NMF S2 37: Terlihat

1.2K 79 8
                                    

Warning adult stories!

Menerima request-an alur🤏

HAPPY READING 😋

============================

Senja yang indah kini tergantikan oleh malam yang penuh dengan bintang. Satu jalanan yang menjadi destinasi favorit banyak orang, ikut didatangi oleh duo bucin ini. Lampu berwarna orange, terlentang diudara dengan tiang lampu jalanan menjadi penyangganya. Beberapa kursi yang berada dibawah lampu, sudah dipenuhi oleh pasangan termasuk Nino dan Daniel sekarang.

Duo bucin itu kini tengah duduk berdekatan dengan Nino yang didekap erat olehnya. Satu cubitan kembang gula milik Nino kini mendarat di mulutnya yang bercampur dengan rasa rokok. "Terlalu manis," komentar pria itu terlihat dingin dan membuat Nino tertawa kecil.

Setelah membuang kertas bekas kembang gula nya, Nino kembali mendudukkan tubuhnya seraya memeluk erat Daniel yang berada disampingnya. "Nikah sekarang?" tawar pria itu to the point membuat Nino kembali menjauhkan badannya. "Ngebet banget. Janjinya kan abis lulus," sahutnya dengan bibir sexi nya yang mengerucut.

"Dua tahun lagi. Itu masih terlalu lama."

"Ya, masa iya Nino udah nikah sebelum lulus."

Keduanya saling tatap. Tatapan datar kini saling dilemparkan kepada satu sama lain. Nino menepis tangan kekar Daniel yang hendak mengusap puncak kepalanya. "Lagian, Mama setujunya waktu Nino udah lulus," sambung remaja itu mengingatkan.

Mama izinkan, tapi tunggu hingga kamu lulus dari sekolah menengah atas.

Tak lama setelahnya, lelaki yang memakai hoodie itu mengarahkan tatapannya pada orang-orang yang lalu-lalang diatas trotoar. Matanya jeli memperhatikan segala sesuatu yang lewat disekitarnya. Nino menyipitkan mata. Seorang anak kecil dengan rambut yang di kuncir kuda itu terlihat sangat manis. Walaupun debu-debu jalanan kini menghiasi rambutnya, dimatanya gadis kecil itu masih kelihatan imut dengan wajahnya yang lugu.

Nino hanya suka pada anak-anak. Bukan suka dalam istilah lain, seperti Daniel.

"Manis banget."

Spontan pria berumur tiga puluh lima tahun itu menjatuhkan rokoknya dan menginjaknya. Ia melirik kearah yang dituju oleh Nino. Seorang anak kecil perempuan yang tengah sibuk menawarkan bunga mawar dagangannya kepada para pasangan yang sedang santai dibawah lampu jalan. "Bu--bukan anaknya yang manis, tapi bunga nya," ucap Nino membenarkan dirinya, saat Daniel menatap tak suka padanya. Nino memelas. Ia ingin meminta Daniel untuk membelikannya salah satu mawar yang tengah dijajakan. Dengan rasa peka yang sudah terisi penuh, pria itu langsung mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar dari sana.

"Beli bunganya aja, jangan sama anaknya juga," ujar Daniel memerintah. "Ta--pi dia lu--."

"Lu apa!?"

"Ehhe, gak jadi." Anak itu cengengesan dibuatnya. Nino kembali fokus kearah tempat anak itu berdiri tadi. Raut wajah senang yang jarang terlihat, kini muncul dihadapan Daniel. Nino langsung melambaikan tangannya ketika anak itu berhasil melakukan kontak mata dengannya. Segera, ia berlari menghampiri Nino dan tersenyum manis didepan lelaki itu.

Nino langsung berpikir setelah dagangan anak itu datang ke hadapannya. Bunga berwarna apa yang akan ia beli dari anak ini? Ada tiga macam warna yang tersedia. Semua terlihat sangat cantik dan menawan. Namun, mata milik Nino kini membulat menatap satu warna yang menurut nya sendiri tampak menyejukkan mata.

"Wah, Abang ganteng seleranya bagus ya," puji gadis kecil itu merasa bangga, ketika Nino mengambil salah satu bunganya. Sangat jarang orang mengambil dagangannya yang berwarna seperti itu. Selain kurang menarik, warna yang tak mencolok membuatnya kurang laku dipasaran.

"Ambil aja kembaliannya ya," ucap Nino diakhiri mengusap kepala anak tersebut. Setelah ia pergi, Nino kembali menghadap kepada Daniel dan memperlihatkan setangkai mawar yang ia beli tadi padanya.

"Bagus kan," tanyanya antusias mendengar jawaban yang akan diberikan prianya.

Daniel termenung. Ia menatap mawar kekasihnya dengan lekat. "Daddy rasa, merah lebih bagus," sahut Daniel menyampaikan opininya. Perubahan raut wajah yang cukup terkejut, hingga Nino menggeleng. Ia menghirup aroma bunga yang tercium harum disana. "Merah itu warna darah. Nino gak suka warna merah karena menurut Nino, itu sama aja melambangkan kematian."

Violet ada benarnya. Ia mungkin harus menunggu anak ini lulus dari sekolahnya, agar ia tau mawar merah sama sekali tidak melambangkan arti kesedihan atau kematian. Nino membawa bunganya mendekat ke wajah datar milik Daniel. Wajah mereka berdua seolah-olah menghimpit bunga yang kini berada ditengah-tengah. "Nino suka mawar putih. Kalau Daddy beli selain warna putih bakal, Nino tolak," ujar lelaki itu percaya diri dan jujur. Daniel menarik senyum tipisnya. Anak didepannya memang sangat lucu. Ditambah sikapnya yang sangat percaya diri semakin membuat pria itu gila. Sebelum menyahut ucapannya, Daniel malah terbayang Violet saat pertama kali mereka bertemu setelah dewasa.

Maaf Dani, aku sukanya mawar putih. Kalau kamu beliin aku selain warna itu, bakal aku tolak.

Pria itu termenung sebentar. Sial, kenapa semua yang dilakukan anak itu, selalu saja membuatnya teringat pada wanitanya dulu? Wanita yang begitu ia cintai dan sayangi setulus hati. Wanita yang selalu ia jaga, malah rusak dan menuduhnya sebagai pelaku perusakan.

Tentu saja, ia terlahir dari rahim wanita itu.

Disisi lain tepat didepan lampu merah, sebuah mobil mewah berhenti mengikuti peraturan lalu lintas. Seorang pria pengemudinya menghembuskan nafasnya seraya meletakkan siku disisi kaca. Pria itu melirik area sekitar yang ramai oleh para anak muda. Hingga, dua orang yang tengah kasmaran dengan salah satunya memegang mawar putih itu menarik perhatiannya.

Bukankah, dia...?

Matanya membola dengan mulutnya yang ternganga, melihat lelaki imut itu menciumi bibir pria disampingnya. Tunggu, ia tidak salah lihat kan? Tentu saja tidak. Itu adalah dia! Ini tidak bisa dibiarkan. Ia harus meminta kejelasan dari seseorang yang bersangkut paut dengannya.

Temui aku besok dirumah penginapan Aldara

Pukul sepuluh, jangan sampai terlambat!

Setelah mengetikkan pesan kepada seseorang, ia kembali melajukan mobilnya setelah lampu hijau menyala didepan. Wajahnya berubah kusut akibat melihat duo bucin tadi. Bukannya apa-apa, tapi ini menyangkut sesuatu. Walaupun mereka tak pernah bertegur sapa, setidaknya rasa dihatinya masih ada seperti orang kebanyakan.

Bodoh! Menjaganya untukku saja tidak becus! Memang tak seharusnya aku menuruti keinginannya jika 'milikku' menjadi seperti itu pada akhirnya!

Berduaan dengan pria lain, kemesraan yang sangat terlihat membuat hatiku sakit. Dia, memang harus diberi sesuatu yang sangat indah!

============================

Tebak end?

Jan lupa follow 😋

See you next time 💋

NOT MY FATHER! (1821)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang