Chapter 10

32 17 3
                                    

Matahari terik menyinari bumi dengan hangatnya, menyinari langit cerah di atas kepala Anya ketika ia kembali datang ke rumah Luna. Langkahnya mantap menghampiri rumah yang sunyi, dihiasi keheningan yang menusuk di telinganya.

Dengan anggunnya, Anya melepaskan helm dari kepalanya sambil turun dari motor keren yang mengantarkannya. Langkahnya terdengar jelas saat bergerak ke arah pagar rumah Luna, mengikuti keheningan sekitar. Namun, dalam keheningan itu, terdengar suara gemuruh motor mendekat, diikuti oleh suara lelaki yang penuh kehangatan yang memanggil namanya.

"Anya?" sapa Samuel sambil menghentikan motor dengan cekatan, lalu turun dengan langkah mantap.

Anya tersentak dengan kedatangan tiba-tiba ini, matanya menatap Samuel dengan campuran rasa terkejut dan penasaran.

"Lo ngapain di sini?" tanya Samuel, menatap mata Anya yang cantik.

"Lah, lo sendiri ngapain?" tanya balik Anya sambil menunjuknya menggunakan jari telunjuk.

Samuel menggaruk kepalanya. "Ya... Gue mah mau liat kondisi Luna. Secara, dia kan teman kelas kita. Nah lo kan belum pernah ketemu sama dia, kok bisa tau rumahnya?" jelas Samuel, sembari menyilangkan lengan di dada dan mengerutkan kening.

Anya menatap balik Samuel dengan pandangan tajam, mencari alasan yang tepat. "Ooh, rupanya gue salah alamat, tadinya mau mampir ke rumah... Sepupu!" ujarnya spontan dengan berbagai alasan yang terlintas dalam pikirannya.

Meski curiga, Samuel hanya mengangguk kecil menerima alasan Anya.

"Gue duluan, ya!" ucap Anya dengan cepat, merasa canggung dalam situasi yang tak terduga, lantas bergerak hendak kembali ke motor.

Namun sebelum mampu meraih jok motor, seorang wanita paruh baya tampil dari rumah, dan tatapan mereka bertemu dalam sekejap.

Wanita itu menghampiri kami berdua, tetapi rasanya seperti hanya menghampiri Samuel.

"Kamu temannya Luna yang bantu dia hari itu kan?" tanya Mama sambungku sembari menunjuk arah Samuel.

Lelaki itu membalas perkataan wanita tersebut dengan ramah. "Iya, Tante," balasnya dengan senyuman manisnya.

Tante Nita tersenyum lebar, mengundang Samuel untuk masuk ke dalam rumah. "Eh, ayo mampir dulu gih."

Samuel melirik Anya, "Ayo Nya, ikut juga," ajak Samuel menggenggam tangan Anya dengan erat.

Ketika Samuel mengajak Anya, wanita itu menatap sinis ke arahnya, seperti memberikan kode bahwa dia tidak perlu ikut masuk. "Gue..." Anya terdiam sejenak saat diundang masuk.

"Boleh deh, sekalian mau salin tali silaturahmi sesama teman," sambungnya dengan senyuman puas dan tatapan mata yang penuh kepercayaan diri, sehingga membuat ekspresi Tante Nita memerah kesal.

Raut wajah mamanya memang tidak bisa dibohongi. Meski begitu, ia membiarkan keduanya masuk ke dalam rumah.

****************

Identitas Tersembunyi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang