Matahari terik menyinari bumi dengan hangatnya, menyinari langit cerah di atas kepala Anya ketika ia kembali datang ke rumah Luna. Langkahnya mantap menghampiri rumah yang sunyi, dihiasi keheningan yang menusuk di telinganya.
Dengan anggunnya, Anya melepaskan helm dari kepalanya sambil turun dari motor kesayangannya. Langkahnya terdengar jelas saat bergerak ke arah pagar rumah Luna, mengikuti keheningan sekitar. Namun, dalam keheningan itu, terdengar suara gemuruh motor mendekat, diiringi oleh suara lelaki yang penuh kehangatan memanggil namanya.
"Anya?" sapa Samuel sambil menghentikan motor dengan cekatan, lalu turun dengan langkah mantap.
Anya tersentak dengan kedatangan Samuel yang tiba-tiba, matanya menatap Samuel dengan campuran rasa terkejut dan penasaran.
"Lo ngapain di sini?" tanya Samuel, menatap mata Anya yang cantik.
"Lah, lo sendiri ngapain?" tanya balik Anya sambil menunjuknya menggunakan jari telunjuk.
Samuel menggaruk kepalanya. "Ya... Gue mah mau liat kondisi Luna. Secara, dia kan teman kelas kita. Nah lo kan belum pernah ketemu sama dia, kok bisa tau rumahnya?" jelas Samuel, sembari menyilangkan lengan di dada dan mengerutkan kening.
Anya menatap balik Samuel dengan pandangan tajam, mencari alasan yang tepat. "Ooh, rupanya gue salah alamat, tadinya mau mampir ke rumah... sepupu!" ujarnya spontan dengan berbagai alasan yang terlintas dalam pikirannya. Suaranya bernada yakin seolah ingin meyakinkan Samuel tentang alasannya.
Samuel mengangguk kecil menerima alasan Anya, tapi matanya mencurigai Anya. Dia menyipitkan mata seolah ingin membaca pikiran Anya.
"Gue duluan, ya!" ucap Anya dengan cepat, merasa canggung dalam situasi yang tak terduga, lantas bergerak hendak kembali ke motor.
Namun sebelum mampu meraih jok motor, seorang wanita paruh baya tampil dari rumah, dan tatapan mereka bertemu dalam sekejap.
Wanita itu menghampiri kami berdua, tetapi rasanya seperti hanya ingin menghampiri Samuel.
"Kamu temannya Luna yang bantu dia hari itu kan?" tanya Tante Nita sembari menunjuk arah Samuel, dia berbicara dengan sangat lembut.
Lelaki itu membalas perkataan wanita tersebut dengan ramah. "Iya, Tante," balasnya dengan senyuman manisnya.
Tante Nita tersenyum lebar, mengundang Samuel untuk masuk ke dalam rumah. "Eh, ayo mampir dulu gih."
Samuel melirik Anya, "Ayo Nya," ajak Samuel menggenggam tangan Anya dengan erat.
Ketika Samuel mengajak Anya, wanita itu menatap sinis ke arah Anya, matanya menunjukkan rasa tidak suka jika gadis itu harus ikut masuk bersama Samuel. "Gue..." Anya terdiam sejenak.
"Boleh deh! Sekalian mau salin tali silaturahmi sesama teman," sambungnya dengan senyuman puas dan tatapan mata yang penuh kepercayaan diri, tidak peduli dengan perasaan Tante Nita.
Ekspresi Tante Nita benar-benar memerah kesal menatap Anya dengan tatapan yang tidak suka. Bibirnya mengerucut seolah ingin mengucapkan sesuatu, tetapi akhirnya dia menahannya.
Raut wajah wanita itu memang tidak bisa dibohongi. Meski begitu, ia membiarkan keduanya masuk ke dalam rumah, seolah menunjukkan bahwa dia tidak kenal dan tidak mempunyai masalah dengan Anya.
****************

KAMU SEDANG MEMBACA
Identitas Tersembunyi
Mystery / ThrillerAnya & Luna adalah anak kembar yang non-identik dengan kepribadian yang bertolak belakang. Ketika Luna menjadi korban bullying dan tabrak lari, Anya memutuskan untuk mencari tahu siapa pelakunya. *** Anya terpaksa mengorbankan waktu untuk hobinya, b...