26

1.1K 30 0
                                    

Setelah kepulangan Dinda dari ruangan kyai dipta, Bagas dan arsen masuk ke dalam rumahnya. "Kenapa ribu ribut di luar," tanya kyai dipta mendengar teriakan bagas.

"Biasa bah Bagas dan Dinda gak pernah akur," timpal arsen duduk di depan kyai dipta.

"Sebenarnya kalian punya masalah apa sih setiap ketemu bawaannya ribut terus," tanya Luna membawa nampan berisi minuman.

"Gak usah bahas bocil lagi deh mbak males jadinya bikin mood Bagas hilang," jawab Bagas masih kesal.

Luna hanya geleng geleng kepala mendengar ocehan adiknya, bahkan kyai dipta dan umi alisya masih penasaran kenapa mereka selalu saja bertengkar.

"Bagas besok Abah kenal kan dengan calon mu," ujar kyai dipta.

Uhuk uhukk uhukk

Bagas tersedak saat minuman teh nya. "Pelan pelan bro," ledek arsen tersenyum ke arah Bagas.

"Kok besok sih bah ceoet banget," protes Bagas.

"Lebih cepat lebih baik," celetuk umi alisya.

Bagas berdengus kesal dengan rencana kyai dipta dan juga umi alisya, sedangkan Arsen mengetahui calon nya namun enggan memberitahu Bagas takutnya syok sebelum bertemu.

Bagas yang kesal memilih berpamitan pulang menuju apartemennya. "Umi Bagas pulang dulu, besok Bagas ke sini lagi," ujar Bagas wajahnya tampak murung begitu juga arsen mengekori dari belakang.

"Yasudah hati hati! Besok jangan sampai gak datang loh gas, ingat kesehatan Abah umi mu ini," ucap umi alisya di balas anggukan oleh Bagas.

Arsen dan Bagas masuk ke dalam mobil lalu melajukan mobil nya. "Ahhhhh semua ini gara gara cewek penghianat itu, coba aja dia gak hianatin gue pasti Abah gak akan sakit dan gue gak di jodohin, gue benci dia dasar cewek murahan," gerutu Bagas dalam mobil nya.

Sedangkan Arsen kesal menatap jalanan. Hiruk pikuk di sore hari membuat jalanan macet. "Aghhhh macet lagi sial banget hari ini," dengus bagas.

"Sabar Bagas kafa marah marah Mulu," jawab arsen.

Di sebrang sana dengan wajah bahagia Dinda menjahit beberapa baju terutama milik umi alisya langganan tetap di tokonya. "Din tadi buk kades datang ke sini katanya kamu masih menerima jumlah banyak apa engga?" Ujar bu Anggi membantu Dinda membereskan toko nya.

"Insya Allah masih menerima buk, sepertinya Dinda butuh karyawan deh buk, soalnya pesanan membludak produksi kemaren saja Dinda kewalahan buk," ucap Dinda sambil mengerjakan jahitan nya.

"Kalau uang tabungan mu cukup nak menurut ibu beli ruko saja agak besar dan tambah lagi mesin jahit baru nambah karyawan," usul bik Anggi.

"Insya Allah ya buk, doakan tabungan Dinda cepat ke kumpul, soalnya Dinda mau beli ruko dan juga nambah mesin jahit," jawab Dinda.

"Aminnnnnn," ucap buk Anggi.

Tiga puluh menit ibu Anggi dan dinda membereskan pesanan. Setelah itu kedua nya bersantai di ruang tamu sekedar bercengkrama bersama ayah dan ibu nya.

"Din ayah ingin berbicara penting," ujar amani

"Bicara apa yah...???" Tanya Dinda penasaran.

"Nak dulu sebelum ayah dan ibu punya toko kue, kami kesulitan masalah ekonomi, bahkan waktu kamu kecil, ayah tidak sanggup membelikan kamu susu nak! Tapi ada sahabat ayah membantu perekonomian kita sampai ayah bisa bangkit dan mendirikan toko kue, entahlah jika tidak ada beliau mungkin ayah akan jadi gelandangan, dan tidak bisa menyekolahkan kamu sampai lulus kuliah," ucap amani dengan sendu ketika mengingat masa lampau.

Dinda mendengar cerita ayah nya merasa tersentuh perjalanan hidup ayah dan ibu nya agar Dinda bisa hidup layak sampai sekarang. "Ayah maafkan Dinda belum bisa membuat ayah bangga," ujar dinda.

"Dinda adalah kebahagian ayah dan ibu nak, bahkan ibu dan ayah bangga kepadamu! Din jika ayah meminta sesuatu kepadamu apakah kamu akan mengabulkan permintaan ayah ini?" Tanya amani.

Dinda mendongakkan wajahnya menatap lekat kedua bola mata ayah nya. "Katakan yah insya Allah Jiak Dinda mampu akan ku kabulkan,"idih nya.

Anggi merangkul dan menepuk pundak anaknya seraya tersenyum. "Din ayah dan sahabat ayah dulu pernah ada janji untuk menjodohkan kamu dengan anak nya, apakah kamu mau mengabul kan permintaan ayah ini," tanya amani.

Seketika Dinda menjadi sedih wajahnya berubah sendu! Anggi melihat perubahan wajah anak nya menggenggam erat tangan nya. "Din ibu dan ayah tidak memaksa terserah kamu nak itu pilihan hidupmu, ayah hanya mengutarakan keinginan nya yang pernah terikat janji dengan sahabat nya,"

Dengan berat hati Dinda menyetujui nya bagaimana pun sahabat nya pernah membantu perekonomian keluarga nya. "Bismillah insya Allah Dinda akan mengabulkan permintaan ayah dan ibu,"

"Benarkah itu nak...???" Tanya amani serasa tak percaya.

"Iya ayah Dinda yakin dengan keputusan Dinda," Jawab nya, mulut dan hati bertolak belakang, mulut mampu mengatakan iya, namun hati masih berat mengiyakan! Namun demi kebahagian ayah dan ibu nya Dinda rela mengabulkan nya.

Amani dan Anggi merasa lega dengan keputusan Putri nya, menerima perjodohan ini. "Alhamdulilah terima kasih da semoga saja dia benar jodoh mu," ucap ayah nya.

Dinda tersenyum simpul melihat senyum ayah dan ibu nya membuat Dinda lega. "Yah Dinda ke kamar dulu ya sudah malam besok Dinda juga harus ngajar," ucap Dinda berpamitan.

Rumah terbilang luas dan sederhana memiliki tiga kamar, ruang tamu sebelah nya kamar Dinda yang berada di depan nya ruang tengah di sambung dengan kamar ibu ayah nya dan kamar tamu.

TBC

gadis bercadar Milik Ceo Tampan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang