57. berperang dengan perasaan

947 36 0
                                    

Senja kian menyapa, arsen dan Bagas sampai di apartemen nya. "Nih Kunci nya bozz, besok jangan sampai telat kita ada pertemuan Dengan CEO gemilang," ujar arsen berada di depan pintu apartemen.

"Iya bawel banget Lo kayak Dinda," gerutu Bagas masuk ke dalam kamar nya.

Saat memasuki apartemen rasa nya ada yang kurang, terasa kesepian hening dan tidak ada perdebatan. Bagas mengingat semalam diri nya berdebat di sofa, mendengarkan dinda ngaji dan juga makan bersama, Bagas memandangi di setiap sudut apartemen nya. "Aghhhhh kenapa gue harus mikirin tuh bocil, harus nya Lo seneng Bagas jadi gak ada yang bawelin Lo paham," Bagas bermonolog dengan mengacak acakan rambut nya.

"Tanpa dinda aku harus solat, ingat Bagas kamu butuh Allah di setiap langkahmu kamu harus kembali ke jalan nya," gumam Bagas sejenak memejamkan kedua Mata nya, rasa malas dia tepis bergegas menuju kamar mandi bersih bersih kemudian menggelar sajadah dia melaksanakan solat dengan khusuk.

Sepuluh menit selesai, hati nya merasa tenang dan damai, baru kali ini Bagas tidak merasakan kegelisahan. "Ya Allah maafkan aku salah memilih jalan telah melupakan mu, semoga aku bisa istiqomah dalam jalan menuju ridho mu," lirih nya.

Gak terasa pelupuk mata nya di penuhi dengan air mata.

Kini bukan paksaan dari Dinda, Bagas kembali dan menyesali telah jauh dari tuhan yang sudah menciptakan diri nya. Kekuasaan dan pergaulan membuat Bagas di butakan oleh dunia.

Hadir nya Dinda Vanesa membawa dunia nya kembali dekat dengan sang pencipta. Dengan gemetar Bagas membuka kitab suci Al Qur'an dia membaca lafadz demi lafadz.

Dulu selama kecil sampai SMA Bagas murid terbaik dan banyak di kagumi di pesantren sejak lulus SMA. Bagas memilih kuliah diluar tanpa pulang ke pesantren membuat nya lupa kepada tuhan nya.

Apalagi kenal dengan Alana, dunia nya berubah di club, mabuk mabukan adalah cara terbaik ketika masalah melanda nya.

Adzan isya berkumandang Bagas menutup Al Qur'an lalu menunaikan solat, setelah selesai barulah merebahkan badannya, dia melirik ke sebelah nya, mengingat semalam tidur satu ranjang dengan dinda dan memeluk nya, bayangan bayang Dinda bagaikan silide memenuhi otak Bagas.

"Dinda lama lama Lo membuatku gila," Bagas bermonolog dengan diri nya sembari memandangi foto Dinda saat diri nya menghadiri acara pernikahan Alana.

Begitu juga Dinda gusar memikirkan Bagas. "Burung hantu tampan apa sudah solat isya ya aku telfon enggak ya," gumam Dinda mondar mandir berjalan di sisi ranjang.

"Kalau aku telfon bahas apa terus nanti kalau dia nyangka aku gr gimana aku malu sendiri pasti nya," gumam Dinda serba salah.

Di sebrang sana Bagas juga bingung mau menelfon tapi gengsi, kini kedua nya berperang dengan perasaan masing masing.

Bagas melemparkan handphone ke samping dan memilih memejamkan mata namun bayangan dinda mengganggu pikiran nya. "Aghhhh Dinda lagi Dinda lagi, dasar tuh bocil bikin gue gila," teriak Bagas meremas rambut nya.

Bagas memilih bangun menyeduh kopi. "Huft apa gue terima aja perjodohan ini terus ijab lagi terus resepsi, serumah deh," gumam Bagas. "Aghhhhh mikir apa Lo gas bodoh banget mikirin tuh bocil," teriak Bagas memarahi diri nya.

Bagas memilih mengerjakan tugas kantor yang belum selesai memikirkan Dinda membuat nya gila. Dia berkutat dengan dengan laptop dan beberapa kertas di atas meja di temani secangkir kopi.

Begitu juga Dinda di landa bingung, sesekali dia melirik handphone berharap Bagas menghubungi nya. "Kemana sih burung hantu, apa perhatian dan khawatir nya kemaren dan tadi hanyalah sebuah simpati, bodoh banget sih, aku terlalu berharap padanya, ujung ujung nya buat aku sakit hati," gumam Dinda berperang dengan perasaan dan otak nya.

Tak ingin memikirkan Bagas, kini Dinda keluar kamar menuju toko baju nya berada di samping rumah, Anggi belum tidur mengekori anak nya keluar rumah. "Din mau kemana nak," tanya Anggi.

"Ini buk, dinda mau ke toko soalnya banyak pesanan jadi nya harus pacing sekarang," dusta Dinda karena dia hari ini libur live hanya beberapa pcs saja yang masuk pesanan.

"Ini sudah malam Din kenapa gak besok aja," ujar buk Anggi.

"Enggak buk besok Dinda sibuk," jawab Dinda.

"Terserah kamu terpenting jangan terlalu larut tidur nya, ibu kunci ya dari dalam jangan lupa bawa kunci cadangan," sahut ibu Anggi di balas anggukan oleh Dinda.

Dengan langkah lesu Dinda melangkah menuju toko nya. "Huft apa guna nya coba bawa handphone jika tidak ada yang menghubungi," gerutu Dinda menaruh gawai di atas etalase. Kemudian membuat pola pada kain yang akan di jahit nya.

TBC

gadis bercadar Milik Ceo Tampan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang