2️⃣9️⃣

2.8K 63 6
                                    

Felix merangkul Rena dengan mesra seakan menunjukkan bahwa kini, tak ada siapa pun yang bisa memisahkan dirinya dengan Rena, hal itu membuat Rita naik pitam, tetapi dirinya tahan karena tak ingin membuat Reno kecewa kepada dirinya.

"Papi tau gak sih, gimana istri Papi kalau lagi pengen sesuatu? Dia melakukan segala cara agar keinginannya terwujud, bukan begitu, Mami? Selama ini Felix diam bukan karena Felix pengecut, tetapi Felix diam karena Mami adalah orang tua Felix. Namun, sekarang nggak lagi, Mi! Felix gak akan biarin Mami sakitin atau bahkan hancurin hidup Felix ataupun keluarga Felix!" tekan Felix.

"Apa yang udah kamu lakuin sama Felix, hah? Kamu itu, ya ... udah murahan, gak punya harga diri, dan kamu itu wanita rendahan! Kamu udah jebak Felix agar kamu bisa mendapatkannya, kamu murahan!"

"Mami, stop!" bentak Felix dengan napas memburu.

"Jangan main tuduh Rena gitu aja! Rena gak pernah sekalipun jebak Felix, gak pernah! Bahkan, yang terjadi adalah sebaliknya! Felix yang jebak Rena, bukan Rena yang udah jebak Felix malam itu!"

Deg!

"K ... Kak, ap ... apa yang Kakak maksudkan? Ka ... Kakak dijebak teman seangkatan Kakak, Kakak sendiri yang bilang ke aku."

"Nggak, Baby, gak gitu kebenarannya. Kamu masih ingat perbincangan kita di Malioboro, 'kan? Benar, aku menceritakan diriku, aku mengungkapkan isi hatiku."

Deg!

"K ... Kakak ngapain?" pekik Rena kala Felix berlutut di hadapannya.

Felix menggelengkan kepala disertai uraian air mata yang menganak sungai membelai lembut wajah rupawannya, Felix mengambil kedua tangan Rena kemudian mengecupnya sayang, tanpa melepaskan genggaman tangannya, Felix mulai bersuara.

"Baby ... aku mohon ... maafin aku ... ak ... aku akan jelaskan segalanya, tetapi ... aku mohon ... setelah kamu mengetahui semuanya ... kamu jangan ... benci ... ataupun meninggalkanku, ya ... karena ... aku ... aku gak bisa hidup tanpa kamu di sisi aku .... "

"Kak, bangun ... jangan seperti ini, heum?"

"Sebenarnya ... malam itu ... ak ... aku gak mabuk ataupun kehilangan kesadaran seperti perkiraanmu dan Bunda, Baby."

Deg!

"Aku sadar, bahkan sepenuhnya aku sadar."

Deg!

"K ... Kak .... "

"Jangan potong ucapan aku, Baby!"

Rena kembali terdiam mendengar pernyataan Felix, tanpa diminta pun air mata mulai mengalir dari pelupuk matanya. Rena harap pemikirannya tak seperti kenyataannya, Rena harap apa yang Felix katakan itu tidaklah sesuai dengan apa yang ada di benaknya saat ini, yah ... semoga saja. Namun ....

"Baby, sejujurnya aku tidak pernah mencintai Dena, sekalipun tidak pernah! Bahkan setelah Cila hadir di antara kita, aku hanya mencintaimu, hanya kamu! Baby, perlakuanku padamu selama kita di Yogyakarta, itu murni dari hati dan atas keinginanku sendiri, amanah Ayah dan Bunda hanyalah tameng supaya kamu tidak menyadari perasaanku."

"Kamu gak lupa, 'kan, kalau aku pernah bilang bahwa orang yang mencintaimu itu rela melakukan apa pun untuk bisa berpisah dari wanita pilihannya agar bisa bersatu denganmu. Baby, aku yang udah jebak kamu ... aku berpura-pura mabuk untuk memilikimu seutuhnya!"

Deg!

"Ap ... apa?"

"Baby, sejak lama aku ingin bercerai dengan Dena, tetapi Dena tidak pernah mau aku ceraikan, sehingga ... maaf ... aku memilih jalan ini untuk ... bisa bercerai dengan Dena dan bersamamu selamanya, maafkan aku ..., " ungkap Felix penuh uraian air mata.

Sincerity of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang