NMF S2 32: Sedikit ancaman

1.4K 100 9
                                    

Warning adult stories!

Menerima request-an alur🤏

HAPPY READING 😋

============================

"Aagggghhhh!"

Uhuk,,,,uhuk,,,,,

Suara nafas yang tersengal-sengal memenuhi seluruh isi rumah. Daniel menatap telapak tangannya yang terbalut oleh saliva anak itu. Ia mengangkatnya tinggi di udara. Setelahnya, memperhatikannya dengan saksama dan tersenyum kecil saat melihatnya.

"Mulut kecil itu, adalah hal yang paling manis dari apapun."

Nino mengangkat wajahnya. Rahangnya mengeras dengan alisnya yang turun. Tangannya tergerak membersihkan sisa-sisa saliva miliknya yang ada diujung mulutnya. "Gue gak percaya! Pasti akhirnya lo bakal ngelakuin hal yang sama, bahkan waktu kita udah nikah!"

Daniel mendengarkan. Ia menatap datar anak yang tengah marah padanya. Kemudian, ia mengangkat tubuh anak itu dan membawanya ke dalam gendongannya. Jarak antara mereka kini sangat dekat. Sampai-sampai Daniel bisa merasakan hawa panas dari mulut Nino diwajahnya.

"Nngghh!"

"Bagaimana jika kita buat kesepakatan saja, supaya Daddy lebih berhati-hati agar tak terjadi kesalahpahaman lagi?" tanyanya dengan satu alisnya naik. Tangan kekarnya menjalar masuk kedalam piyama biru itu dari bawah. Kedua tangan Nino kini mencengkram pundak lebar pria itu. Rasa aneh yang menyerang dirinya membuat ia tak fokus, tapi masih bisa mendengarkan dengan baik.

"Ke--sepakatan apah!"

============================

Violet dan Erlangga serentak untuk pulang cepat hari ini. Cukup setengah hari saja mereka dikantor, selebihnya dirumah. Alasan mereka berdua memilih hal seperti itu, tentu saja karena anak semata wayang mereka yang tengah sakit, tengah tinggal sendirian dirumah.

"Aku akan memasukkan mobil terlebih dahulu."

Violet mengangguk. Ia langsung berjalan mengarah pada pintu kayu berwarna cokelat itu. Gagang pintu besi pun turun hingga pintu itu terbuka. Violet langsung mengedarkan pandangannya mencari Nino disekitar ruang tamu dan dapur, namun tidak ada. Hanya ada perkakas makan bekas dan madu yang ada diatas meja kaca selutut diruang tamu.

"Nino?"

Langkah kakinya yang terbalut heels kini melangkah menuju ruang lantai dua. Suara ketukan sepatunya memenuhi ruangan. Sebuah pintu bercat putih yang langsung tersaji didepannya, membuat wanita yang memakai dress selutut itu langsung mengarahkan dirinya kedalam sana.

Suara decitan yang terdengar bersamaan dengan sebuah punggung lebar milik seorang pria, kini berdiri menghadap jendela. Pria itu tengah menggerakkan badannya sedikit seperti sedang menjadi buaian seseorang. "Nino?" Violet memanggil dan membuat pria itu menoleh sebentar, lalu kembali pada pekerjaannya.

"Nino!" panggil Violet kembali hingga membuat pria itu menghadap membelakangi jendela. Violet menyipitkan matanya melihat siapa pria itu karena cahaya terhalang oleh badan kekarnya. Ternyata, ia adalah pria kemarin yang mengantar Nino pulang. Sementara anaknya, berada dipangkuan pria itu dan tertidur dengan sangat pulas.

"Maaf! Aku kira siapa. Kau adalah orang yang kemarin?" ucap Violet sedikit membungkuk. Pria tersebut hanya diam, dengan tatapan datarnya. Tubuhnya masih bergerak kecil seperti sedang menidurkan anaknya sendiri.

"Mana suamimu?" tanya Daniel akhirnya buka suara tanpa basa-basi. Violet tersentak. Ia kemudian menunjuk keluar kamar dan berkata jika Erlangga sedang memasukkan mobil mereka kedalam garasi.

"Aku ingin bicara pada kalian berdua. Bisa kau keluar sebentar?"

Tanpa ada ca ce co Violet langsung mengiakan dan berjalan keluar. Tak lupa ia menutup pintu dan berdiri didepan sana. "Mereka terlihat sangat dekat. Siapa pria itu?" tanya nya pada dirinya sendiri. Setelahnya, ia pun berjalan turun dengan niat menghampiri suaminya dan menyampaikan pesan Daniel tadi kepadanya.

Selang beberapa menit, kini tiga orang dewasa dengan satu wanita telah berkumpul diruang tamu. Erlangga dan Violet tentu duduk berdua menghadap Daniel. Semuanya diam tak mau memecah kesunyian. Erlangga dan Violet saling tatap. Hingga keduanya berhenti kala Daniel mulai membuka suaranya.

"Tujuan saya datang kesini adalah untuk meminta izin menikahi anak kalian."

Sontak dua orang yang merupakan orangtua dari Nino terdiam. Violet menganga setelah mencerna maksud dari Daniel. "Anda buta apa gimana? Anak kami itu laki-laki, sama seperti anda!"

"Iya, kalau begitu saya tidak mengizinkan!" tambah Violet yang setuju dengan maksud suaminya.

Daniel menghembuskan nafas. Matanya menatap tajam keduanya. "Tapi, saya benar-benar mencintainya. Izinkanlah saya menikahi putra kalian itu."

"Kurangajar! Saya tidak akan membiarkannya menikah dengan sesama jenisnya! Anda ini waras atau tidak, hah?!"

"Saya waras," jawab Daniel terlalu tenang. "Sebenarnya saya tidak peduli dengan izin yang diberikan oleh kalian. Jika kalian tak mengizinkan, maka akan aku buat Nino berpaling kepadaku dengan dendam yang menggebu-gebu kepada kalian berdua!"

Keduanya kembali saling tatap. Dendam? Apa maksudnya? Mereka sungguh tak mengerti ucapan Daniel barusan. Erlangga kembali buka suara. Ia meminta penjelasan apa maksud dendam yang menggebu-gebu kepada mereka berdua.

"Akan aku beritahu, jika dia lahir atas nafsu yang sangat panas. Dan disaat ia tercipta, dengan mudahnya kau mengatakan jika kau diperkosa. Padahal, kau yang menginginkan sebuah kesenangan untuk satu malam!" ujar Daniel panjang lebar mengarah pada Violet. Atensinya kini beralih kepada Erlangga. Ia bersiap meluncurkan kata-kata yang sama, yang sudah ia susun rapi dari lama.

"Akan aku beritahu juga jika yang menyiksanya waktu penculikan terjadi adalah kau! Kau sudah berniat membunuhnya karena merasa jadi penghalang mu untuk menikahi Raisya. Ditambah dengan bumbu-bumbu dari Vinna, kau semakin yakin untuk melakukannya!"

Keduanya terdiam. Mereka saling cemas, jika hubungan kekeluargaan yang mereka bangun menjadi hancur. Pernyataan itu benar adanya. Karena nafsu, Violet kebablasan dengan seseorang. Akibat benci karena Nino yang bertemu Violet sebelum kejadian di sungai, membuat Erlangga yakin jika Nino hanya penghalangnya untuk menikah.

"Siapa kau, sebenarnya?" Violet bergumam. Ia mengangkat kepalanya lambat. Disaat itu, Daniel menepikan rambut yang menutupi alis sebelah kanannya. Alis tebal yang awalnya tertutup kini tersaji dengan bekas cukuran tak sengaja, membentuk dua garis. "Danielle Dazaren. Pemimpin Mafia Elixlus generasi sembilan. Pemilik juga pemimpin Dazaren Company dan mantan kekasih Violet Raisyava Aldina Catrine."

"Dani," gumam Violet dengan kedua matanya membulat sempurna. Erlangga juga sama terkejutnya dengan istrinya. Karena, orang ini seperti orang lain dan bukan lah seorang Daniel. Namun saat ia mengangkat rambutnya keatas, citra orang yang menjadi bosnya dahulu makin terasa pekat.

============================

Jangan lupa follow🤏

See you next time💋

NOT MY FATHER! (1821)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang