18

1.4K 40 0
                                    

Waktu menunjukkan jam satu dini, semuanya masih terjaga dari tidurnya kini dokter kembali memeriksa kyai alisya.

Saat di periksa kyai dipta menggerakkan jari jari tangan nya. "Alhamdulillah akhir nya bapak ini bisa melewati masa kritis ya sus," ucap dokter Anto kepada suster sedang mengganti infus nya.

"Wah perkembangan sangat cepat ya dok," jawab suster tersebut.

"Sus setelah ini pasien di pindahkan ke ruangan sesuai permintaan keluarga pasien VVIP," Ucap dokter di balas anggukan oleh suster tersebut.

Setelah memeriksa dokter keluar. "Bagaimana dok keadaan Abah saya," tanya Bagas.

"Alhamdulillah bapak anda melewati masa kritis, sebentar lagi akan di pindahkan ke ruangan rawat," jawab dokter tersenyum.

Kini suster sudah memindah kan keruangan luas ada sofa di dalam. Mereka berempat masuk dalam ruangan tersebut. "Abah cepat sehat ya maafkan Bagas, mulai sekarang aku akan nurut sama Abah," ucap Bagas menggenggam erat tangan kayu Dipta.

Luna melihat pemandangan tersebut merasa senang dengan perkataan Bagas. "Semoga saja kamu berubah gas, dan tidak lagi berhubungan dengan wanita itu," gumam nya.

"Din kita tiduran di sofa yuk, biar arsen dan Bagas gelar tikar di bawah," ucap Luna di balas anggukan oleh Dinda.

Dinda dan Luna tidur sambil duduk di sofa, sedangkan Arsen dan Bagas menggelar tikar di bawah. "Sen thanks ya Lo sudah bantuin gue," ucap Bagas.

"Sama sama, lagian umi alisya dan Abah baik banget denganku, semenjak gue di tinggal nyokap bokap mereka lah yang selalu ada sampai sekarang gue jadi seperti ini," jawab arsen.

Keduanya tidur terlentang menatap langit langit ruangan tersebut, mereka berkelana pada pikiran masing masing. "Gue gak akan pernah maafin Lo Alana, atas penghianatan itu, dan gara gara Lo hampir saja kehilangan Abah, gue benci lo lan sangat benci," gumam Bagas memejamkan matanya.

Kini Bagas bertekad melupakan Alana, satu tahun Bagas setia Namun di balas dengan selingkuhan, rasa sakit terluka apa lagi keluarganya merasa di injak injak, datang untuk melamar namun di berikan tontonan tak senonoh.

Waktu menunjukkan pukul tiga dini hari, Dinda menggeliat perutnya tiba tiba sakit, secara bersamaan Bagas ingin pergi ke kamar mandi, keduanya sama sama berlari. "Aduh kamu lagi ngalah dong aku duluan megang gagang pintu nya," ucap Dinda.

"Enak aja aku duluan," jawab Bagas memegangi perut nya.

"Aku duluan guz Bagas ngalah dong sama cewek," jawab dinda masih memegangi gagang pintu.

Secara bersamaan kyai dipta tersadar, namun masih tak ada yang menyadari, melihat suara berisik, dari arah kiri kyai dipta menoleh, benar saja Bagas dan Dinda berebut ke kamar mandi. "Andai dulu Abah tidak mengizinkan kamu kuliah dan tinggal di luar pesantren, Abah yakin kamu gak akan seperti ini nak, apalagi mengenal perempuan tidak baik akhlak nya," gumam kyai dipta.

"Bocil kebelet nih gantian deh, aku janji gak lama kok beneran nih," ucap Bagas memohon karena sudah berada di ujung, bisa bisa ngompol di tempat.

"Awas ya lama sana cepetan pokoknya," jawab dinda.

Kyai dipta terkekeh melihat keduanya seperti anak kecil kemudian kembali memejamkan matanya sambil berfikir. "Apa rencana perjodohan dulu aku teruskan saja ya, aku yakin Dinda bisa mengembalikan Bagas pada jalan nya," batin nya.

"Bagas cepetan sakit perut ku," ucap Dinda mengetuk pintu.

Setelah lima menit buru buru bara keluar. "Bawel banget sih," ucap Bagas mendengus kesal.

"Biarin aja," ujar dinda kemudian masuk ke dalam, sedangkan Bagas duduk di kursi sebelah brangkar Abah nya. "Abah cepat sadar ya maafkan Bagas membuat Abah sakit begini, Bagas janji akan menebus kesedihan Abah, dan Bagas janji akan membuat Abah bahagia setelah semalam di permalukan oleh Bagas, maaf ya bah," ucap Bagas menyesal mencium lengan abahnya.

Kyai dipta belum tidur meras senang dengan penuturan anaknya. "Semoga saja nak kamu berada di jalan yang benar kamu menjauhi perempuan itu," batin nya.

Beberapa menit bara kembali tiduran di tikar sedangkan Dinda sudah selesai.

Adzan subuh berkumandang Dinda membangunkan Luna untuk solat di musolah rumah sakit, sedangkan Bagas masih asyik main game online nya. "Mbak lun bangun kita sholat di musolah yuk kebetulan aku sudah wudu," ujar dinda.

Luna membuka kedua matanya tersenyum ke arah Dinda. "Masih basah baru wuduk ya," tanya Luna tersenyum.

"Iya mbak, buruan yuk kita ke musolah," jawab dinda.

"Bentar aku ambil wuduk dulu, nanti enak deh tinggal solat takutnya ngantri di sana," jawab Luna.

TBC

gadis bercadar Milik Ceo Tampan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang