NMF S2 21: Kehidupan baru

2.5K 115 11
                                    

Warning adult stories!

Welcome di NMF S2

Menerima request-an alur🤏

Happy Reading😋

WAJIB BACA BAB INI SAMPE AKHIR BIAR NGERTI ALURNYA NANTI OKEY!?

============================

Tidak terasa, dua tahun sudah berlalu. Banyak hal yang harus dilalui Nino agar bisa sampai dititik sekarang. Mulai dari belajar full satu tahun penuh untuk mengejar materi yang tak pernah dipelajarinya selama ini. Berusaha menerima kehadiran orang baru dihidupnya dan juga satu orang teman yang mungkin akan membuatnya menjadi gila.

Kembali lagi, apa yang terjadi dua tahun sebelumnya. Ia tak sengaja memergoki Daniel yang tengah bercumbu panas dikantor pribadinya. Itu semua membuatnya sedikit hancur karena dirinya yang mungkin sudah menumbuhkan benih-benih cinta kepada pria tersebut.

Hingga ia pergi menyendiri disebuah sungai yang tak jauh dari sana, memandangi dirinya dari pantulan air seraya memeluk lututnya. Dunia seolah tau rasa sedih yang melanda hatinya. Cuaca yang sebelumnya cerah dan panas kini tergantikan dengan cuaca yang mendung dengan hembusan angin yang terasa menusuk kulitnya.

"Kau, Nino?" tanya seseorang menepuk pundaknya. Nino berbalik. Ia mendapati salah satu karyawan Daniel tengah berdiri dengan punggung yang ditundukkan. Nino tak menjawab pria itu, hingga penuturan lain keluar dari mulutnya.

"Jika benar, bisa kah kau ikut denganku? Ada seseorang yang sangat ingin bertemu dengan mu."

Nino berkerut. Seseorang? Apa pria itu? Oh kalau begitu tentu saja dia tidak mau. Dia sudah muak melihat wajah itu terpampang dihadapannya. Walaupun tak mudah melupakannya namun Nino akan berusaha. Untuk apa menunggu orang yang sudah memanfaatkannya dan menyakitinya seenak jidat? Mungkin lebih baik ia meloncat masuk kedalam sungai ini dan memilih terseret arus hingga hilang tak ditemukan siapapun.

Nino kembali memeluk lututnya seraya memandangi air sungai yang berwarna kecokelatan. Ia berharap pria itu segera pergi dari sana karena hanya akan mengganggu ketenangannya. Erlangga tersenyum kecut. Ia pun menegakkan tubuhnya dan ikut memandangi air yang melimpah itu dengan tangan yang masuk kedalam saku celananya.

"Pasti kau berpikir aku mengajakmu untuk bertemu Bos kan?"

Nino hanya diam. Ia membiarkan pria dibelakangnya mengoceh sendiri dengan telinga yang sudah ia pasang dengan tajam. "Tapi, bukan Bos lah orangnya. Ada seorang yang berharga bagiku ingin bertemu dengan mu. Dan mungkin saja, orang itu juga berharga bagimu Nino."

Dari sanalah, kehidupannya berubah. Ia akhirnya bertemu dan hidup bersama dengan orang yang telah membuatnya hadir didunia. Ditambah kehadiran Erlangga sebagai sosok ayah sambungnya, semakin membuat Nino merasa bahagia dan tercukupi dengan penuh kasih sayang.

Diumur tujuh belas tahun, ia baru menginjakkan kaki ke kelas sepuluh. Ia tidak merasa tersisihkan akibat dirinya yang lebih tua satu tahun dari murid-murid disana. Ia bahkan disambut dengan hangat tanpa ada cacian yang merujuk khusus untuk dirinya. Tak lupa, ia meliarkan pandangannya melihat beberapa teman perempuannya guna melupakan pria yang badjingan itu.

"Ma-maaf menganggu Nino. Bisakah kau membantuku belajar untuk ulangan? Aku tak mau membuat ibu menangis karena aku yang bodoh ini."

Salah satu dari teman kelasnya yang mendatangi tempat duduknya membuat Nino terpaku. Ia berpikir dua kali untuk menyetujui keinginan murid didepannya. Ia merupakan salah satu dari tiga murid terbaik didalam kelas, saat di semester satu. Posisinya yang berada ditengah-tengah membuat orang banyak mengerumuninya akan prihal kepintaran. Karena, jika orang-orang bertanya kepada si nomor satu ataupun nomor tiga, pasti mereka tidak ingin membantu seolah mereka yang paling pintar.

Nino tidak begitu. Ia berusaha membantu semampunya. Tak ada rasa lebih tinggi dari siapapun didalam dirinya. Menjadikan Nino murid terbaik dan populer karena kebaikan dan ketampanan dirinya.

"Baiklah. Datang saja kerumah ku sore ini."

Hari pertama mengajarkan, Nino malah jadi daya tarik bagi si murid itu. Ia sepertinya terpikat dengan ketampanan Nino dan kelembutannya dalam menjelaskan pelajaran. Si murid tetap berusaha tenang. Ia tak mau membuat Nino membenci dirinya karena ia mengungkapkan rasa yang ada dihatinya. Namun, pertahanannya runtuh ketika suatu hal sepele terjadi saat itu.

Nino tampak berpikir keras. Ia kembali membuka beberapa buku catatan demi mengetahui cara mengerjakan satu soal terakhir yang tak dimengerti muridnya. Cuaca yang panas dan kepala yang sakit membuatnya mendesah pelan. Hingga ia pun menjilati bibirnya yang terasa kering.

"Nah ini dia. Jadi kita cuma perl--."

Nino membeku melihat muridnya yang bertingkah aneh. Ia ditatap dengan cara melotot dan membuatnya sedikit tidak nyaman. Nino tetap berusaha tenang. Ia mencoba menyadarkan muridnya yang mungkin saja sedang ada masalah rohani.

"Ren? Kamu gapapa?" tanya Nino memastikan tanpa ada jawaban. Muridnya masih kekeuh melotot seperti itu. Tatapannya bukan mengarah ke matanya, namun sepertinya ke hidung, atau mulutnya?

"Renata? ka-kamu mau apa?" tanya Nino kembali setelah muridnya itu menginsut maju mendekati dirinya. Nino yang sebenarnya takut, ikut mengingsut duduknya kebelakang hingga tembok menjadi jalan buntu baginya. Lutut murid itu kini menempel pada selangkangannya. Wajahnya pun kini berada sangat dekat dengan Nino, hingga membuat Nino memejamkan matanya takut.

Cup,,,,,

Dua bibir sexi miliknya kini ditempeli oleh dua bibir milik orang lain. Salah satu teman kelasnya itu melahap brutal bibirnya. Ia memainkan lidahnya didalam hingga membelit lidah milik Nino. Tak lupa ia mengabsen satu-satu, gigi yang tersusun rapi beserta empat gingsul yang timbul didalam sana.

"Nnggghhh!"

Muridnya yang bernama Renata itu tak melepas ciumannya. Ia semakin mendesak Nino ke tembok dan menggenggam kedua tangannya dengan erat. Hingga, berontak yang sangat kuat dari Nino membuatnya melepas ciumannya, hingga tali-tali salivanya bertengger dibibir Nino dan Renata.

"You're so sweet, Nino. I like it," ungkap Renata yang senang melakukan hal barusan. Sedangkan korban dari Renata hanya tersandar lemas di dinding dengan nafas yang berusaha ia atur agar normal kembali. Renata menangkup kedua pipi yang memerah itu agar bisa mendekat kepadanya. Kemudian ia mengecup singkat bibir sexi itu kembali dengan perasaan senang yang teramat dalam.

"Jadi ini tujuannya yang sebenarnya?" batin Nino bertanya didalam hati.

============================

Jangan lupa follow🤏

See you next time💋

NOT MY FATHER! (1821)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang