Setelah selesai berganti pakaian barulah Lexxa membukakan pintu, kini Bagas dan Arsen masuk ke dalam. Dengan rasa khawatir Bagas duduk di samping kasur bisa tersebut.
"Kak Arsen sebaiknya kita cari tukang pijet deh, soalnya kaki Dinda terkilir," ujar Lexxa mengajak Arsen keluar, sekaligus memberikan ruang untuk keduanya.
Sedangkan Dinda hanya diam tanpa menoleh kearah Bagas yang berada di sampingnya.
Arsen mengerti maksud Lexxa mengikuti keluar dan mencari tukang pijat urut.
"Din, masih sakit ya?" Tanya Bagas sambil meneteskan obat merah pada kaki yang terluka. Dinda enggan membalas ucapannya, hanya mengangguk sebagai isyarat jika kaki nya sakit.
Bagas memberanikan diri menggenggam erat tangan Dinda dan menatap nya lekat. "Din jangan pergi lagi ya, aku mohon! Aku tak bisa hidup tanpamu," dia menatap manik mata tersebut, sedangkan Dinda memalingkan wajahnya.
"Din dengerin aku ya, setelah Alana menikah, sumpah aku tidak pernah lagi berhubungan dengannya."
"Jangan banyak membual Gas, mengatas namakan sumpah! Pergi saja ceraikan aku, jadi setelah itu kamu tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi menemuinya,"
Rasa nyeri yang Bagas rasakan ketika Dinda mengatakan kata perceraian. "Sadar enggak apa yang dikatakan kamu sangat di benci oleh Allah Din," ujar Bagas dengan kesal, karena jalan pintas yang di ambilnya mengucapkan kata perpisahan.
"Allah lebih benci seseorang hambanya berselingkuh, dan bermain api dibelakang istrinya," timpal Dinda memalingkan wajahnya.
"Dengerin penjelasan aku din, kalau gak percaya bisa tanya Arsen, Alana tiba-tiba datang dan kamu tau sebelum dia memelukku, kami berdebat dia meminta kesempatan din, bahkan dia sengaja menggodaku, tapi sedikit pun aku tidak merasakan tergoda, dia meminta ku kembali berhubungan dengannya, aku tolak Din karena..." Bagas tak sanggup meneruskan perkataannya, ingin rasanya jujur namun apalah daya rasa gengsi tiba-tiba muncul.
"Karena apa Gas, karena kamu takut umi Alisya akan memarahimu? Sudah kuduga," Dinda tersenyum menertawai dirinya.
Dengan mata terpejam Bagas mengungkapkan isi hatinya. "Karena aku suka kamu Din, aku mencintaimu dengan itu hah! Aku terlalu gengsi mengungkapkan kata ini, aku terlalu egois, maafkan aku."
"Untuk kebohonganmu aku ucapkan terimakasih, sayangnya dramamu kurang membuatku percaya," sahut Dinda tak mempercayai.
"Apa yang harus kau lakukan agar kamu mempercayai ku Din?" Tanya Bagas begitu frustasi dengan keadaan ini, dia berusaha untuk jujur, namun Dinda tak mempercayainya.
Dinda hanya diam enggan mengatakan hal apapun, antara percaya atau tidak, adalah dua kalimat sulit untuknya.
"Din bicaralah aku harus bagaimana, agar membuatmu yakin dan percaya apa yang aku katakan!" Ujar Bagas mulai frustasi dengan sikap Dinda yang hanya diam.
"Sudahlah Gas, jangan membuang tenagamu untuk menjelaskan sesuatu kebohongan," lirihnya.
Bagas mengepal tangan nya dengan keras memukul tembok, tak kerasa hingga tangannya berdarah. "Aghhhhhh akan ku bunuh wanita sialan itu! Gara-gara dia kamu mau bercerai dariku." Teriak Bagas tak bisa mengendalikan emosinya.
Dinda terbelalak melihat kemarahan Bagas pertama kalinya, Bagas berdiri keluar, Dinda memilih mengejarnya hingga kakinya tak seimbang dan masih tak bisa di gunakan bergerak, hingga dirinya terjatuh. "Aaaaaarghhhh kakiku," teriakan Dinda terdengar oleh Bagas, hingga dia berlari masuk ke dalam kamarnya lagi.
Benar saja kini Dinda tersungkur di lantai, dengan posisi tengkurap. "Astaghfirullah Dinda," teriak Bagas membantu membopong tubuhnya ke kasur, Dinda sudah tidak tahan dengan rasa sakit, bahkan dia menangis menahan sakit di kakinya semakin membengkak.
KAMU SEDANG MEMBACA
gadis bercadar Milik Ceo Tampan
Novela Juvenil→Habis baca jangan lupa vote← Status: END √ Dinda Vanesa atau (Dinda) merupakan gadis yang bercukupan , penyabar, dan mampu mendapat ilmu yang lumayan baik. berusia 23 tahun. Dan dia seorang guru. dia mempunyai kedua orang tua yang sangat sayang ke...