gadis bercadar Milik Ceo Tampan

32

Setelah selesai makan malam Bagas dan Dinda sama sama diam, tak ada kata pertengkaran seperti biasa nya, rasa canggung dan bingung, sedangkan orang tua kedua nya saling berbincang.

Keduanya masih sama sama berada di pikiran nya masing masing. "Cantik tapi sayang ngeselin," gumamnya.

Sedangkan Dinda tak berani mendongakkan wajah nya. "Dinda, Bagas, Abah tidak ingin menambah dosa takut nya ada setan kapan saja membisikan kalian ketika kapan kapan kalian tak sengaja berdua. jadi Abah putuskan besok malam Abah nikah kan kalian," ucap kyai dipta.

Kedua nya sama sama menoleh ke arah kyai dipta. "Aku gak siap menikah," keduanya kompak menjawab. Kyai dipta tertawa melihat kedua nya Sama Sama kompak...

"Apa yang membuat kalian tidak siap," tanah kyai Dipta.

"Bagaimana bisa siap bah kita aja gak pernah dekat yang ada berantem! Dan tiba tiba Abah mau nikahin kita," jawab Bagas.

"Dengarkan Abah, kalian nikah sirih agar sah di mata agama, kalian bisa menjalin kedekatan sama sama saling mengenal ini hanya untuk menjaga dari dosa, bisa saja kalian berpegangan tangan atau saling menatap itu kan tidak boleh kalian gak perlu satu rumah jika kalian belum siap, dan kalian bisa menyembunyikan pernikahan ini sampai kalian benar benar saling menerima," ucap kyai dipta menjelaskan.

"Benar apa yang dikatakan Abah mu Bagas, tapi bukan berarti pernikahan ini di buat main main ya, hanya saja jika kalian mau keluar atau kemana Abah dan om ayah mu tidak akan kefikiran, juga tidak akan menanggung dosa membiarkan kalian tanpa ikatan halal, anggap lah sebagai pertunangan tapi halal," timpal umi Alisya.

Bagas mendengus kesal. "Terserah Abah umi deh percuma Bagas bersuara tak akan di dengar," jawab dengan kesal.

Sedangkan Dinda memilih Diam bermonolog dengan diri nya sendiri. "Yah walaupun nikah sirih otomatis status aku istri Dong, terus kalau Bagas sudah bosan nanti yang ada dia nalaq aku jadi janda dadakan huft," gumam Dinda.

TBC