Ke esok hari nya setalah solat subuh, Dinda merengek pada Anggi dan amani meminta pulang, apalagi kepada Bagas sejak bangun dari tidur nya memaksa untuk membawanya pulang. "Din aku masih khawatir dengan keadaan kamu besok aja ya pulang nya." Ujar Bagas duduk di samping nya.
Sedangkan Anggi dan amani menurut saja apa yang di lakukan Bagas, selain menghargai sebagai suami toh juga demi kebahagiaan Dinda.
"Aku sudah sehat Bagas kafa, aku hanya kecapek an, lebih baik istirahat di rumah aku mohon." Rengek Dinda.
Bagas melihat ke arah Anggi dan amani meminta persetujuan, ketika amani menganggukkan kepala nya, barulah Bagas menyetujui dan mengurus kepulangan Dinda hari ini.
"Senyum dulu, gak usah cemberut gitu dong, aku urus dulu ya sebelum nya aku akan meminta dokter memeriksa lagi. "Ujar Bagas membuat wajah Dinda tersenyum bahagia. Sehari berada di rumah sakit membuatnya tidak betah.
Kini Bagas keluar menuju administrasi setelah itu menemui dokter meminta persetujuan, sedangkan Anggi dan juga amani membantu membereskan barang barang Dinda.
"Ayah, ibuk maaf ya gara gara Dinda sakit mengganggu pekerjaan kalian," ucap Dinda.
"Kamu prioritas ayah nak, Dinda lebih penting dari pada pekerjaan ayah," jawab amani.
Selang beberapa menit Bagas datang bersama dokter, dia memeriksa kembali. "Kondisi nya membaik, jangan melakukan aktifitas dulu ya mbak, harus istirahat total agar badan nya kembali pulih, di jaga pola makan dan jangan lupa obat nya di minum," nasehat dokter sembari membuka infus di tangan Dinda.
"Baik dokter terima kasih," jawab amani, kini Bagas merangkul Ais keluar dari ruangan tersebut.
"Ayah, titip Dinda dulu ya, aku mau Nebus obat dulu, dan ini kunci mobil nya Din nanti pulang nya biar aku antar, awas jangan ikut mobil ayah Lo," ucap Bagas, kemudian pergi.
Sedangkan amani menggantikan Bagas, yakni merangkul pundak anak nya sampai parkiran. "Tunggu suami mu di dalam ya," amani membuka kan pintu. Setelah itu barulah amani dan Anggi masuk ke dalam mobil nya sendiri.
"Bagas perlakuan kamu membuatku jatuh cinta," gumam Dinda menatap Bagas dari kejauhan berjalan menuju mobil.
"Maaf ganggu lama ya," ujar Bagas.
"Enggak kok, aku juga baru sampai,"
Kemudian dia melajukan mobil nya meninggalkan rumah sakit di ikuti amani dan juga Anggi di belakang nya.
"Din ingat pesan dokter, jangan bandel minum obat biar lekas sembuh dan bisa aktifitas kembali," tukas Bagas sembari menyetir.
"Iya," jawab nya singkat, kini Dinda menikmati perjalanan dengan riang. Jalanan macet udara begitu panas, Bagas menoleh sekejap ke arah istri mungil berada di samping nya. Betapa bahagia ketika melihat nya tersenyum selama perjalanan.
Empat puluh menit perjalanan mereka sampai di rumah amani, Bagas tak membiarkan Dinda turun sendiri, dia membopong menuju kamar. Walaupun Dinda meronta ronta tidak mau di Gendong.
Amani dan Anggi merasa lega jika nanti nya Dinda tinggal dengan Bagas, mereka yakin jika Bagas akan memperlakukan anak nya dengan baik.
"Lebay banget sih pakai acara di gendong, aku tuh malu di liatin ayah dan ibu" gerutu dinda sudah berada di atas ranjang kesayangan nya.
Bagas meringis menampakkan deretan giginya yang tersusun rapi. "Ngapain juga malu Din, kita ini sudah tunangan, halal lagi." Jawab Bagas duduk di bibir ranjang sebelah istrinya.
"Terserah deh, percuma juga debat sama kamu gas, gak akan menang!!"
Bagas tertawa mendengar ocehan istrinya. "Bocil, hari ini istirahat total ya jangan bandel dan jangan aktifitas dulu,"
"Tapi gas, kalau aku gak boleh aktifitas nasip paketan alu gimana, harusnya kemaren aku kirim," sahut Dinda merasa sedih, karena dirinya takut mengecewakan costumer yang sudah menjadi langganan di toko nya.
Bagi pandangan online seperti Dinda berapapun costumer itu sangat berarti, dan menjaga kepercayaan adalah konsep utama di toko nya.
Bagas mengelus puncak kepala istri nya di balut dengan hijab. "Biar aku saja tinggal kasih tau caranya. Dan ngantarnya kemana beres deh, sekalian aku mau ke rumah umi dulu mau cek persiapan pernikahan mbak Luna,"
"Emang gak ngerepotin kamu ya gas," tanya Dinda merasa tak enak hati.
"Enggak kok, yang penting kamu nurut gak bandel ya!!" Jawab Bagas tersenyum. Kemudian Dinda memberi tau caranya ngirim barang dan juga antar ke pos, Bagas mengangguk mendengarkan penjelasan istri nya.
"Asiap ibuk negara, aku berangkat dulu ya. Awas kalau ketahuan keluyuran." Ancam Bagas.
Kemudian pergi ke toko untuk mengambil paket yang akan di kirim, setelah selesai barulah berpamitan kepada Anggi dan amani. "Ayah titip Dinda ya, kalau bandel telfon bagas saja, assalamualaikum,"
"Iya nak, hati hati ya waalaikum salam,"
Bagas mengendarai mobil menuju tukang pos, tak butuh waktu lama kini sampai di tempat, dia meminta bantuan untuk mengeluarkan beberapa paket kepada petugas pos, karena jumlah nya banyak. Setalah selesai masih menunggu nomor resi memakan waktu tiga puluh menit.
Setelah selesai barulah pergi ke pesantren. "Assalamualaikum umi, Abah."Salam bagas memasuki ruang tengah bersalaman kepada kedua orang tuanya.
"Waalaikum salam anak umi baru pulang, gimana keadaan istrimu gas," tanya umi alisya.
"Alhamdulillah, umi sudah pulang, sekarang ada di rumah nya," jawab Bagas.
"Alhamdulillah, kok buru buru gas, apakah kesehatan nya sudah membaik?" Tanya kyai dipta.
"Iya bah, dari tadi pagi merengek minta pulang, sebelum nya Bagas sudah konsultasi mengenai kepulangan nya, jadi tidak perlu ada yang di khawatirkan bah,"
"Abah bangga kepadamu nak, ternyata kamu bisa tanggung jawab kepada istrimu menjaga nya sampai pulih," ujar kyai Dipta dengan bangga.
Bagas hanya tersenyum tak menjawab pujian Abah nya. "Oiya kapan kamu resmikan hubungan mu ke kua, umi yakin kalian bisa saling belajar mencintai nak. Bukan hanya di hadapan Allah, umi mau pernikahan mu tercatat di KUA," ujar umi alisya.
"Insya Allah secepat nya Bagas akan urus, doakan yang terbaik saja mi," sahut Bagas.
"Gimana kalau resepsi nya barengan dengan Luna," usul umi alisya.
"Enggak umi, Bagas ingin mengadakan resepsi murni biaya Bagas sendiri serta dengan konsep Bagas inginkan, maaf ya umi," ujar Bagas.
"Iya nak, umi dukung keputusan mu," sahut umi alisya. Walaupun sedikit kecewa karena Bagas tak ingin resepsi bareng dengan Kaka nya, namun di balik itu rasa bahagia nya menutupi rasa kecewa ketika melihat Bagas kafa sekarang berubah.
"Pertahankan istrimu nak, dia orang baik dan Sholehah, jangan sakiti dia ya," ucap umi alisya.
Mendengar ucapan umi nya, Bagas menatap lekat ke arah seseorang yang mengandung sembilan bulan. "Umi Bagas janji tidak akan meninggalkan wanita sebaik san se solehah dia, Bagas berterima kasih kepada Abah dan umi mempertemukan orang yang tepat untuk masa depan Bagas."
"Berterima kasih lah kepada sang pencipta nak, Abah dan umi hanya perantara jodohmu, sesungguhnya Allah maha memberi jodoh, di kitab suci Al Qur'an surah Yasin ayat tiga puluh enam sudah di jelaskan "maha suci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasangan pasangan, baik dari apa yang di tumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" jadi Allah sudah menakdirkan setiap manusia itu berpasang pasangan." Imbuh nya.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
gadis bercadar Milik Ceo Tampan
Fiksi Remaja→Habis baca jangan lupa vote← Status: END √ Dinda Vanesa atau (Dinda) merupakan gadis yang bercukupan , penyabar, dan mampu mendapat ilmu yang lumayan baik. berusia 23 tahun. Dan dia seorang guru. dia mempunyai kedua orang tua yang sangat sayang ke...