6️⃣

4.5K 89 1
                                    

Rasa haus yang begitu kuat berhasil membuat Rena terbangun di tengah malam yang sunyi, secara perlahan Rena memindahkan kepala Cila dari lengan kanannya dan melangkahkan kaki menuju dapur setelah mengenakan kerudung untuk menutupi auratnya. Fyi³ baju tidur yang Rena kenakan itu piyama berlengan panjang dan gak tipis ya say yaa jadi masuk dalam kategori aman digunakan.

Saat hendak meneguk segelas air, tubuh Rena menegang seketika kala sebuah tangan kekar melingkar di perutnya. "Sayang, tolong aku!"

"K ... Kak Felix, i ... ini aku, Rena, bukan kak Dena ... t ... tolong ... lepasin pelukannya, Kak ..., " pinta Rena terbata.

"Sayang, jangan becanda, aku lagi kesusahan, mau ya ... bantu aku! Tolong ... aku udah pusing banget ... aku dijebak, Sayang ... tolong aku, please .... "

Saat berbicara, bau alkohol tercium dari Felix membuat Rena berusaha keras melepaskan pelukan Felix dan setelah berhasil, Rena mengambil jarak dari Felix.

"Kak Felix mabuk, aku bukan Kak Dena, aku Rena, Kak!"

Rena melangkahkan kakinya dengan tergesa menjauhi Felix, tetapi naas ... Felix terlebih dahulu menggenggam tangannya dan membawa Rena 'tuk ikut dengannya kemudian Felix pun mengunci pintu dari dalam.

"Kak Felix, tolong lepasin aku ... aku Rena, bukan Kak Dena! Sadar, Kak, sadar!"

"Sayang, aku tau kita lagi rumah Bunda kamu, tapi aku mohon sama kamu bantu aku, Sayang ... anak kita udah tidur juga, 'kan? Aku mohon ... bantu aku ..., " lirih Felix.

Rena terus memberontak dan berusaha keluar dari kungkungan Felix, tetapi lagi dan lagi usaha Rena gagal karena kekuatannya tak sebanding dengan kekuatan Felix. Kali ini, usahanya mengkhianati hasil, Rena kalah dan hanya anak sungai yang tercipta dari pelupuk matanya, Rena gagal menjaga diri dan Rena gagal dalam mempertahankan kehormatannya.

Setelah lama, Rena melepas pelukan Felix dan memperbaiki diri, "Gak ada yang boleh tau kejadian malam ini, aku harus membersihkan segalanya, yah ... harus! Ya Allah, maaf ... Rena harus melakukan sebuah dosa lagi, maafin Rena, ya Allah ..., " monolog Rena menghapus jejak air matanya.

Rena membelai rambut hitam legam Felix, "Aku emang cinta sama Kakak, aku emang pernah berharap bisa bersatu dengan Kakak, bahkan perkataan Kakak yang seakan memberikan harapan besar padaku tadi masih terngiang di benakku, perkataan Kakak berhasil membuatku terbuai dan semakin berharap, tapi bukan dengan cara ini yang aku mau agar kita bisa bersatu, Kak ... bukan ... aku udah ikhlas Kakak hidup bahagia bersama kak Dena. Namun, kenapa Kakak lakuin ini sama aku? Kenapa, Kak ... kenapa?"

"Walau sedetik pun ... ak ... aku gak pernah berpikir untuk menghancurkan pernikahan kalian ... maaf ... mungkin tindakanku selanjutnya gak akan pernah bisa Kakak ataupun keluarga kita terima, tapi ... aku yakin ... inilah yang terbaik untuk kita semua."

Aku terpaksa harus melakukan ini, maaf ....

Dengan tertatih, Rena menjatuhkan Felix ke lantai dan mulai melepaskan seprei juga kain yang melingkupi bantal guling di sana kemudian menggantinya dengan yang baru, tak lupa pula Rena menyemprotkan pewangi ruangan guna menghilangkan segalanya.

Setelah itu, Rena membawa Felix ke kamar mandi dan mulai menghilangkan segala jejak yang ada, walaupun di tengah aksinya menghilangkan jejak kelemahannya Felix sempat sadar, tetapi Rena berhasil mengatasinya. Lalu, Rena dengan cekatan melakukan apa yang harus dilakukannya, ketika selesai, Rena langsung membawa semua barang bukti ke dalam kamarnya sendiri dengan uraian air mata yang tak henti mengalir membelai manja wajahnya.

Menatap ke arah ponakan tercintanya, tangis Rena semakin menjadi kemudian Rena membasuh seprei, pakaian, dan segala barang yang menjadi saksi bisu bagaimana lemahnya Rena di hadapan Felix. Setelah membersihkan diri, Rena kembali menangis pilu seraya menahan kuat-kuat sesak di dada, menangis tanpa suara adalah hal yang bisa Rena lakukan saat ini.

Ceklek.

"Tante dari mana?"

Deg!

Rena buru-buru menghapus air matanya dan berusaha menetralkan suaranya yang serak akibat terlalu lama menangis. "Cila, kok bangun, Sayang? Ini masih tengah malam, loh, tidur lagi, yuk!"

"Cila bangun karena Tante gak ada di samping Cila, Tante habis mandi? Cila boleh mandi juga?"

"Jangan, Sayang, mandi malam gak baik buat anak kecil kaya kamu."

"Jadi, mandi malam cuma boleh buat orang dewasa aja?"

"I ... iya, Sayang ... Cila tidur lagi, yuk!"

"Tante juga mau tidur, 'kan?"

"Sebentar lagi Tante tidur, kok, Tante mau shalat bentar terus habis gitu tidur, Cila tidur duluan aja, ya Sayang? Atau Cila mau ikut Tante shalat?"

"Mau! Tante, bantu Cila ambil wudhu' ya?"

Rena tersenyum tipis, "Yaudah, yuk!"

Akhirnya Rena dan Cila mulai melaksanakan shalat malam dengan Khusyu', setelah shalat, Rena mengajak Cila berdoa dan ngaji bersama. Dengan sabar dan penuh perhatian, Rena mengajarkan Cila mengaji iqra' 1, barulah sesudahnya Rena mengaji sendiri dan Cila yang memperhatikan dengan saksama seakan gadis kecil itu paham makna dari bacaan Al-Qur'an.

"Alhamdulillah, sekarang tidur, yuk! Nanti pas adzan subuh kita bisa bangun dan menjalankan shalat subuh," ajak Rena menuntun Cila untuk tidur dan memeluknya.

"Tante, kenapa kita harus shalat?"

"Shalat itu merupakan rukun Islam yang kedua setelah syahadat, shalat juga tiang agama, Sayang. Dengan shalat, kita bisa masuk surga, amalan yang pertama dihisap adalah shalat karena shalat termasuk kunci utama kita untuk masuk surga, hanya Allah yang tau."

"Surga itu apa?"

"Surga adalah tempat yang sangat indah, tempat di mana orang-orang muslim yang selalu bertaqwa kepada Allah swt hidup kekal di akhirat nanti, surga adalah balasan atas kebaikan, ketaqwaan, serta amal shaleh yang dilakukan oleh kita umat Islam di dunia ini, Sayang."

"Cila gak paham, Tante."

"Nanti akan Tante ajarkan lebih dalam lagi, tetapi sekarang Cila harus .... "

"Tidur!"

"Pintar! Good night keponakan tercintanya Tante Rena!"

"Night too Tante Renanya Cila!"



Tbc?

Fyi : For your information

Sincerity of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang