78. salah paham lagi

872 31 0
                                    

Suara adzan subuh berkumandang, bagas bergegas bangun karena saat ini dirinya menginap di rumah umi alisya. Jika di apartemen biasanya molor solat subuh, berbeda dengan di pesantren harus tepat waktu.

Apalagi bagas tidak ingin membuat umi Alisya bersedih lagi karena kelakuannya, cukup kemarin dia melihat umi Alisya sedih karena melepas Luna.

Sepuluh menit setelah bersiap-siap Bagas menuruni tangga, benar saja umi Alisya sudah menunggu putranya untuk solat berjamaah di masjid.

"Abah mana umi?" Tanya bagas berjalan beriringan menuju masjid pesantren.

"Abahmu biasanya tahajjud sudah di sana, sambung subuh setelah itu baru pulang,"

Bagas tersenyum dan iri, karena tak bisa seperti abahnya yang selalu istiqomah dalam beribadah. Obrolan keduanya berakhir di gerbang pesantren, kini Bagas berada di saft paling depan.

Setelah beberapa menit selesai solat, barulah Bagas berpamitan karena hari ini harus pergi ke kantor.

"Umi, Bagas pamit dulu ya, tugas kantor numpuk assalamu'alaikum."

Setelah berpamitan Bagas melajukan mobil menuju apartemen, disana Arsen sudah bersiap-siap menunggu kedatangan Bagas. Tak butuh waktu lama kini Bagas datang.

"Tumben mobil Arsen masih terparkir," Gumamnya, Bagas melanjutkan langkah panjangnya menuju kamar apartemen, benar saja arsen masih di apartemen menunggunya datang. "Bozz parah lo, gimana sih hari ini ada meeting dadakan buruan ganti baju,"

"Harusnya lo berangkat dulu Sen, bentar lagi gue nyusul!!" Tukas Bagas memasuki ruangan nya.

Dengan langkah kesal menuju parkiran. "Tau gitu gue berangkat dari tadi," gerutu Arsen.

Dengan cepat Bagas mengganti pakaiannya. Karena kunci utama sukses adalah di siplin, dari merintis bisnis sampai saat ini, Bagas adalah seseorang jauh dari kata terlambat selalu saja tepat waktu.

Dan hanya Dinda lah yang bisa membuat Bagas terlambat.

Setelah bersiap-siap bergegas menancap gas menuju kantor NANDA GROUP. Tiga puluh menit sampai, kini Bagas sudah di tunggu Arsen diruangan tepat untunglah belum terlambat.

Si sebrang sana Dinda sudah bersiap-siap memakai seragam guru, hari yang cerah dan suasana yang indah, Dinda berangkat mengendarai motor kesayangannya. Setelah beberapa menit dia sampai di tempat, seperti biasa Lexxa selalu saja menunggu di parkiran.

Dinda tersenyum membuka helm nya. "Xa sudah lama ya nunggu nya?"

"Lumayan, oiya tadi umi Alisya kesini nanyain jadwal kamu, terus aku bilang setelah istirahat jam kamu kosong, beliau menyampaikan pesan setelah istirahat kamu di suruh kerumah nya." Keduanya berjalan menuju kantor sembari bercengkrama.

"Kira-kira ada apa ya Xa, terus kok nggak langsung hubungin aku sih,"

"Mungkin kebetulan aja sih Din, soalnya umi Alisya kayaknya habis dari asrama perempuan deh, makanya sekalian nanya pas lihat aku di parkiran," sahut Lexxa.

Keduanya sampai di ruangan guru, hal tak terduga, meja Dinda di penuhi dengan beberapa coklat di mejanya.

"Pasti kerjaan ustad genit itu deh," bisik Lexxa karena di ruang tersebut hanya ada Dinda dan Lexxa, sedangkan yang lain belum datang hanya ustadz Razor berada di perpustakaan.

Ustadz Razor menaruh coklat di atas meja untuk mengambil hati Dinda kini menjadi Incarannya. Hanya saja Dinda sudah tidak tertarik, dia sudah memiliki Bagas jauh di atas Razor, dan bisa menghargai tidak memandang apapun. "Nih buat lo Xa." Ujar Dinda memberikan coklat kepada sahabatnya.

gadis bercadar Milik Ceo Tampan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang