Chapter 14

38 14 9
                                    

Cuaca pagi yang sejuk memenuhi udara, mengiringi langkah Anya saat ia meluncur dengan motor kesayangannya menuju sekolah.

Di dalam kelas, suara riuh rendah berubah menjadi bisikan-bisikan yang semakin intens. Ada juga suara pena yang bergerak dengan cepat di atas kertas saat mereka mencatat pelajaran yang disampaikan.

Tiba-tiba, suara kaki tergesa-gesa dari luar kelas menusuk ke dalam keheningan. Berdesirnya pintu membuka ruang bagi seorang wanita paruh baya yang tampil dengan tegas di hadapan kelas. "Maaf mengganggu, ada pengumuman penting!" ucapnya dengan suara lantang.

"Baik, Bu." Ruang kelas seketika meredup, mata-mata terpaku pada sosok guru yang tengah memberikan pengumuman.

"Hari ini kita akan melakukan pertukaran murid dengan kelas sebelah. Disini ibu bakal pilih 15 anak. Jadi saya harap kalian nanti bisa akur di sana ya," jelas Bu Inka dengan penuh keaslian.

"Anya, Shintya, Gea, Kayla, Samuel, dan Luna. Nanti tolong berikan informasi ini kepada Luna dan pastikan dia mengetahuinya," tunjuk Bu Inka sambil melanjutkan dengan menyebut 9 nama siswa-siswa lain yang terpilih untuk dipindahkan ke kelas sebelah. "Selanjutnya..."

Tatkala pengumuman berakhir, siswa-siswi yang terpilih bergegas merapikan barang dan bersiap-siap menuju kelas baru dengan bersemangat. Percakapan hangat dan candaan mengisi ruang kelas, mencerminkan antusiasme dan kegelisahan menjelang petualangan baru.

Setelah tiba di kelas baru, ternyata Anya bertemu dengan Kiera dan temannya yang lain.

"Anyaa!" panggil lembut Salwa sambil mengayunkan tangannya untuk duduk di dekat mereka berempat.

Senyum ceria melintas di antara mereka, menyambut kedatangan Anya dengan hangat. Tak disangka ternyata dapat sekelas dengan mereka.

"Haii guys," balas Anya dengan sudut bibir terangkat.

Namun, di sisi lain, ketidaksenangan menyelinap di hati yang iri.

"Cih, ga salah tuh lo pada dekat-deket sama dia," sindir Shintya sambil menarik kursi di meja yang akan ia duduki.

"Ga cocok ih!" tandas Kayla menatap Anya sambil menunjukkan gigi dengan bibir tertarik ke atas.

Gadis yang bernama Kiera menyindir balik Shintya dengan perkataan tajam. "Kita sih lebih jijik buat temenan sama orang kaya kalian," hinanya.

"Dih?" geram Shintya, berencana melanjutkan ucapannya namun guru masuk ke kelas tepat pada waktunya. "Huh." Alisnya menyempit, menyimpan rasa kesal dalam hati.

****************

Identitas Tersembunyi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang