Remaja berkaos oversize itu kembali menatap Daniel dengan tajam. "Evan aja, dia lucu tau!" Renza berucap mengemukakan sebuah fakta. Sejak awal kedatangan mereka, Evan lah anak yang pertama muncul didepannya. Ia langsung beranggapan pasti anak lucu itu yang akan ikut pulang bersamanya. Namun, saat hendak memberitahukan kepada pemilik panti, Daniel malah menyebut nama anak yang tidak ia kenal.

"Ayah mau Nino, dan itu sudah bulat!" Daniel mendekatkan wajahnya ke wajah Renza. Renza dapat merasakan hembusan nafas dari lubang hidung milik Daniel. Dengan tatapan yang tak kalah tajam, ia pun menolak kembali keputusan adik Papanya itu.

"Evan!"

"Nino."

"Evan!!"

"Nino! Enja!"

NOT MY FATHER! (1821)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang