Sayup angin di waktu subuh membuat kulit menggigil merasakan dingin nya udara, namun suara merdu menggema di setiap toa-toa masjid membuat tenang, menyeru seraya umat Islam bersujud dan mendatangi rumah sang pencipta.
Dengan langkah gontai dan Maya masih terpejam, Bagas memaksa diri nya bangun menuju kamar mandi. Bukan hanya rindu yang berat, Istiqomah lebih berat. Karena tekad Bagas ingin menjadi lebih baik dan bertaubat, sang pencipta mempermudah jalan nya.
Sepuluh menit selesai solat, Bagas sempat kan video call istri tercinta, beberapa detik panggilan tersambung. "Assalamualaikum bocil ku, lagi apa nih." Salam Bagas menampakan senyum termanis nya.
"Waalaikum salam, ini habis solat gas." Jawab Dinda masih mengenakan mukenah, kini wajah cantik dan imut memenuhi layar handphone Bagas. "Cantik banget sih gemesin." Batin nya seraya tersenyum.
Dinda melihat senyuman Bagas merah di layar membaut hati nya tenang, senyuman beberapa Minggu ini menjadi candu nya.
"Nanti aku jemput ya ke pernikahan mbak luna." Ujar Bagas sembari tidur tengkurap di kasur, dan masih memakai baju Koko juga sarung. Hal itulah membuat Dinda tambah kagum dengan sosok Bagas yang berbeda. Berawal dari pertemuan karena perdebatan berakhir dengan romantis.
"Enggak usah, aku berangkat bareng ayah dan ibuk, kasihan mobil nya masih kosong." Jawab Dinda tersenyum.
Ada rasa kecewa ketika Dinda menolak, namun apalah daya jika ibu negara sudah dengan keputusan nya bapak negara bisa apa. "Dandan yang cantik ya, hari ini pakai baju warna apa Din," tanya Bagas lagi
Dinda menghela napas mendengar pertanyaan Bagas rada aneh bagi nya. "Emang kenapa tanya warna baju segala,"
"Tinggal jawab aja susah banget," celetus Bagas mulai kesal karena Dinda masih terus bertanya.
"Penting ya aku menjawab soal warna baju?" Sahut Dinda membuat Bagas kesal.
"Penting Dinda Vanesa, tinggal jawab aja susah banget sih," gerutu Bagas menampakkan wajah cemberut nya.
"Gak penting Bagas kafa," Dinda sengaja mengerjai Bagas agar kesal.
"Tinggal jawab aja, susah banget!!"
Dinda terkekeh ketika melihat raut wajah Bagas cemberut dan menampakkan kekesalan nya. "Ngapain senyum-senyum gak ada yang lucu," sahut Bagas semakin kesal.
"Burung hantu kalau lagi marah lucu juga ya!!" Ledek Dinda.
"Enak aja burung hantu, masal ganteng-ganteng gini di bilang burung hantu, awas aja ya terpesona dengan ketampanan CEO Seorang Bagas kafa," celetus Bagas.
"Jangan PD deh gas, ingat ya diatas langit masih ada langit, dan kamu tau di luaran sana banyak kok yang ngantri mau jadi suami ku, dan yang pasti lebih keren dan ganteng dari kamu," ujar Dinda sengaja memanas manasi nya.
"Awas aja kalau sampai kamu berselingkuh dengan mereka!! Bisa ku gorok dan ku gantung di pohon kelapa." Ancam Bagas dengan wajah masih kesal.
Kini Dinda tidak bisa lagi menahan tawa nya, suara renyah terbahak bahak lolos dari bibir mungil itu. "Serem banget gas!!"
"Siapapun yang berani mengusik punyaku akan berhadapan langsung dengan Bagas kafa," celetus Bagas.
"Iya deh iya. Lagian serius banget kamu gas, aku cuma bercanda kali!!"
"Bercanda nya gak lucu Dinda vanesa, lagian tinggal jawab aja warna baju susah banget, sengaja ya pagi-pagi mancing emosi." Ujar Bagas.
Dinda merasa menang bisa membuat Bagas emosi di pagi hari. "Bagas kafa kalau mancing tuh di sungai bukan di sini." Jawab Dinda semakin membuat Bagas geram.
KAMU SEDANG MEMBACA
gadis bercadar Milik Ceo Tampan
Ficção Adolescente→Habis baca jangan lupa vote← Status: END √ Dinda Vanesa atau (Dinda) merupakan gadis yang bercukupan , penyabar, dan mampu mendapat ilmu yang lumayan baik. berusia 23 tahun. Dan dia seorang guru. dia mempunyai kedua orang tua yang sangat sayang ke...